Perkenalkan sebelumnya saya baru di fanfiction, mohon kritik dan saran yang dapat membangun
Cerita ini tidak luput dari kesalahan tata bahasa dan typo
Bagi yang tidak menyukai cara penulisan saya bisa memberikan kritik di kolom review, tapi bagi yang tidak suka pairingnya mohon lewatkan saja fiction ini
Saya menulis fiction ini, untuk membantu mengasah kemampuan menulis saya, jadi mohon para reader sekalian berkenan untuk memberikan masukkan yang berharga.
Sekian dari saya, salam kenal dan terima kasih.
Kenangan Bersamamu
cerita oleh : Ainata Gou
Disclamer
Naruto © Masashi Kishimoto sensei
"Aku tidak mau ikut"
"Ayolah sayang jangan begitu, ayah minta maaf dan ayah janji berikutnya tidak akan mengingkari janji ayah."
"Huuh.. tapi ayah selalu seperti itu, ini bukan pertama kalinya ayah mengingkari janjikan"
"Ayah minta maaf ya Naruto-kun, tapi rekan bisnis ayah mendadak harus pergi ke Eropa besok pagi karena ada masalah penting, sedangkan kontrak perjanjian antara perusahaan ayah tidak bisa ditunda lagi."
"Huuh.. apa hubungannya rekan kerja ayah yang harus pergi ke Eropa dengan perjanjian nonton sirkus kita malam ini."
"Maaf ya Naruto-kun, mereka mau menandatangani perjanjian kerjasama itu malam ini, sekalian mengundang kita makan malam bersama."
"Huuh, tapi aku tetap saja kesal, ayah selalu mendahulukan urusan pekerjaan daripada Naruto, apa ayah tidak sayang Naruto?"
"Yaampun sayang, kenapa kamu bisa berpikiran seperti itu, ayahmu tentu saja menyayangi kita, ayah bekerja juga untuk kita kan sayang" kali ini Kushina yang angkat bicara karena mendengar pertanyaan konyol dari anak semata wayangnya.
"Iya Naruto, tentu ayah menyayangi kamu dan ibumu, tapi hidup didunia ini tentu kita perlu bertanggung jawab atas kewajiban kita, dan kewajiban ayah adalah menjaga kalian, memastikan kalian tidak kekurangan apapun, makanya ayah selalu bekerja keras semua demi kalian juga."
"Tapi nyatanya aku kekurangan, kekurangan kasih sayang ayah."
*Deg*
Pernyataan yang telak menohok Minato, ia menyadari ia kurang memiliki waktu bagi keluarganya, tetapi mendengar langsung penuturan anaknya itu jelas menohok tepat ke hatinya.
"'Maafkan ayah ya sayang, ayah sadar kurang membagi waktu bagi kalian. Besokkan hari Minggu bagaimana sebagai permintaan maaf ayah ajak kalian ke taman bermain?" dan langsung mendapat senggolan dari istrinya tercinta, sepertinya ia khawatir kalau-kalau suaminya ini lagi-lagi tidak bisa menepati kata-katanya.
"Ahhh.. aku tidak mau banyak berharap pada ayah."
*Deg*
'Ya ampun apa aku sudah begitu mengecewakannya, sampai-sampai anakku ini sudah tidak mau mempercayai aku lagi'
"Yasudah yang penting sekarang Naruto ayo siap-siap untuk pergi makan malam dengan rekan kerja ayah. Ayo ibu bantu carikan pakaian yang sesuai untukmu."
"Huuhh.."
*Skip time*
Walau dengan cemberut akhirnya Naruto tetap ikut kedua orang tuanya untuk menghadiri acara makan malam. Di dalam mobil:
"Jangan cemberut terus dong Naruto-kun, kan tidak enak dilihat. Wajah tampanmu jadi hilangkan." Goda Kushina yang melihat anaknya tetap saja cemberut.
"Yayaya, terserah sajalah." Jawab Naruto asal-asalan
Sesampainya dikediaman rekan kerja Namikaze Minato dan keluarganya langsund disambut oleh pemilik rumah tersebut.
"Konbawa.." Sambut sang pemilik rumah ramah
"Ini pasti Naruto-kun, manisnya hehehe, berapa umurnya sekarang?"
"Jawab dong Naruto-kun, ditanya tuh sama bibi."
"Tahun ini 7 tahun bibi."
"Wah, seumuran dengan anak bibi ya, nanti kalian bisa berkenalan dan bermain bersama. Ayo masuk-masuk kita langsung saja ke ruang makan ya."
"Hinata, Hanabi, ayo perkenalkan ini keluarga Namikaze."
"Konbawa, Hyuga Hinata desu."
"Konbawa, Hyuga Hanabi des."
Ucap kakak beradik itu bergantian sembari membungkuk memberi hormat.
"Perkenalkan nama paman Namikaze Minato dan ini istri paman Namikaze Kushina serta anak paman .. loh kemana perginya Naruto?"
"Loh, tadi masih ada disampingku. Kemana lagi anak nakal itu." Ucap Kushina
"Biar kami yang cari saja Namikaze-san, Anda sudah ditunggu suami saya di ruang kerjanya, biar saya antarkan."
"Ah, terimakasih dan maaf merepotkan."
"Bukan apa-apa." Ucap Haruka Hyuga
Setelah mengantarkan Minato ke ruang kerja suaminya Haruka ikut bergabung dengan yang lain untuk mencari Naruto, rumah keluarga Hyuga cukup rumit sebenarnya, karena bergaya Jepang tradisional dengan banyak sekali ruangan dan taman yang cukup luas, sepertinya ini akan sedikit sulit mencari Naruto.
"Narutoo.. kau dimana?" teriak Kushina
"Haahh.. anak itu benar-benar merepotkan." Tambah Kushina
"Tidak apa, namanya juga masih anak-anak, apa dia tidak suka diajak kesini sebenarnya?" tanya Haruka yang tiba-tiba sudah bergabung dengan Kushina
"Ehhh.. kau menagetkanku Haruka, yah sebenarnya kami sudah berjanji pada Naruto untuk pergi nonton pertunjukkan sirkus malam ini tapi dibatalkan jadi dia memang sudah ngambek sejak dari rumah."
"Maaf ya, karena kami harus berangkat ke Eropa besok. Semua benar-benar mendadak."
"Ahh, yaampun bukan masalah Haruka-chan kami mengerti kok alasan kepergian mendadak kalian ke Eropa. Seperti katamu tadi maklum saja anak kecil. Naruto masih belum mengerti heheheh."
"Terimakasih, ayo kita cari lagi Naruto-kun."
"Uhmm" jawab Kushina sambil mengangguk dan tersenyum.
*Di taman Hyuga*
'Ahh mungkinkah itu Naruto-kun?' batin seorang gadis kecil berambut pendek seleher.
"A-anoo, sumimasen."
Naruto mendongak saat merasa ada suara yang menginterupsi kegiatannya, benar saja ada seorang gadis kecil yang sedang menatapnya malu-malu.
"A-anoo, sumimasen." Ulangnya
"Anata wa Namikaze Naruto desu ka?" tanya gadis kecil berambut indigo pendek tersebut.
"Ya, ada apa?" tanya Naruto masih tidak tahu apa kesalahannya yang tiba-tiba saja menghilang.
"Orang tua mu khawatir dan mencari-mu kemana-mana Namikaze-san dan juga semuanya sudah berkumpul untuk makan malam."
"Haahh, mereka juga nantinya hanya akan sibuk sendiri dan tidak memperhatikanku." Jawab naruto asal.
"Tapi mereka benar-benar khawatir karena Namikaze-san mendadak menghilang."
"Mereka selalu mengabaikanku dan hanya sibuk pada pekerjaan mereka saja, biar saja sekali-kali mereka sibuk mencariku."
"Eehh, tapi.."
"Lagipula siapa kamu?"
"E-eehh, A-ano, maaf sebelumnya lupa untuk memperkenalkan diri, watashi wa Hyuga Hinata desu, yoroshiku." Ucap Hinata sambil menunduk memberi salam.
"Namikaze Naruto desu, yoroshiku."
"Maaf Namikaze-san –"
"Naruto, panggil saja Naruto." Tersenyum ramah.
*blush*
"A-aanoo, sepertinya Naruto-san sedang kecewa pada okasan dan otosan Naruto kah?"
"Yah, ayah lagi-lagi membatalkan janjinya untuk mengajakku ke pertunjukkan sirkus malam ini, dan malah mengganti acara dengan acara makan malam disini."
"Ehh, maaf kalau begitu. Keluarga kami mendadak harus ke Eropa besok pagi, semua juga berjalan mendadak bagi kami, pasti ada urusan pekerjaan ayahnya Naruto-san yang belum terselesaikan sehingga harus kesini malam ini bertemu dengan otosan. Gomene Naruto-san."
"Yaampun, ini bukan salah mu, ehm maaf siapa namamu tadi?"
"Hyuga Hinata desu, panggil saja Hinata." Tersenyum ramah.
*Deg*
'Eh, perasaan apa barusan itu' batin Naruto.
"Bagaimanapun acara Naruto-san dan keluaraga batal karena kepergian kami yang mendadak. Jadi, maaf ya Naruto-san."
"Ah, bukan salahmu kok, ayah juga sudah beberapa kali membatalkan acara keluarga seenaknya saja."
"Tapi pasti ayahnya Naruto-san orang yang bertanggung jawab baik pada keluarga juga pada semua rekan bisnisnya, ia pasti sangat menjaga kepercayaan yang diberikan padanya, walau mungkin harus mengorbankan waktu bersama keluarga."
"Haah, apa-apaan itu, mengorbankan waktu bersama keluarga demi pekerjaan, apa keluarga tidak lebih penting dari pada pekerjaannya. Sangat menyebalkan."
"Ayah Naruto-san pasti berusaha keras agar Naruto-san bisa sering pergi ke pertunjukkan sirkus, atau kemanapun yang Naruto-san inginkan, ayah Naruto-san juga pasti merasa berat untuk mengorbankan waktu bersama keluarganya, tapi apa boleh buatkan Naruto-san kalau ayah Naruto-san tidak bekerja pastinya juga tidak bisa mengajak Naruto-san kepertunjukkan sirkus nantinya. Banyak tanggung jawab yang ayah Naruto-san harus lakukan pastinya, tapi bukan berarti ayah Naruto-san tidak menyayangi Naruto-san bukan?" tersenyum sambil menatap mata Naruto dalam.
"Hahahah.. kamu sangat dewasa ya Hinata-chan. Melihatmu, pasti umur kita tidak terlalu jauh berbeda, tapi kata-katamu bisa sedewasa itu."
"Ehh, Etto, A-annoo, maaf Naruto-san bukan bermaksud seperti itu. Hanya saja otosan juga sangat sibuk, selalu tidak punya waktu dengan aku dan Hanabi-chan, hanya saja okasan selalu mengatakan hal seperti itu kepada kami. Bahwa otosan bekerja keras juga demi keluarga kami, agar tidak perlu merasakan kesulitan yang dahulu otosan rasakan. Begitulah Naruto-san."
"Yah, kau benar Hinata-chan, aku juga sebenarnya memaklumi kalau ayah itu sangat sibuk, tapi aku kesal kalau ia sudah membatalkan janji yang telah dibuatnya."
"Ahh, begini saja, ehmm ini untuk Naruto-san, ini adalah tiket aku biasanya menggunakan ini untuk meminta sesuatu kepada otosan, seperti menemaniku ke taman bermain atau sebagainya, disebelah sini bisa Naruto-san tulis tanggal berlaku tiket tersebut, lalu disini Naruto-san harus minta tanda tangan dari ayah Naruto-san. Karena ayah kita adalah orang sibuk dan selalu bertanggung jawab pada kewajibannya, mempunyai bukti hitam diatas putih seperti ini tentu akan membuat mereka tidak bisa menolak lagi saat ditagih janjinya nanti heheheh.."
"Waah, hebat Hinata-chan kamu bisa saja memikirkan hal seperti ini, tapi apakah kamu tidak butuh tiket ini lagi?"
"Tenang saja Naruto-san, itu hanya potongan kertas memo, aku bisa membuatnya lagi, dan sebenarnya ini juga ide dari otosan, ia bilang ini juga bisa melatih anak-anaknya dalam hal bertanggung jawab atas apa yang sudah disetujui, juga untuk selalu membuat bukti hitam diatas putih, karena omongan itu tidak bisa selalu diingat dan dipegang katanya ini salah satu pelatihan untuk meneruskan usahanya kelak. Begitulah Naruto-san."
"Ah, iya benar juga, sebagai hadiah untuk Naruto-san biar aku berikan satu lembar tiket khusus untuk Naruto-san, sebentar aku buatkan dulu."
Beberapa saat setelah menulis di salah satu lembaran tiket yang diberikannya tadi, Hinata kembali menyerahkannya kepada Naruto.
(Note : tiket yang diberikan Hinata itu modelnya kayak buku memo gitu loh, yah mirip dengan kwitansi gitu bentuknya, jadi bukan cuma selembar tiket kertas saja yaaa.)
"Nah ini dia, tiket khusus untuk Naruto-san, Naruto-san bisa menukarkannya kapan saja padaku, karena tiket ini tidak ada batas waktunya, Naruto-san bisa meminta apa saja dariku, entah menemani kemana Naruto-san ingin pergi atau apapun, anggap saja untuk hadiah perkenalan kita, dan supaya Naruto-san tidak sedih dan kecewa lagi. Hanya saja, Naruto-san mungkin harus menunggu lama untuk dapat menukarkannya."
"Eh, kenapa seperti itu Hinata-chan?"
"Karena kan besok keluargaku akan pergi ke Eropa Naruto-san."
"Ahh, jadi Hinata-chan juga akan ikut? Baru saja aku bahagia karena ada Hinata-chan disini, kenapa kau harus ikut segala sih? Dunia begitu menyebalkan."
"Jangan begitu Naruto-san, dan tentu saja aku harus ikut, karena semua keluargaku juga akan pergi ke Eropa."
"Tapi janjikan kalau Hinata-chan akan datang kembali?"
"Uhmm, janji aku pasti kembali, karena aku juga sangat menyukai Jepang, aku pasti kembali suatu saat nanti, lagipula aku masih hutang tiket itu kan pada Naruto-san."
"Baiklah aku pegang janjimu Hinata-chan."
"Oke, jadi Naruto-san juga mau berjanji kan untuk tidak kecewa dan bersedih lagi pada ayah Naruto-san?"
"Tentu saja, tapi dengan satu syarat Hinata-chan harus memanggilku Naruto-kun. Rasanya terlalu formal dan aneh mendengar orang lain memanggilku Naruto-san. Hehehe.." ucap Naruto sambil tersenyum
"B-baiklah N-naruto-kun"
"Yah, begitu terdengar lebih baik."
"Jadi, ayo masuk Naruto-kun, semua sudah menunggu untuk makan malam."
"Baiklah, lagipula mulai dingin diluar sini."
Tanpa mereka sadari, sedari tadi ada dua orang yang sedang mengamati kegiatan mereka.
"Mereka terlihat cocok ya, Haruka-chan hehehe." Kata Kushina memecah keheningan setelah beberapa saat memperhatikan anaknya sedang bersama dengan anak sulung dari sahabatnya ini.
"Hahaha, iya Kushina-chan, kau benar mereka pasti bisa bersahabat baik seperti kita dahulu."
"Bersahabatkah? Entahlan Haruka-chan, aku berharap hubungan mereka bisa lebih dari sahabat."
"E-eeh, maksud Kushina-chan?"
"Bagaimana kalau mereka kita jodohkan saja?"
"Hahaha, kalau soal itu aku tidak berani jamin Kushina-chan."
"Ehh, kenapa? Apa kau tidak mau kalau kita menjadi besan?"
"Bukan begitu, hanya saja aku mau Hinata yang memutuskannya sendiri, apakah ia mencintai Naruto atau tidak nantinya. Yah, biarkan semuanya mengalir saja Kushina-chan. Nah ayo sekarang kita ikut masuk, mulai dingin diluar sini."
"Ha-i ha-i, Haruko-chan, ayo kita masuk, aku juga mulai lapar."
