They Belong to GOD
Sst… It's Secret by Melody of Sky
Warning
AU/OOC/YAOI/Typo(s)/Misstypo(s)/LUMIN and many more
Don't Like? Don't Read!
Enjoy it guys :3
Jatuh cinta itu berjuta rasanya. Ah bahkan kata orang kotoran pun akan terasa seperti coklat kalau sedang jatuh cinta. Kris penasaran jika ia menjejalkan kotoran ke mulut temannya itu apa temannya akan menyetujui asumsi aneh itu.
Kris memutar kedua bola matanya saat mendapati, Kim Min Seok, temanya tersenyum-senyum sendiri. Harus Kris akui, ia sedikit malu mempunyai teman seperti Min Seok.
Baiklah. Ia. Malu. Sekali.
"Kau perlu pergi ke psikiater, Min Seok," ucap Kris sarkastis. Sedangkan, Min Seok mencibir saat mendengarnya.
"Kuerisue~ Kuerisue~"
"Panggil aku Yi Fan jika lidahmu terlalu norak bahkan untuk sekedar mengucapkan namaku dengan benar." Min Seok cengengesan mendengarnya.
"Oh ayolah, Kris. Kau selalu saja menganggap semua hal dengan serius." Kris mendengus.
"Jika senyum-senyum sendiri dengan pandangan menerawang di kantin sekolah bukanlah suatu hal yang perlu dianggap serius. Kau benar-benar harus dimasukan ke dalam rumah sakit jiwa, lebih spesifik lagi. Penjara rumah sakit jiwa." Kris mengambil orange jusnya kemudian menyesapnya hingga menyisakan seperempat bagian saja.
"Kau hanya tidak tahu saja, Kris. Aku hanya sedang jatuh cinta." Kris nyaris saja melempar gelas yang ada di tangannya ke kepala Min Seok.
"Jatuh cinta katamu? Kau baru menemuinya ah menabraknya satu kali dan kau pikir kau tengah jatuh cinta padanya?"
Kris tak habis pikir dengan Min Seok. Astaga, baru tadi pagi temannya ini berlari ke arahnya dengan ekspresi seperti melihat mayat yang hidup kembali, melihat keadaan temannya seperti itu mau tak mau membuat Kris ikut panik. Dan tahu apa yang terjadi setelahnya? 'Kris, kupikir aku telah jatuh cinta pada gadis yang baru saja kutabrak.' Tak tahukah kau wahai Kim Min Seok. Pada saat itu Kris benar-benar ingin membuangmu ke tempat sampah atau paling tidak menitipkan sampah sepertimu pada pak Han. Yah, sampah masyarakat.
"Jadi, siapa namanya?" Kris menegak habis sisa orange jusnya setelah menanyakan hal itu pada Min Seok.
"Tidak tahu." Kris melotot tak percaya. Ah terima kasih Tuhan, setidaknya Kris tidak tersedak orange jusnya.
"Kau. Tidak. Tahu."
Itu pernyataan dan bukan pertanyaan. Min Seok hanya menggaruk tengkuknya canggung. "Yah... bisa dibil-"
BRAK
"Yak! Kim Min Seok! Kenapa hidupmu seperti ini?!" Kris menggebrak meja yang memisahkan dirinya dan Min Seok.
Tak hanya Min Seok yang terkejut atas tindakan Jung Yoong Jin aka Kris, seluruh penghuni kantin itu seolah menjelma menjadi patung yang melotot ke arah Kris. Menyadari akibat yang ditimbulkannya tadi, Kris hanya bisa meringis dan mengutuk Min Seok dalam hati kemudian membungkukan badannya berkali-kali sembari meminta maaf pada semua penghuni kantin. "Maafkan saya. Maafkan saya." Ah tolong ingatkan Kris untuk mencatat di jurnal miliknya untuk membunuh makhluk hidup bernama Kim Min Seok.
"Ah, di mana ya bidadariku yang cantik itu?" Kris lagi-lagi hampir tersedak mendengar penuturan teman sejak lahirnya itu. Kali ini bukan orange jus tapi puding coklat. Akhirnya Kris menyerah untuk membawa Min Seok kembali ke jalan yang benar. Kali ini mereka sudah berada di area taman depan Dong Bang Gakuen, sekolah khusus laki-laki.
Kris duduk di salah satu bangku yang tersedia sembari memangku kaki kanannya di atas kaki kirinya, ia kembali menyendok cup berisikan puding coklatnya kemudian memasukannya ke mulutnya, mengunyahnya perlahan sembari memperhatikan Min Seok yang ada di hadapannya yang telah berubah seperti anak anjing yang kehilangan induknya. Menyedihkan. Saat menyendok puding keduanya, Kris dapat melihat tubuh mungil Min Seok menegang.
"Min Seok?" Kris menghampiri Min Seok yang sudah seperti kehilangan hidupnya. Mata elang milik Kris mengikuti arah pandang Min Seok, matanya memincing saat mengenal seragam almamater yang dikenakan segerombolan murid perempuan yang menjadi fokus temannya.
"Shin Ki Gakuen?" Sontak Min Seok mengalihkan pandangannya dari gerombolan itu dan beralih pada Kris.
"Kau tahu mereka?" tanya Min Seok tak percaya. Sedangkan Kris hanya menjitak temannya itu.
"Tentu saja! Mereka satu yayasan dengan sekolah kita." Kris menghela napas frustasi. "Aku mulai curiga, jangan-jangan kau tak tahu nama sekolah kita."
Min Seok mengusap-usap kepalanya yang mendapat kenang-kenangan dari Kris. "Tentu aku tahu di mana aku bersekolah!"
"Lalu, kenapa kau sampai tak mengenali Shin Ki Gakuen yang jelas-jelas ada di samping kiri sekolah kita persis?"
"Aku datang dan pergi dari arah kanan." Min Seok mencoba membela dirinya dan itu mengakibatkan helaan napas Kris yang semakin kasar.
"Lu Han!" pekikan seorang gadis mampu membuat kedua pemuda itu kembali memperhatikan gerombolan siswi Shin Ki Gakuen itu. Dan saat itulah Min Seok melepas jiwanya untuk kedua kali. Gadis bersurai pirang panjang itu ada di sana. Gadis yang ia tabrak tadi pagi. Gadis yang mampu mengambil alih kendali otak Kim Min Seok dengan sekali tatapan berhenti berjalan dan berbalik untuk bercengkrama dengan temannya. Senyum itu... Menakjubkan.
"Lu Han," guman Min Seok dalam. Tanpa perlu bertanya, otak cerdas milik Kris sudah memproses semua data yang ada dan menyimpulkan menjadi sebuah informasi bahwa gadis bernama Lu Han itulah yang bertanggung jawab atas ketidakwarasan temannya ini. Namun, ada satu hal. Entah mengapa Kris tak begitu menyukai Lu Han.
Gadis itu... berbeda.
"Lu Han."
"Lu~ Han~"
"Gyaaaa! Namanya manis sekali."
Kris sudah pasrah melihat temannya yang sudah tak terselamatkan itu lagi. Lihatlah, melompat-lompat di area Dong Bang Gakuen yang masih banyak siswa-siwa berlalu lalang. Selang beberapa detik, mendadak Min Seok menghentikan kegilaannya
'Eh? Sudah waras?' Baru saja Kris akan mengucapkan rasa syukurnya pada Tuhan kalau saja Min Seok tak memandangnya datar. Tentu saja itu membuat Kris bergidik ngeri, astaga! Jangan-jangan teman seperjuangannya sedari kecil itu kerasukan.
"Bukankah Shin Ki Gakuen itu kebalikan dari Dong Bang Gakuen? Berarti itu sekolah khusus perempuan?" Kris menghembuskan napasnya yang sepersekian detik tadi sempat tertahan.
"Hah... kupikir ada apa. Iya sekolah itu khusus perempuan. Kenapa? Mau menyamar menjadi perempuan agar lebih dekat dengan gadis itu?" Setelah mengatakannya... ah Kris menyesal bukan main saat menatap temannya itu yang berbinar-binar, seolah ia sudah mengungkapkan misteri maha dasyat dunia.
"Tidak. Kim Min Seok. Jangan gila!"
"Hah... aku sudah gila sejak menemukannya. Seolah duniaku terpusat pada bidadari cantikku itu." Hampir saja Kris menghantamkan kepala Min Seok pada gerbang masuk Dong Bang Gakuen. Kris sudah kehilangan seluruh kosakata dunia yang ia ketahui. Tuhan.
"Kumohon. Tolonglah aku kali ini saja."
"Kim Min Seok!"
Entahlah. Kris sendiri juga bingung kenapa ia bisa dibujuk oleh Min Seok. Untuk pertama kali dalam tujuhbelas tahun hidupnya, Kris menyesal terlahir sebagai putra tunggal pasangan pemilik Dong Bang Shin Ki Gakuen. Sekarang, mereka berdua sedang di kamar pribadi Kris, ah tidak juga, Min Seok tengah berada di kamar mandi untuk mengganti pakaian, menyisakan Kris yang terduduk sendiri di atas ranjangnya.
"Ah iya. Tolong urus semuanya ya pak Kwon. Iya... iya, maaf juga karena telah merepotkan anda. Ya, terima kasih." Tepat saat Kris mengakhiri pembicaraannya di telpon, Min Seok keluar dari kamar mandi, lengkap dengan rambut hitam panjang berponi dan seragam Shin Ki Gakuen. Min Seok benar-benar terlihat seperti boneka hidup yang menggemaskan. Kris? Oh dia membeku melihatnya dengan mulut ternganga.
"Ah... apa ini benar-benar menggelikan?" Kris tetap menganga, sesekali menutupnya kemudian terbuka lagi. Persis ikan Koi yang terdampar. Min Seok menggaruk pipi tembamnya dengan telunjuk kanannya, rona merah muda telah sukses terlukis di kedua pipinya yang putih bersih. Cukup mengejutkan, Min Seok yang notabenenya seorang laki-laki memiliki kulit sebagus itu. Luar biasa. Dan Kris baru menyadarinya.
"Kris? Halo~ kau masih hidupkan? Kris!" Kris yang tersadar dari keterkejutannya hanya bisa berdehem gugup. "Ekhem. Semuanya sudah kuatur. Kau bisa masuk Shin Ki Gakuen besok."
Entah apa yang akan orang tuanya dan orang tua Min Seok mengamati ini semua, bahkan untuk membayangkannya saja Kris belum siap mental. Saat ini yang hanya bisa Kris lakukan adalah berdoa. Semoga nyawanya selamat dan semua kegilaan ini berakhir.
"Yay! Kau memang yang terhebat Kris!"
"Min Seok! Jangan melompat-lompat, celana dalammu terlihat."
"Eh... iy-iya. Maaf."
Kim Min Seok menatap gerbang Shin Ki Gakuen di hadapannya dengan perasaan gugup. Meski ia sudah yakin ia terlihat seperti anak perempuan karena seragam yang ia kenakan, tetap saja hal itu tak mengubah perasaannya. Seragam almamater kuning cerah yang menutupi kemeja putih dalamnya dipadukan dengan rok kotak-kotak coklat bergaris hitam di atas lutut. Scraf bercorak coklat dan kuning menyelubungi lehernya, cukup melegakan karena setidaknya benda itu bisa menutupi jakunnya. Min Seok kemudian menambahkan stoking hitam selutut dan disempurnakan dengan snekears berwarna coklat pastel. Satu gambaran untuknya. Manis.
Ah tapi tetap saja, ini juga pertama kalinya Min Seok berpisah dengan Kris dan mau tak mau satu kenyataan itu semakin membuatnya gugup. Min Seok menoleh ke arah gerbang Dong Bang Gakuen, di sana Kris masih setia menunggunya; menyenderkan sebagian berat tubuhnya pada badan gerbang dan melipat kedua lengannya di depan dada, matanya tak lepas dari Min Seok. Ah Min Seok ingin sekali menangis haru walau masih ada rasa kesal di hatinya karena percakapannya dengan Kris kemarin.
'Kris.'
'Hm.'
'Ayo ikut menyamar bersamaku.'
'Mati saja kau, Kim.'
Min Seok kembali memandang gerbang di hadapannya lagi, seketika itu juga mentalnya kembali jatuh. Bagaimana jika ia ketahuan? Lalu apa kata orang nanti? Ah kenapa ia bimbang sekarang? "Astaga! Bukankah ia siswa Dong Bang Gakuen?"
EEEEKTH!
Belum apa-apa dia sudah ketahuan?
"Tinggi sekali dan rambut pirangnya benar-benar cocok dengan wajahnya. Tampan!" Baiklah ada beberapa hal yang perlu dikoreksi dalam situasi ini. Pertama, dia memang tinggi jika dibandingkan siswi Shin Ki Gakuen yang lain tapi kata 'sekali' sepertinya itu terlalu berlebihan. Kedua, Min Seok yakin seyakin-yakinnya jiwa wig yang ia kenakan ini berwarna hitam pekat, sama seperti kemarin. Jadi, siapa yang mereka maksud? Tinggi? Pirang?
"Kris-oppa!" Min Seok mendengus saat temannya itu tengah menjadi pusat perhatian siswi-siswi Shin Ki Gakuen. Huh? Tampang apa itu? Sok keren sekali padahal jika bersamanya Kris benar-benar terlihat semacam idiot yang berteman dengan idiot lain.
Err... sudahlah!
Saat hendak memasuki sekolah barunya. Kembali, ia merasa jiwanya hilang entah kemana. Lu Han. Min Seok membeku beberapa saat kemudian tersadar bidadarinya terlihat terburu-buru memasuki bangunan sekolah. Tubuhnya bergerak tanpa perintah otaknya, entah magnet apa yang menariknya. Min Seok mengekor di belakang Lu Han. Min Seok sibuk mengagumi sosok Lu Han yang sempurna di matanya. Gadis manis itu cinta pertamanya. Mereka berjalan sepanjang koridor sekolah kemudian berbelok ke kanan saat di persimpangan.
Toliet. Min Seok membeku melihat Lu Han memasuki ruangan pribadi itu. Ia terlihat ragu untuk beberapa saat. Sungguh tidak sopan jika laki-laki sepertinya memasuki toliet perempuan. Tapi kan dia 'perempuan'. Dengan wajah memerah dan senyum yang mengembang di wajahnya, Min Seok mendorong pintu toliet itu. Dunianya hancur. Senyum yang ia kembangkan tadi entah pergi kemana dan digantikan oleh mimik muka yang menunjukan keterkejutan yang teramat sangat. Matanya melebar dan bibirnya terbuka, bergetar. Lu Han.
Lu Han-'nya'.
"Ka-kau." Cicitan itu tetap mampu tertangkap oleh sosok yang tengah memantulkan refleksinya di depan cermin. Keterkejutan nampak di kedua mata madunya meskipun wajahnya tetap biasa.
Lu Han.
Cinta pertamanya...
"K-KAU! LAKI-LAKI?!"
To Be Continue
Halooo~ Sky's here :3 wkwk bukannya ngelanjutin fict lain malah bawa fict ini wkwk dan main cast-nya Xiuchaaaa~n wkwkw my my my lovely husband and slave? LOL
Oke tanpa banyak omong lagi.
Keep or delete?
Love
Xiuchan's beautiful and kece (?) wife.
Sky
