Eka's headnote : Saya tidak tahu mau komen apa... Silakan baca sendiri fic ini... ^^

Genre : Fantasy, supranatural, dan (sepertinya) tragedy.

Rating : T

Pairing : Many Pairings—straight pair.

Warning : AU, (agak) OOC, typo, straight pair, don't like don't read.


Prologue—

...Inilah awal dari neraka,

sebuah keabadian membawa serta maut dalam genggaman tangan.


#

Bleach Tite Kubo

Absolute © Eka Kuchiki

#


-Ichi- Knight


Malam hari, langit kelam tanpa bintang dengan suasana dingin menggigit sumsum tulang. Derap langkah kuda perang berlari menerjang hingga menimbulkan gempa sekitar 5 skala richter. Terdengar gemuruh seruan membara sang pemimpin, memerintah sebagian anak buahnya untuk melepaskan anak panah. Sebagian yang berpedang maju menghentak di atas punggung sang kuda.

Diantara beratus ksatria itu, terdapat seorang remaja tanggung yang mengenggam erat katana-nya. Rambut hitam pendeknya menari karena tiupan angin. Mata hijau lautnya mengamati setiap gerakan musuh dengan seksama—sementara tangan kanannya tetap menggenggam erat katana. Mendengar komando dari sang pemimpin, pemuda itu menarik kekang kudanya lalu berlari menerjang musuh. Dengan bilah katana yang berkilat—dan ketangguhan sang remaja, ia menghabisi musuh-musuhnya.

CRAT!

Merah, merah, dan merah membasahi bagian tanah yang gelap. Bau besi menguar di sekelilingnya. Ia tak bisa menghitung sudah berapa kali ia menebas leher musuhnya. Ia juga tidak tahu pastinya berapa kali ia menancapkan bilah katana-nya ke arah jantung dan perut. Yang ia lihat dari iris aqua green-nya adalah darah, darah, dan darah.

Ia terus membantai musuhnya tanpa jeda waktu yang terbuang. Mata hijau lautnya tak mengawasi bahwa bahaya telah mengintainya diam-diam. Beberapa ksatria memanggil namanya supaya ia mundur secepatnya, tetapi ia tak menggubrisnya. Sampai pemimpinnya berteriak memanggil namanya...

"KAIEN! MUNDUR—"

JLEB!

...namun semuanya terlambat. Sebuah anak panah melesat tepat menembus dada kirinya. Mata hijau lautnya membelalak, lalu kelopak matanya menutup matanya—terpejam. Mulutnya memuntahkan merah darah. Nafasnya terhenti saat mata panah tersebut tepat menembus jantungnya. Tubuhnya lunglai jatuh dari punggung kuda. Takdir tidak bisa dihindari.

—Dia telah mati...

#

"—Ini dimana?"

"Ternyata kau sudah sadar."

"Kau... siapa?"

"Kau tidak perlu tahu siapa aku. Aku akan memberikanmu sesuatu,"

"...sesuatu yang bernama kehidupan..."


-Ni- Lucifer [1]

(Flashback)


Kerajaan Seireitei kini diliputi rasa cekam. Sang Raja meminta sebuah benda yang memiliki kekuatan kekal. Benda yang konon memiliki kekuatan sihir kuat tersebut membuat pemiliknya dapat hidup kekal abadi, tak akan disentuh oleh kematian.

...Hougyoku.

Dan kini, sang Raja duduk dengan anggunnya di atas kursi tahta. Rambut coklat tuanya sebagian tertutup dengan mahkotanya yang berbahan dasar emas dan platina. Mata coklat itu menangkap dua sosok berambut hitam dan berambut perak keunguan tengah berjalan, lalu berlutut dihadapannya. Sang Raja mengulas senyum sebelum beralih ke topik utama.

"Apa kalian sudah menemukan Hougyoku?"

Sang Patih—seorang pemuda kurus berambut perak keunguan—menggelengkan kepala. "Penduduk di desa Rukongai tidak mengetahui dimana letak Hougyoku, Yang Mulia," jawabnya disertai dengan seringai layaknya rubah.

Sang Penasihat—seorang pemuda berambut hitam—menambahkan keterangan dari sang Patih. "Lebih tepatnya, mereka tidak tahu letak Hougyoku karena mereka sebenarnya mengetahui bahwa benda tersebut tidak berada di desa Rukongai, tetapi di desa lain, Yang Mulia," sang Penasihat tetap dalam ekspresinya yang datar. "Saya berani jamin, Yang Mulia."

Sang Raja mengangguk sekali, lalu menyunggingkan seukir seringai. Wajahnya yang tampan kini bagaikan wajah Lucifer yang dihiasi seringai. Bibir itu bergerak—mengucapkan sebuah titah.

"Bumihanguskan desa Rukongai."

Tak ada yang berani menentang titah sang Raja. Manusia jelmaan Lucifer tersebut sudah kehilangan hati nurani. Kedua manusia yang berada di hadapan sang Raja mulai melangkahkan kaki menjauhi sang Raja—melaksanakan titah Raja.


-San- Rebellion


"KEBAKARAN! KEBAKARAN!"

Orang-orang di desa Rukongai daerah Utara menghentakkan kaki mereka secepat yang mereka bisa. Desa Rukongai berubah menjadi neraka. Kobaran merah menyulut semua yang ada dihadapannya. Derap langkah kaki berlarian, mendekati sumber air untuk memadamkan neraka. Angin serta merta bertiup kencang, mendukung sang api untuk melalap habis kayu-kayu rumah.

Warna merah begitu kontras dengan gelap langit malam. Pada malam itu, rumah bangsawan Shiba habis dilalap si jago merah. Dari rumah mewah yang telah disantap oleh merah api, dua orang berusia kepala tiga beserta satu anak perempuan dan satu anak laki-laki—mengikuti penduduk desa yang berlari. Namun, anak laki-laki itu masih bergeming ditempatnya.

"Neesan! Aku tidak mau ikut!"

Teriakan anak laki-laki itu mendengingkan gadis kecil itu. Gadis berambut hitam itu menarik paksa lengan sang adik—dan adiknya memberontak sembari bergeming di tempat.

"Ganju! Jangan manja!" bentak gadis itu. Bukannya menurut, sang adik malah menangis keras. Menangis meraung-raung karena sedang menunggu sesuatu. Bukan, bukan sebuah benda.

"...Aku mau pergi bersama Kaien-nii!"

Gadis berambut hitam pendek itu terdiam sejenak. Ia tidak tahu jawaban untuk sang Adik. Dengan suara tertahan, iris mata abu-abu itu menatap adiknya.

"Kaien-nii pasti akan kembali, Ganju," jawabnya. "dia akan menyusul kita berdua nanti." Ia menggandeng tangan sang adik, kemudian mereka berlari menuju tempat yang aman bersama dengan kedua orang tua yang mereka panggil Ojisan dan Obasan.

—Padahal dia sendiri tidak yakin dengan jawabannya. Padahal dia tidak tahu apa yang sedang dihadapi kakaknya.

...dan kenyataan yang dihadapi sang Kakak.

'Kaien-nii... Dimana kau sekarang?'


-Shi- Escape


Api tak hanya membakar wilayah Utara desa Rukongai. Sang Merah menjalar ke seluruh desa Rukongai. Derap langkah kaki serta teriakan panik penduduk desa menggambarkan bahwa desa mereka telah menjadi neraka. Maut mulai mengintai dibalik kobaran api.

—Neraka yang tercipta akibat haus akan keabadian.

"Cepat lari, Rukia!"

Perintah itu terus terngiang di telinga gadis kecil berpakaian kimono ungu itu. Iris mata violet itu menatap sebuah bangunan kecil yang telah berubah menjadi kobaran api. Sementara itu, bocah berambut merah itu kembali meneriakkan perintah yang sama.

"Renji! Kenapa sih kau begitu ngotot menyuruhku lari?"

Anak laki-laki yang dipanggil Renji itu hanya mendengus—tak menghiraukan ucapannya. Anak laki-laki itu menyiramkan seember air ke bangunan kecil yang masih diselimuti kobaran api.

"Aku akan menyusul nanti bersama kepala panti," jawabnya. "... cepat lari sana!"

Tak ada yang bisa dibantah oleh gadis kecil itu saat tubuh mungilnya terasa ditarik seseorang menjauhi Renji. Mau tak mau ia mengikuti arus tarikan misterius itu. Ingin sekali mulutnya berteriak dan tangannya memberontak, tapi bibirnya kelu dan tubuhnya tak kuasa untuk melepaskan diri. Ia terus berlari mengikuti tarikan tubuhnya sampai di sebuah perbatasan desa Inuzuru.

#

"Siapa kau?"

Seorang bertanya kepadanya. Dalam keadaan setengah sadar, ia menjawab suara yang terdengar seperti suara laki-laki itu. "Namaku Rukia, Tuan."

"Kenapa kau bisa berada di sini?"

Rukia hanya menggelengkan kepalanya. Kemudian, sebuah tangan yang besar terulur lalu menggenggam tangan mungilnya. Rukia masih menatap pemuda yang menarik tangannya. Sekilas, ia melihat wajah yang menolongnya. Seorang pemuda berambut hitam panjang.

"Ikutlah denganku."

Rukia menjawab dengan anggukan kepala. Ia mengizinkan pemuda tersebut membawanya pergi dari perbatasan desa Inuzuru tersebut.


-Go- Hougyoku


Seorang pemuda berambut merah berjalan menelusuri hutan. Tapak kakinya menyusuri tanah yang terjal di hutan. Sampai langkah kakinya terhenti saat melihat sesosok orang tua berusia kepala 7 sedang duduk di bawah sebuah pohon.

'Sedang apa kakek itu di sana?' pikirnya bingung. 'Malam-malam, di tengah hutan pula!'

Rasa penasaran menarik pemuda itu untuk mendekati sang kakek yang sedang duduk bersila. Kakek itu membuka matanya yang sedari tadi terpejam. Pemuda itu terkejut melihat sinar mata yang tajam dari kakek yang terlihat renta itu.

"Mengapa kau datang ke sini, Nak?" tanya kakek berjanggut putih itu.

"Aku sedang mencari Hougyoku," jawab pemuda itu. "Apa Kakek tahu tentang Hougyoku?"

Kakek berjanggut putih itu terkekeh sebentar, lalu menjawab, "Hougyoku adalah satu benda yang diagungkan. Dia dapat menghidupkan orang yang sudah mati, memberikan apa yang menjadi impian, dan membuat seserang menjadi immortal," jelas kakek itu. "Apa tujuanmu mencari Hougyoku, Nak?"

Pemuda itu menghela nafas sejenak, lalu menatap kakek itu. "Aku mencari benda itu untuk diamankan. Kalau bisa dihancurkan," jawaban pemuda itu membuat kakek tersebut tertarik. Namun sebelum disanggah, ia melanjutkan pembicaraannya, "karena benda itu, aku dan semua penduduk desa Rukongai kehilangan tempat tinggal."

"Jadi itu tujuanmu, Nak," si kakek tidak bertanya lebih lanjut. "Tidak ada yang mengetahui bentuk asli Hougyoku," ucapan kakek itu terhenti sejenak—memberi jeda waktu untuk berpikir. "...tapi yang saya ketahui mengenai bentuk Hougyoku ada tiga macam. Benda itu dapat berubah menjadi benda mati, hewan, dan manusia. Hanya orang tertentu yang dapat melihat wujud aslinya."

Selesai menjelaskan, kakek berjanggut putih itu bertanya pada pemuda berambut merah di depannya. "Siapa kau sebenarnya, Anak Muda?"

"Namaku Kano Ashido," jawabnya. Namun pemuda itu terperanjat ketika melihat sang Kakek tidak ada lagi dihadapannya. Ia mencari di setiap sudut yang bisa dijangkau matanya, tetapi hasilnya nihil—hutannya gelap sehingga ia tak bisa menjangkau pandangan terlalu jauh.

Tak berhasil menemukan kakek misterius tersebut, sang pemuda melanjutkan pengembaraannya mencari Hougyoku.


#

Tsuzuku

#


Keterangan

[1] Lucifer : 'The Fallen Angel' atau iblis yang turun ke bumi. Lucifer adalah iblis yang menentang perintah Tuhan untuk bersujud di hadapan Adam sehingga ia diturunkan ke bumi.


Eka's Note : Kita pakai FAQ aja ya? Biar gampang ngejabarinnya.

FAQ is started—

Q : Siapa aja tokoh utama di fic ini?

A : Saya sudah menetapkan bahwa dalam fic ini ada tiga tokoh utama, yakni Kaien, Rukia, dan Aizen. Mereka saya tetapkan seperti itu karena mereka berkaitan langsung dengan Hougyoku. ^^

Q : Lho, kok Kaien jadi tokoh utama? Bukannya dia udah mati?

A : Belum tentu. Siapa tahu dia bisa bereinkarnasi, kan? (readers : Bilang aja lo gak mau matiin Kaien, Ka!)

Q : Hougyoku di sini berbeda tidak dengan yang di Bleach?

A : Tentu saja berbeda... XD Deskripsi Hougyoku bisa dibaca di bagian lima (go).

Q : Settingnya dimana?

A : Setting di Jepang, kira-kira pada peralihan zaman Edo ke zaman Meiji. Nama tempat disamakan dengan nama-nama tempat di Soul Society.

Q : Ada pair apa aja yang muncul di fic ini?

A : Banyak, tapi semuanya straight pair (Gomen buat yang suka yaoi atau yuri. Saya ga bisa buat keduanya di sini). Pair yang akan muncul masih dirahasiakan... XP

Q : Kok tumben bikin AU? Biasanya bikin Canon.

A : Saya terinspirasi dari fic Trias Politica milik MooMoo. Fic tersebut berada di fandom sebelah (nunjuk-nunjuk Fandom Hetalia). Saya murni hanya terinspirasi, bukan memplagiat ide fic tersebut (jadi bagi kalian yang pernah melihat fic Trias Politica, jangan salah sangka ya!). Lagipula, saya lagi suntuk bikin Canon.

Q : Kok Ichigo ga muncul?

A : Buset dah! Tar dia bakal muncul kok! Sabar aja...

FAQ is finished—


#

Next chapter : Reincarnation

#


Review? CnC? Fave? :D

Sekedar info usia karakter dalam chapter ini: Kaien (14 tahun), Rukia (6 tahun), Kuukaku (10 tahun), Ganju (6 tahun), Renji (7 tahun), dan Aizen (27 tahun). Yang lainnya tebak sendiri... ^^