The Golden Shiruken—

.

By : Ainesuna

.

.

Naruto © Masashi Kishimoto

.

Bab I : KETIKA mereka pergi.

.


Hari yang cerah. Di film-film biasanya, inilah awal cerita yang sangat memungkinkan untuk memulai hari baru mereka dengan gembira. Tapi tidak sekarang untuk Sasuke. Bukannya dia tidak menyukai cuaca hari ini, tapi ia hanya tidak bersemangat untuk memulainya. Apalagi keluarga mereka merencanakan untuk pindah pada hari ini.

"Bantulah Kaa-san, Sasuke," Kata Itachi. "sepertinya dia butuh bantuan."

"Iya, iya." Kata Sasuke malas-malasan.

"Iya, Sasuke," sahut ibunya, "tolong bawakan beberapa koper ini ke kereta." Seperti yang dikatakan Itachi, Mikoto—Ibunya—memang membutuhkan bantuan. Tidak mungkin, kan, seorang wanita setengah tua—walaupun terlihat masih muda—ini megangkat koper-koper berat sendirian?

"Kaa-san, kenapa kita harus pindah? Apakah kita tidak bisa tinggal disini lagi?" tanya Sasuke polos.

Ibunya yang sedang di luar, di halaman, hanya menghembuskan nafasnya dengan berat, "Hmm... aku tidak mengeti, kenapa kau masih saja ingin berada di tempat ini." Akhirnya Mikoto menjawab. Masih berkutat dengan koper-kopernya, sesekali mengusapkan peluh yang menetes di dahinya dengan kain bagian lengan pakaiannya.

"Menurutku, aku juga setuju dengan Sasuke, sih." Itachi menyahut. "Kita sudah mempunyai banyak teman disini, kenapa kita mesti pindah?" Itachi mengerling rumahnya. Tampak sangat tidak elit untuk seorang Uchiha. Apa yang kau pikirkan tentang mereka—Keluarga Uchiha—? Apa yang bisa kau harapkan dengan Uchiha? Rumah yang mereka tempati selama kurang lebih 6 tahun itu, sudah (sangat) tidak layak.

Lalu memberikan senyuman aneh kepada Sasuke. "Kaa-san harus bilang apa ya dengan kalian..." gumam Mikoto yang terdengar resah.

Sasuke mendekati sosok ibunya, "Ya, tidak apa-apa kalau Kaa-san tidak ingin cerita." Kata Sasuke sambil memegangi bagian belakang dress Mikoto. Mikoto hanya memandang Sasuke dengan tatapan sayu, lalu mengelus rambut gelap Sasuke. Tersenyum kepadanya.

"Aku tidak yakin," gumam Itachi. "Apakah ini benar-benar rumahnya? Maksudku ini rumah yang Kaa-san pilih?"

"Hm... kurasa tidak terlalu jelek." Kata Sasuke. Setiap katanya terdengar sangat polos. Yah... memangnya apa yang bisa dikatakan oleh anak berusia 9 tahun selain berkata jujur?

Walaupun sebenarnya, Sasuke pasti sama kagetnya dengan Itachi tentang halaman rumah itu. "Yah... tidak terlalu buruk memang, tapi rumahnya... er... angker?"

"Kedengarannya aneh. Tapi, apakah kalian hanya ingin memandangi rumah itu dari luar, hm?" lanjut Mikoto, "Ayo bantu Kaa-san!"

Gumaman kecil terdengar samar dari Itachi dan Sasuke. Itachi masih memikirkan tentang gaya rumah ini. Walaupun sedang membawa koper-koper besar juga berat, dia tidak bisa mengenyahkan pikiran-pikiran aneh tentang rumah itu.

Rumahnya terskesan seperti rumah-rumah biasa. Tapi satu tambahan plus disini. Rumah ini setidaknya jauh lebih baik dari pada rumah Uchiha kecil di Konoha kemarin. Yang membedakan disini hanyalah auranya. Terasa mencekam di setiap jejaknya. Entah itu haya pikiran saja, atau memang ini bebenar-benar ada 'penunggunya'?

—entahlah, Itachi punya banyak buku tentang horor. Rumah-rumah hantu. Dan setan-setan. Rumah satu ini memiliki sesuatu yang berbeda dari rumah biasanya. Sebelumnya di Konoha, mereka menempati rumah minimalis yang tidak elit, memang. Satu ini? Itachi tidak yakin Mikoto bisa membeli rumah sebesar ini, apalagi rumah ini memiliki gaya khas tradisional jepang yang sudah jarang keberadaannya di Konoha.

Ini memang bukan Konoha, kan? Mereka sudah meninggalkannya tadi pagi. Mungkin berangkat kemari dan memulai hidup baru disini menyenangkan.

Ibu beserta 2 anak lelakinya itu mulai menyusuri halaman super luas rumah ini. Rumput-rumputnya tumbuh liar, seperti belum pernah di potong selama 8 tahun terakhir, membuat Sasuke yang berbadan kecil sulit untuk berjalan—apalagi karena membawa beban koper yang ia tenteng.

"Bisa membawanya, Sasuke?" tanya Itachi penuh kelembutan. "Apakah aku bisa membantumu?"

"Tidak, terimakasih, Nii-san." Kata Sasuke.

"Kalau begitu, aku duluan ya? Itu, Kaa-san keberatan sepertinya..." itachi meninggalkan Sasuke di halaman.

Apakah tidak ada rumah yang lebih bagus dari pada ini?, pikir Sasuke. Melihatnya pun merasa sedikit takut. Lalu apa yang di katakan kepada Itachi dan Ibunya tadi? Bocah 9 tahun berbohong? Dia hanya tidak ingin membuat hati ibunya sakit.

Sasuke masih berada di halaman, berusaha menyingkirkan rumput-rumput liar dari lintasannya menuju pintu depan rumah itu. Tali sepatunya mengendur, membuat Sasuke semakin sulit berjalan. Ia memutuskn untuk menaruhkan barang bawaannya di samping, lalu berjongkok untuk membenahi simpul sepatunya.

Sreeeeggg...

"Apa itu?" sumsum lanjutan Sasuke reflek.

Bukan suara pintu berderit—yang entah kapan pintunya sudah terbuka. Suara itu berasal dari belakang Sasuke. "Si—siapa disana?" tanya Sasuke lagi entah pada siapa. Tidak ada seorang pun dibelakangnya.

Sasuke sesegera mungkin menghilangkan pikiran-pikiran negatifnya. Mungkin itu hanya suara dahan pohon—pikirnya. Sasuke kembali bangkit dan memandangi bagian depan rumah itu sejenak. Tampak mirip seperti rumah-rumah hantu di buku cerita Itachi. Dahan-dahan pohon kering juga menambah kesan mengerikan atas rumah bergaya aneh itu.

"Hhhh... apa yang kau pikirkan Sasuke?" gumamnya pada diri sendiri. Merutuki pikirannya yang sudah menjamah bagian yang paling mengerikan di rumah itu.

Dengan cepat, dia menyahut tas kopernya lalu berlari ke depan pintu rumah. Mikoto dan Itachi sudah tidak lagi berdiri di sana. Mungkin sudah masuk.

Dengan seluruh keberanian yang Sasuke miliki, dia memasuki ruangan pertama di rumah barunya. Gelap. Sangat gelap. Apa Ibunya tidak menghidupkan lampu di tempat ini?

Lorongnya sangat suram. Aura-aura aneh merangsang bulu-bulu halus di sekujur tubuhnya. "Aku ini Uchiha. Aku harus berani." Gumam Sasuke entah yang keberapa kalinya.

Apapun itu, semua itu, kebanyakan yang ia lihat sebelumnya, Sasuke tak pernah melihat lorong sesuram itu. Bahkan, rumah lamanya yang kondisinya tidak bisa dibilang lebih bagus dari pada yang ini.

Auranya begitu mencekam. Sasuke tak bisa berkata-kata lebih, selain melihat ke sekelilingnya serta menggumamkan sesuatu yang terlalu tak jelas, "Kaa-san..." siapa yang bisa mendengarnya? —terlalu pelan, Sasuke.

"Hey, Sasuke!" / "HUAAAH!" Sasuke terkejut.

"Oh... kau Itachi, mengagetkanku!" ternyata Itachi.

"Kenapa memangnya? —tunngu, kau kaget? Adikku yang paling pemberani ini kaget? —atau takut~?" Itachi menggodanya.

"Aku tidak takut, Ita-nii!" mukanya memerah.

"Yah, sudahlah... kau pasti tidak menyangka, kan? Ternyata rumah ini keren juga." Dia berbalik, "Kaa-san memang pintar memilih..."

"Kuaras begitu..." suaranya terdengar sangat pelan, dusta Sasuke etah keberapa kalinya.

"OK, kalau begitu." Itachi melanjutkan, "apa kau mau makan?"

"Tentu!"

"Anak-anak..." Mikoto membuka suara di makan malam pertama rumah baru mereka, "Tadi, kalian penasaran, kan, kenpa Kaa-san memilih rumah keren, ini?

"Tuh, kan. Aku bilang apa, rumah ini kerennnn~" senggol Itachi disela makan.

"Ishhh..."

"Ahahaha... ternyata bukan Kaa-san saja yang menganggap rumah ini keren..." Oh tidak—Mikoto mendengar gurauan Itachi.

"Yah... itu aku! Kurasa Sasuke sedikit tidak menyukainya..." itachi melirik kearah Sasuke dengan sinis, memojokkannya dalam hal ini.

Bukan sedikit, tapi sungguh tidak meyukainya, pikir Sasuke.

"Ok, mungkin kalau aku memberi tahu hal ini. Kalian pasti menyukainya.

"APA KAA-SAN?!" Itachi histeris. Mungkin karna dia sudah menyukai rumah baru ini, sesudah diberitahu oleh ibunya, akan tambah menyukainya.

"Ahahaha... begini. Rumah ini sebenarnya..." Mikoto menggantungkan kalimatnya—membuat Itachi makin histeris dan Sasuke yang memajukan wajahnya sambil menyipitkan mata.


*TBC*


(A/N) = Ai Note

Woke, tuh kan. apa yang dibilang sama mbak Isa ada benernya juga. Ai ini syndrome =.= suka plin-plan sama yang namanya cerita. Ini cerita cuman buat ngeluarin unek-unek yang selama ini ngendap di dasar kepala patrick star!

apaan coba cerita kaya gini? ntar Ai coba deh, kalau setidaknya ada 3 review, Ai lanjutin ini cerita 'O')/

*kesannya ngenes, yah?*

minta reviewnya dong! m(_ _)m biar Ai dapet kerjaan selain tidur... boleh? *w*