A to Z

JaeYong

Jaehyun x Taeyong

Untuk ikut meramaikan event #JaeYongSpreadLove

NCT & SMRookies © SM Entertaiment

YAOI. Typo(s). OOC(s). Gajel. NoPlot.

.


Attack

Jaehyun mungkin terlihat seperti dongsaeng yang baik dan penurut, padahal ia mempunyai banyak sifat menyebalkan di balik senyum manisnya yang terkadang dibuat polos. Dan salah satunya adalah sifat egois tingkat akut dan keras kepala miliknya yang terkadang—bohong, seringnya—membuat repot. Satu hal yang mungkin tak diketahui selain orang terdekat, sebenarnya Jaehyun itu selalu tak mau kalah.

Aku sebenarnya tak terlalu mempermasalahkannya, tidak sebelum saat itu.

Tepat sesaat setelah concert SMTown pertama mereka.

Saat ia menarik tanganku—padahal saat itu aku sedang berbicara dengan Sehun-hyung—dan membawaku ke sudut tak terlihat di backstage, mendorong tubuhku ke dinding dan menyerangku dengan perkataan seenak jidatnya. Sebuah kalimat yang lebih terdengar seperti pernyataan ketimbang pertanyaan. Kalimat sederhana, diucapkan dengan nada yang terdengar tak senang dan tatapan mata tajam.

Apa ini Jaehyun?

"Mulai sekarang kau kekasihku, Taeyong-hyung. Dan kau tidak boleh melihat apalagi dekat-dekat dengan orang lain selain aku."

"Apa―"

"Dan hyung tidak bisa menolak."

Sungguh membuatku benar-benar melongo tak bisa menjawab.

Karena setelahnya, ia langsung menciumku.

.


Body

Bahasan tubuh adalah salah satu hal yang sangat sensitive bagi seorang laki-laki. Bukan hanya wanita yang melihat penampilan mereka, ya, kan? Siapa laki-laki yang tidak mau mempunyai bentuk badan bagus dengan sixpack menghiasi perut layaknya model-model di majalah?

"Aku harus mulai rajin ke gym sejak sekarang."

"Ajak aku! Aku ikut, Ten-hyung!" Donghyuck berteriak heboh.

"Aku juga."

"Taeyong-hyung mau ikut juga?"

Aku mengangguk.

Bahasan mari-pergi-ke-gym ini muncul setelah para member melihat fancam saat konser EXO beberapa hari lalu. Di mana Baekhyun-hyung memamerkan absnya dan membuat penonton menjerit histeris. Siapa sangka pemuda manis dan imut macam Baekhyun-hyung punya abs di balik kaosnya?

Aku hanya bisa menatap datar bentuk perutku sendiri di depan cermin. Flat. Sama sekali tidak manly.

"Hyung, kau sedang apa?" Suara Jaehyun terdengar, dengan nada geli, "Jangan bilang kau benar-benar mau membuat abs di tubuh tipis seperti itu."

Aku cepat-cepat menurunkan kembali kaos yang tadi tersingkap. "Aku tak minta komentarmu," kataku. Cukup tertohok dengan sebutan Jaehyun mengenai tubuhnya.

"Aku hanya berbicara realita. Kau harus makan lebih banyak dan menaikkan berat badanmu dulu sebelum membentuk abs, hyung."

Aku mendelik padanya. Tapi Jaehyun malah terkekeh. Berjalan ke arahku dan berhenti tepat di sampingku. Seringainya menyebalkan saat ia menarik kaosnya ke atas, menampilkan perut putihnya yang dihiasi sixpack di depan cermin.

"Hyung tak perlu susah-susah mengunjungi gym jika ingin punya perut sixpack." Jaehyun memegang pergelangan tanganku dan membawanya untuk menyentuh perutnya. Sebelum kembali berseringai menyebalkan. "Karena aku sudah punya perut sixpack dan aku milikmu."

Aku? Tentu saja memukul perut Jaehyun keras sebelum pergi dengan kesal.

.


Cute

"Hyung. Kau cute."

Aku hanya bisa menaikkan alis mendengar hal satu itu dari Jaehyun. Dirinya, Lee Taeyong, cute?

"Aku rasa kau baru salah bicara, Jaehyunnie." Hanya itu yang bisa ku katakan. Apa Jaehyun baru saja terbentur sesuatu? "Jika cute yang kau maksud adalah cute yang sama yang seperti Ten, Jaemin, atau Jisung."

"Tapi hyung memang cute."

Aku memutar bola mata. Lihat siapa yang bicara? Bukankah sebutan itu lebih cocok untuk dirinya sendiri? Pemuda itu yang senang sekali beraegyo. Terutama saat ia menginginkan sesuatu pada hyungnya.

"Aku tidak cute, Jaehyun. Aku manly," ucapku. Sambil tanpa sadar memajukkan bibir.

.


Dark

Aku takut gelap. Oh, pada dasarnya aku—Lee Taeyong—memang penakut. Aku memang tak pernah mau mengakui hal ini, tapi memang banyak yang aku takuti di dunia ini; hantu, alien, serangga yang lewat di depanku bahkan saat aku ditinggal sendirian.

Itu adalah bagian kecil ketakutanku yang bisa membuatku panas-dingin seketika.

"Jaehyunnie?"

Dia melirikku dari tempat tidurnya, yang tepat berada di samping kananku. "Kenapa, hyung?" tanyanya.

Aku, bukannya menjawab malah bangkit dari posisi tidurku yang kini menempati tempat tidur Mark. Aku memang bertukar kamar dengannya malam ini. "Bisakah kita nyalakan saja lampunya?" usulku sambil tanpa sadar menggigit bibir.

Jaehyun menyerhit mendengar itu sebelum menggeleng, "Aku tidak akan bisa tidur dengan lampu menyala, hyung," jelasnya kemudian berbalik menghadap arah lain, memunggungiku.

Aku mendesah kecewa, sesaat sebelum mendengar suaranya lagi.

"Tapi kau bisa tidur bersama di kasurku—eum, bersamaku—jika kau takut, hyung."

"Jangan salah sangka dulu. Aku tidak takut!" protesku.

Tapi meski begitu, malam itu aku tetap tidur di pelukannya.

.


Envy

Jaehyun pernah berkata suatu hari, aku ingat. Ia berkata bahwa ia merasa iri, sekali lagi iri, dengan wajahku yang terlihat seperti karakter dalam anime dan katanya banyak disukai para gadis.

Dia hanya tidak tahu. Bahwa aku bahkan merasa jauh lebih iri, sekali lagi iri dengan wajahnya yang entah kenapa selalu hadir di mimpiku.

Tiap malam.

Tampan hingga membuatku meleleh.

Oh… Apa yang baru saja aku katakan?

Sepertinya aku kerasukkan.

.


Fansign

Fansign baru saja selesai. Meski lelah dengan padatnya jadwal hari ini, aku malah merasa sangat senang. Entahlah, bertemu dengan fans, berbicara dengan mereka, merasakan cinta dan mendengar langsung kalimat-kalimat support dari mereka selalu membuatku tersenyum sendiri.

Banyak hal-hal lucu yang terjadi saat fansign dan aku selalu menikmatinya.

"Hyung."

Aku menoleh dan mendapati jika Jaehyun yang memanggil. "Ya?"

Jaehyun berjalan mendekat, berdiri tepat di depannya. "Berhentilah jadi cassanova," ujarnya sambil cemberut.

Sebenarnya Jaehyun bicara apa?

"Apa maksudmu?" tanyaku tak mengerti.

Cassanova? Dirinya?

"Hyung tidak boleh menyetujui setiap ajakan fans untuk menikah saat fansign dan memberikan mereka harapan palsu seperti itu."

Hah?

"Karena hyung hanya akan menikah denganku."

.


Game

Game memang bisa mengambil alih dan memonopoli perhatian Jaehyun dari apapun di sekitarnya, termasuk aku. Meski sudah beberapa kali aku memanggilnya sambil berteriak. Meski sudah beberapa kali aku melemparinya dengan bantal. Dia tetap seperti itu, tak bergeming di depan komputer. Padahal aku sedang bosan.

"Menyebalkan!" teriakku kesal.

Jaehyun yang mendengar itu segera mempause gamenya dan memutar kursinya menghadapku. Alisnya terangkat tinggi, "Apa, hyung?"

Aku cemberut. "Kau menyebalkan. Mengacuhkanku karena game bodoh itu," keluhku padanya dengan nada ketus. Aku bosan dan sekarang aku kesal. Ekspresiku saat ini pasti sangat tak enak untuk dilihat karena Jaehyun langsung memutar kursi dan mengalihkan pandangannya lagi ke komputer. Mengacuhkanku. Lagi.

Dengan sebal aku beringsut turun dari ranjang dan menuju ke arah pintu. Mencoba membukanya.

Klek!

Klek! Klek!

Pintunya terkunci.

"Tenang saja, hyung. Setelah aku menyelesaikan ini. Aku akan mengajakmu bermain," ujarnya sambil tersenyum aneh. Meski tak bisa dipastikan, tapi aku yakin Jaehyun melirik ranjang yang tadi aku duduki sekilas. Membuat alisku terangkat tinggi.

Apasih maksudnya?

.


Horny

Kini member NCT-U sedang ada di ruang tunggu. Menunggu giliran tampil untuk acara musik. Yang lain sedang mengobrol, tapi mataku malah jatuh terfokus pada satu tempat yang tak seharusnya. Pada salah satu bagian tubuh Jaehyun.

Dan sialan, kenapa wajahnya tiba-tiba terasa hangat?

Doyoung yang kebetulan memiliki arah pandang yang sama denganku tiba-tiba bicara, "Jaehyun kecil bangun lagi―"

Taeil langsung membungkam mulut pemuda tersayangnya itu dengan telapak tangan secepat mungkin. "Jaga bicaramu, sayang. Kalo Mark dengar bagaimana?" Beruntung magnae NCT U itu sedang sibuk dengan hal lain dan tak mendengar kalimat sebelumnya.

"Dan kau Jaehyun, kenapa bisa bangun?" bisikan Taeil-hyung terdengar.

Aku menatap Jaehyun yang hanya cengar-cengir.

"Dasar mesum," kataku sambil menggeleng-geleng.

Ini bukan kali pertama Jaehyun seperti ini. Sepertinya pemuda itu memang memiliki hormon berlebih. Adiknya bahkan bisa bangun di saat detik-detik mereka akan tampil. Dan tak ada waktu untuk menyelesaikan hal itu di kamar mandi sekarang.

Jaehyun membawa tubuhnya mendekat dan berbisik, "Hyung terlalu sexy, sih. Mana bisa aku tak horny."

.


Ice Cream

Ice cream adalah salah satu dari sekian banyak yang aku sukai di dunia ini. Manis, dingin dengan berbagai varian rasa. Siapa yang tidak menyukainya? Apalagi di siang hari saat matahari bersinar begitu terik, menikmati ice cream akan sangat menyenangkan.

"Taeyong-hyung?"

"Hum?" balasku sekenanya karena masih sibuk dengan ice cream vanilla di genggamanku.

Jaehyun terkekeh sebelum berkomentar, "Bibirmu belepotan."

Dengan segera aku mengusap bibirku dengan tangan. Berharap lebih baik karena ya, ice cream ini membuatku melupakan usiaku. "Sudah bersih?" tanyaku pada Jaehyun sambil mendongak, menunggu komentarnya.

"Belum." Dan sesaat setelah ia mengucapkannya, Jaehyun mendekat, menjilat sisa ice cream yang tersisa di sudut bibirku secepat kilat dan memberikan hisapan kecil di bibirku.

Membuatku terkejut. Tentu saja.

"Sekarang sudah," gumamnya sambil menyeringai. Menjilat bibirnya sendiri dan bergumam, "Manis…"

Aku membuang muka dengan wajah merah. Merutuki dalam hati kenapa Jaehyun bisa melakukan hal seperti itu di tempat umum seperti ini. Jika ada yang mengenali mereka bagaimana?

"Hhhhh." Aku menghela napas. Menatap ice creamku yang mulai meleleh dan mulai menyadari suatu hal. Sepertinya ada yang lebih aku sukai dari ice cream ini mulai sekarang.

Dan itu adalah―

Aku melirik Jaehyun yang kini sedang memainkan ponselnya di sebelahku.

—bibirnya.

"Aku pasti sudah gila…"

.


Jelly

Aku ingat saat itu, saat pertama kali kencanku—eum, mungkin lebih pantas jika disebut paksaan keluar karena sebelum aku mengiyakan dia sudah menutup teleponnya—dengan Jaehyun. Ia memintaku untuk datang ke taman dan aku menurutinya. Menunggu di bangku tepat di bawah sebuah pohon dengan penyamaran penuh―masker, topi, dan kacamata hitam.

Ini acara pergi keluar mereka yang pertama, setelah pernyataan mengejutkan tempo hari. Entah kenapa tapi aku merasa gugup sekali.

Saat itu waktu sudah menunjukkan pukul lima sore. Matahari akan tenggelam sebentar lagi. Sekitarku pun sudah mulai sepi karena sebagian besar sudah beranjak ke rumahnya.

Sepuluh menit berlalu dan aku mulai kesal. Jaehyun tak kunjung datang.

Namun, tepat saat aku bangkit dan hendak pergi. Sebuah suara membuatku menoleh. "Maaf aku harus mengurus sesuatu di rumah sebelum ke sini. Ayo kita mulai kencan kita, hyung." Ujarnya sambil tersenyum.

Tunggu.

Jadi semua hal tentang pacaran itu serius?

"Aku―"

Tak bisa bicara.

Apalagi saat ia mengamit tanganku dan mulai menarikku berjalan bersamanya.

Aku merasa kakiku seperti jelly.

.


Kitchen

Dapur dan aku mungkin adalah sepasang kekasih di masa lalu. Karena dapur adalah satu dari sekian banyak tempat yang paling sering aku kunjungi. Aku memang suka memasak dan menghabiskan waktu di dapur untuk mencoba resep baru atau sekedar menyiapkan makanan untuk perut-perut lapar para member.

Namun lain lagi halnya jika ditambah Jaehyun. Dapur, aku, dan Jaehyun adalah perpaduan yang mengerikan jika disatukan dalam kalimat.

Aneh? Mungkin ya.

Karena Jaehyun juga memiliki kelebihan dalam mengolah makanan. Bukankah kami harusnya menjadi partner yang sempurna untuk urusan dapur?

"Hyung, aku rasa kau memasukkan terlalu banyak memasukkan garam tadi."

"Itu belum matang. Kau harus menunggunya paling tidak dua menit lagi, hyung."

"Bukan begitu, hyung. Kau harus memotongnya begini―"

Atau tidak juga. Karena kmi selalu berakhir dengan berdebat jika dibuat memasak bersama.

Atau jika tidak―

"Hyung!"

Taeyong tersentak kaget saat seseorang tiba-tiba saja memeluknya dari belakang, saat ia sedang memasak. "Ada apa?" tanyanya.

"Aku merindukanmu, hyung," katanya sambil mengeratkan pelukannya.

Taeyong hanya menggeleng, bergerak tak nyaman di pelukan pemuda yang dua tahun lebih muda darinya. "Jangan ganggu aku. Aku sedang memasak."

Tapi Jaehyun tak mau mendengar. Malah dengan sengaja menggoda hyungnya itu dengan menyentuh tempat-tempat yang tak seharusnya.

"Jaehyun―"

Terakhir kali rekornya berkunjung ke dapur dan menggangguku membuat makanan, berakhir dengan membuat dapur hampir kebakaran karena kami terlalu sibuk sementara kompor masih menyala.

Dapur, aku, dan Jaehyun?

Benar-benar kombinasi yang buruk.

.


Lucky

"Kita benar-benar beruntung, hyung."

"Beruntung bagaimana?" tanyaku.

Kami berdua sedang ada di bandara sekarang, menunggu keberangkatan pesawat.

Jaehyun tersenyum lebar, "Kita beruntung karena bisa pergi ke Vietnam."

Aku menatap Jaehyun lama. Sebelum membuang muka ke sembarang arah. Apapun, selain wajah Jaehyun di depannya. "Jangan berfikir yang tidak-tidak. Kita ke sana bukan untuk liburan, apalagi honeymoon."

Jaehyun tersenyum penuh arti padanya. "Eiy, memang siapa yang berfikir kita pergi ke sana untuk honeymoon, hyung? Aku hanya bilang kita beruntung karena bisa pergi ke Vietnam saat member yang lain tidak."

Oh?

Sialan.

.


Miracle

Aku selalu percaya akan keajaiban karena keajaiban itu memang ada. Sesuatu yang tidak mungkin, bisa saja terjadi jika keajaiban itu datang.

"Jaehyunnie."

Aku bisa melihat lewat ujung mataku ia melirik, tanda mendengar. "Apa, hyung?"

Aku menutup mata sambil menggeleng pelan.

"Ada apa, hyung?" desaknya. Tak puas dengan jawabanku. Dia memang selalu tahu jika aku menyembunyikan sesuatu darinya.

Aku tersenyum. "Aku hanya berfikir bagaimana bisa kau dan aku dengan hubungan semacam ini."

"Aku sendiri tak tahu, hyung." Balasnya sambil memelukku.

Ya, mungkin. Ini sebuah keajaiban.

.


Necklace

Aku menatap curiga Jaehyun yang tersenyum misterius, dengan kedua tangan tersembunyi di belakang tubuhnya. "Apa yang kau sembunyikan, Jaehyun?"

Jaehyun menggeleng. "Tidak ada, hyung."

"Jangan bohong."

Aku mencoba melihat apa yang coba ia sembunyikan tapi Jaehyun dengan cepat menghindar. Senyuman misteriusnya semakin lebar.

"Jaehyun," panggilku dengan jengkel.

Jaehyun terkekeh, "Hyung mau tahu?"

Aku mengangguk.

"Kalau begitu tutup mata."

"Huh?"

"Tutup mata, hyuuuuung."

Aku menatap Jaehyun lama sebelum menyerah, dan berkata. "Baiklah." Aku menutup mataku, menunggu kejutan apa yang akan Jaehyun berikan. "Sudah. Sekarang apa?"

Tak ada sahutan dari Jaehyun, melainkan sensasi dingin yang menyentuh permukaan leher. Seketika aku membuka mata, menemukan sebuah kalung putih dengan bandul putih kecil berbentuk bulat bertuliskan JY.

Dan belum hilang rasa kagetnya, Jaehyun sudah memberinya kejutan lain berupa kecupan di bibirnya.

"Selamat ulang tahun, hyung."

.


Overact

"Jaehyunnie! Kembalikan ponselku!"

Jaehyun menggeleng dan mengantongi ponsel itu. "Tidak," ujarnya tegas.

Aku merengut kesal. "Kenapa ponselku kau ambil? Aku harus menelpon Sehun-hyung. Aku—"

"Tidak boleh."

EH?

"Kau. Tidak. Boleh. Menelpon. Siapapun."

Dan aku merengut lagi. Kesal. "Tapi aku hanya—"

"Tidak boleh."

"Jaehyun—"

"Tidak." Dan dia pergi.

"Padahal aku hanya ingin mengucapkan terimakasih untuk kiriman album EXO darinya kemarin."

Haah. Memang susah punya pacar seperti Jaehyun.

"Kalau cemburu bilang. Dasar berlebihan…" dan aku hanya bisa terkekeh sambil berjalan ke arah telepon rumah yang ada di dorm.

Tapi bukankah berlebihan itu tanda cinta?

.


Proposal

Aku sambil terkantuk-kantuk mendengar Jaehyun bernanyi. Jaehyun sedang tidak di dorm, ia pulang ke rumahnya untuk sesuatu yang entah apa. Dan kemudian pemuda Jung itu menelpon. Bilang ingin mendengar pendapatku tentang sebuah lagu, yang kini sedang ia nyanyikan.

Aku sih senang-senang saja. Tapi, oh ya ampun. Ini 'kan tengah malam.

"Hyung? Kau masih di sana?" tanyanya setelah selesai menyanyi.

Aku memangguk seperti orang bodoh sebelum menyadari sesuatu―bahwa Jaehyun takkan bisa melihatnya―dan kemudian berkata. "Ya, aku masih di sini." jawabku, kembali menguap.

"Ah, baguslah. Bagaimana menurutmu, Taeyong-hyung?"

Aku menggaruk tengkuk dan mengatakan, "Bagus. Aku suka." Meski sebenarnya tak mendengarkan dengan baik―baik nyanyiannya atau apapun yang Jaehyun katakan sebelumnya.

Aku benar-benar mengantuk.

"Baguslah kalau kau menerima lamaranku. Oh iya, cincinnya sudah aku titipkan pada Taeil-hyung tadi. Besok aku dan keluargaku akan datang ke rumahmu untuk merencanakan pernikahan kita. Jadi persiapkan dirimu, hyung."

"Hmm… baiklah. Sampai ketemu besok, Jaehyunnie…"

Tuuuuuttt —

Dan sambungan telepon langsung kumatikan.

Aku. Benar-benar. Mengantuk.

Tapi tunggu―

Tadi Jaehyun bilang apa?

Lamaran? Cincin? Pernikahan?

"APA?!" seketika aku terjaga. Menatap horror ponselku yang tergeletak begitu saja di ranjang. Sebuah pemahaman tiba-tiba hinggap di benakku.

"Jaehyunnie! Dasar tak romatis! Masa melamar tengah malam begini lewat telepon!"

Dan aku hanya bisa menyesali kebodohanku yang bahkan tak mendengar dengan seksama lagu yang digunakan Jaehyun untuk melamar. Dan tak memperdulikan Haechan yang terbangun karena teriakanku, aku langsung berlari ke kamar Taeil-hyung untuk menagih cincin itu.

.


Question

Kenapa bisa jadi begini?

Aku dan Jaehyun?

Apa yang sebenarnya terjadi?

Banyak sekali pertanyaan yang memenuhi pikiranku dengan hubungan antara aku dan Jaehyun saat ini, semenjak insiden di belakang panggung dan kencan pertama. Tak ada yang kumengerti—semuanya terjadi begitu saja. Dan aku mulai bosan. Karena setiap kali aku bertanya pada Jaehyun, dia akan menjawab dengan hal yang sama;

"Tak ada yang harus kau mengerti, hyung. Karena aku menyukaimu."

Aku merengek tak puas. "Tapi, kenapa? Semuanya aneh. Aneh sekali. Kenapa bisa? Kau dan aku?"

Tapi Jaehyun hanya tertawa dan bertanya balik. "Kau menyukaiku, hyung?"

Aku mengangguk. "Ya."

"Yasudah." balasnya santai sambil memelukku.

Dan pertanyaan itu. Tetap tak terjawab.

.


Rainbow

"Hyung, kau itu seperti pelangi." Jaehyun berkata lagi, kesekian kalinya hari ini dengan kalimat yang sama. Padaku.

Aku terheran. Aneh saja.

"Jaehyunnie? Kau sakit?" tanyaku khawatir sambil menaruh telapak tangan di dahinya. Tapi suhu badannya normal.

"Aku tidak sakit, hyung," kesalnya sambil menyingkirkan tanganku. " Aku kan sedang mencoba menggombal. Harusnya hyung bertanya 'kenapa?'. Begitu…," jelasnya lagi sambil merengut kesal.

Apa? Menggombal?

Alisku semakin terangkat tinggi tapi meski begitu kuladeni permintaannya. "Oke, oke. Aku seperti pelangi. Kenapa?"

Jaehyun tersenyum lembut menatapku pada akhirnya, sebelum berkata, "Karena hyung— selalu berhasil membuat hidupku menjadi lebih indah dan berwana."

"Eh?" aku memalingkan wajah, melihatnya menyeringai tampan.

Kenapa aku merona begini sih!

.


Spongebob

Spongbob adalah makhluk laut yang bebentuk spon cuci. Tokoh animasi yang begitu aku sukai. Ia lucu dan ia bisa membuat Jaehyun cemburu.

Serius.

Saat aku pertama kali menonton film ini saat sedang tak sengaja memindahkan channel, aku langsung jatuh cinta padanya. Dan Jaehyun yang tahu hal itu, memberikan aku boneka spongebob untuk hadiah ulang tahunku yang kedua puluh satu. Aku selalu memeluk boneka ini setiap malam dan itu sepertinya membuat Jaehyun agak jengah.

Seperti anak kecil—itu katanya. Tapi aku, tentu saja tak peduli.

"Hyung! Buang boneka itu!" Jaehyun berujar kesal setelah ia berusaha merebut boneka spongebob kesayang dari tanganku yang memeluknya kuat-kuat.

"Kenapa mesti dibuang?" rengekku. Aku sangat menyanyangi boneka ini. Boneka ini, selain aku menyukainya, orang yang memberikannya pun orang yang aku sukai. Mana mungkin aku buang begitu saja?!

Jaehyun menatapku tajam setelah menyerah. "Kalau begitu simpan saja boneka itu di lemari!"

Aku merengut mendengar nada perintahnya itu. Huh. "Kenapa?" tanyaku.

"Aku menyesal memberikanmu boneka itu, hyung." Desis Jaehyun sebal. "Kau jadi jarang memelukku karena boneka itu."

Mataku membola dan mendongak menatap Jaehyun yang kulihat sudah berlalu sambil membanting pintu kamar. "Ha?"

Dan semenjak saat itu. Boneka itu tak pernah aku peluk saat tidur lagi.

.


Together

Bahagia itu sederhana. Dan aku setuju.

Tak perlu sesuatu yang muluk-muluk dan berlebihan.

Tak usah dengan makan malam romantis di restoran mahal.

Tak perlu hidangan yang merogoh kocek terlalu dalam.

"Jaehyun…"

"Hum?"

"Aku bahagia." Aku tersenyum menatapnya.

"Aku juga." balasnya sambil tersenyum manis. Sedetik sebelum mengubah ekspresinya, "Tapi cepat, hyung! Buka bekal makan siangnya. Aku lapar!"

Dan bahagia itu, saat aku bersama Jaehyun. Di practice room. Setelah lelah berlatih menari dan makan siang bersama.

Ya 'kan?

.


Uke

"Hyung, kau tahu tidak kenapa orang-orang lebih suka JaeYong dengan aku sebagai uke?" lagi-lagi pertanyaan random yang dilontarkan Jaehyun hari ini. Dia terlihat kesal, entah apa yang membuatnya begitu akupun tidak mengerti. Padahal sedari tadi ia sibuk dengan laptop bodohnya hingga mengacuhkan aku. "Padahal jelas-jelas aku lebih manly darimu."

"Tidak tahu," balasku acuh tak acuh. Masih marah karena diabaikan. Sedikit kesal juga saat fakta bahwa sesuatu seperti lebih manly diungkit.

Jaehyun mendekat setelah mendengar jawabanku. Aku memang sedang duduk di atas ranjang Jaehyun sekarang sambil mendengarkan lagu. Dan tampangnya yang aneh membuatku sedikit bergidik saat ia semakin dekat. "Apa?" tanyaku.

Jaehyun tak menjawab, malah mendekatkan wajahnya membuat aku mundur hingga terpojok ke kepala ranjang. Bisa aku rasakan nafas Jaehyun yang hanya berjarak beberapa senti dari wajahku. Dan itu mau tak mau membuatku menunduk, menahan malu dengan wajah merah.

Jaehyun mengamatiku dengan lekat, sebelum tersenyum aneh dan mencuri ciuman dariku.

Cup

Hanya sekilas tapi sukses membuatku diam seribu bahasa dengan wajah merona parah.

"Sekarang aku yakin mereka salah mengira. Hyung, di depan kamera memang garang―"

Aku yang tak mengerti dengan ucapannya hanya bisa diam. Menunggu kelanjutan ucapannya.

"Tapi kau memang hanya pantas menjadi uke-ku, hyung. Karena nyatanya kau terlalu manis." ujarnya sambil menyeringai. Dan berlalu pergi.

.


Voice

Mengagumkan adalah kata yang paling tepat untuk menggambarkan suara yang mengalun dari bibir Jaehyun. Suaranya sedang menyanyi, bicara bahkan mendengkur sekalipun masih terdengar begitu merdu. Suara dengan ciri khas seperti itu hanyalah Jaehyun yang memilikinya.

Kau tahu?

Saat ada orang bertanya padaku; 'Apa yang paling kau sukai dari seorang Jung Jaehyun?' maka aku, tanpa ragu sedikitpun, akan menjawab;

Suaranya.

Berbeda saat aku bertanya pada Jaehyun. 'Apa yang paling kau sukai dari seorang Jung Jaehyun?'

Sebelumnya aku mengira ia akan menjawab sama sepertiku, meski agak narsis tapi ternyata ia tak senarsis itu. Karena ia menjawab;

"Namaku," jawabnya dengan senyuman manis.

Aku menyerhit tak mengerti.

Ia menatapku aneh sebelum berkata lagi, "Namaku yang sedang kau desahkan dengan suara sexymu itu, hyung."

Pervert.

.


Wedding

Pasangan berbahagia berada di depan pastur dan mengucapkan janji setia. Di sebuah gereja. Di hari yang begitu cerah. Di saksikan semua teman dan keluarga dekat. Mengucapkan janji setia untuk saling menjaga, mencintai dalam suka dan duka hingga maut memisahkan.

Dan dengan iringan piano dan ucapan sang pastur keduanya sah menjadi pasangan hidup. Benar-benar tak bisa kulupakan.

"Silahkah mencium pasangan Anda."

Ah. Terlebih ciuman setelah itu.

"Hyung."

"Apa?"

"Maaf karena kau harus lebih lama menunggu untuk berada di sana bersamaku."

Aku hanya tersenyum, saat Jaehyun menggenggam tanganku.

Dia memang sudah melamarku. Hanya saja, mengingat profesi kami yang sekarang dan pertimbangan yang lain, kami memutuskan untuk menunda semuanya.

"Aku takkan pergi kemanapun, Jaehyunnie. Tidak saat kau belum menjadikan margaku sama denganmu."

.


Xoxo

Peluk dan cium.

Aku selalu mendapatkan dan memberi kedua hal itu sebelum tidur. Setidaknya semenjak Jaehyun selalu berada di sisiku.

"Selamat tidur, hyung."

"Selamat tidur, Jaehyunnie."

.


Yours

"Hyung milikku?"

Ekspresi polos Winwin saat itu membuat Taeyong tertawa, juga karena saengnya itu yang belum terlalu bisa bahasa korea sehingga memilih kata yang salah. "Aku milikmu."

"TIDAK! TAEYONG-HYUNG ITU MILIKKU!"

"Jaehyun-hyung, berisik."

Mereka sedang menonton NCT Life in Seoul bersama. Tapi saat scene dirinya dan Winwin muncul, Jaehyun tiba-tiba heboh sendiri. Dengan cemberut beranjak dari tempat duduknya dan pergi begitu saja ke kamar.

Semua member memandangku, jadi aku membawa diriku untuk menyusulnya.

"Jaehyunnie, jangan bodoh. Sudah jelas aku milikmu kan?"

.


Zipper

Suara langkah kaki terdengar. Bersamaan dengan suara familiar memanggil, "Taeyong-hyuuuuuung."

Aku cepat-cepat menjauhkan diri. Bersamaan dengan sosok kecil Jisung yang muncul setelah daun pintu dibuka. Senyumnya lebar, dan semakin lebar saat ia menemukan orang yang dicarinya.

"Loh, ada Jaehyun-hyung juga."

Jaehyun tersenyum sementara aku mencoba menghilangkan sesuatu yang terasa mengganjal di tenggorokkan dengan terbatuk kecil, "Kenapa Jisungie?"

"Hyuuuuung. Aku lapar," jawab Jisung.

Taeyong mengangguk mengerti. "Baiklah. Hyung buatkan makanan sekarang. Ayo," ajaknya.

Tapi Jisung tak langsung beranjak. Melainkan menatap hyung satunya lagi yang ada di ruangan itu.

"Kenapa, Jisungie?" tanyaku.

"Tidak apa-apa, hyung." Jisung menggeleng pelan. Tersenyum sebelum kembali menjawab, sambil menujuk Jaehyun. "Hanya mau bilang. Jaehyun-hyung, itu reseleting celananya terbuka."

.


END

.


Haihai~ kembali lagi dengan sesuatu yang aneh dan ga jelas. Semoga ga bosan-bosan. Karena aku nyepam terus. Hehe.

Dari yang di atas, huruf apa yang paling kalian suka? Atau gaada ada? Haha. Tell me, ne~

Oh iya, berencana buat juga dengan Jaehyun POV, dan mungkin setelah itu pair lainnya. Gimana menurut kalian? Terus ada yang punya ide untuk katanya? Hehe. Jujur blank banget di huruf X dan Z. LoL.

Ditunggu komentarnya ya~

Sekalian, berhubung ini sudah tanggal 4, aku juga mau ngucapin:

HAPPY MONTHIVERSARY YANG PERTAMA BUAT GRUP JAEYONG SHIPPER!

Ga kerasa udah sebulan lagi. Semoga memasuki bulan kedua ini, grupnya makin seru, rame, semakin mencintai JaeYong dan tentu aja; SEMAKIN ANU. Haha. (Pelukcium ke 57 member satu-satu)

#JaeYongSpreadLove #JaeYongSpreadLove #JaeYongSpreadLove #JaeYongSpreadLove

Mari meramaikan dan menyebarkan cinta untuk JaeYong!

Ppyong~!