Title: Our Little Promise

Subtitle: When We Just Met

Genre: Romance

Rated: K+

Fandom: Megami Tensei

Disclaimer: Persona 4 belongs to ATLUS

.

.

Hari itu, seperti biasa, Naoto berlari kecil menuju bukit yang ada di Inaba. Ia menyukai tempat tinggi, dan tempat itu memang sangat nyaman baginya. Bukit itu masih sama seperti biasa, Cuma hari ini ada sedikit yang berbeda. Ada seorang anak lelaki yang sedang duduk diam di sana. Siapa dia? Gadis berambut biru tua itu tidak mengenalinya. Apa ia orang yang baru pindah ke sini? Oh, ia ingat; kalau tidak salah ingat, Dojima-san kedatangan tamu dari Tokyo kemarin. Mungkin anak ini salah satu di antaranya.

Kemudian, Naoto berjalan ke tempat favoritnya; yaitu di bawah sebuah pohon yang besar di bukit itu. Anak lelaki berambut perak itu melirik ke arahnya sesekali. Naoto yang tahu akan hal itu merasa agak jengkel. Namun, ia mengacuhkannya saja.

Sudah beberapa hari lewat sejak pertemuan pertama mereka. Setiap kali Naoto ke bukit, pasti selalu ada anak itu juga. Entah hal itu disengaja ataupun bukan. Dan anak itu selalu melirik Naoto sesekali dengan iris kelabunya.

Anak itu berdiri dari tempat ia duduk dan menghampiri gadis yang sedang sibuk merakit barang itu, "H-Hei..."

Naoto menoleh ke arahnya dan dapat melihat wajahnya dengan jelas. Kulitnya putih dan wajahnya tampan―itulah yang dipikirkan Naoto kecil saat itu. Warna rambutnya yang senada dengan irisnya begitu unik, menurutnya.

"Apa yang sedang kau lakukan?" tanya bocah lelaki itu sambil bermain-main dengan kedua telapak tangannya untuk menghilangkan rasa nervous.

Naoto mengalihkan perhatiannya kembali ke barang-barang yang ada di sekitarnya; obeng, sekrup, kain, plastik, dan lainnya. "Aku sedang merakit alat detektif keenamku," jawabnya.

"E-Eh? Alat detektif? Hebat sekali kau! Kau bisa membuatnya sendiri?" tanya anak itu dengan wajah berbinar-binar. Naoto agak terkejut dengan respon dari lelaki di depannya ini. Biasanya bila anak lain mendengar hal tersebut, mereka akan menunjukkan ekspresi yang...aneh dan tidak dapat dijelaskan. Kemudian, mereka pasti akan selalu menghindari Naoto dan sebagainya.

"B-Boleh aku duduk di sini dan melihatmu mengerjakannya?" tanya anak itu.

Wajah Naoto memerah, ia menundukkan kepalanya dan mengangguk. Ini pertama kalinya ada orang lain yang tertarik dengan apa yang sedang ia lakukan.

"O-Oh iya, kita masih belum berkenalan, kan? Aku...Souji Seta. Kau?" anak―yang bernama Souji itu―mengulurkan tangannya.

Naoto menyambut tangannya pelan, "...Naoto... Naoto Shirogane..."

.

.

"Eehhh? Kau akan kembali ke Tokyo besok?" tanya Naoto kepada temannya itu. Souji mengangguk sebagai jawaban. Mereka berdua diam untuk beberapa saat. Mereka telah menjadi teman yang dekat dalam beberapa hari itu dan tentu mereka akan sedih karena harus berpisah satu sama lain.

"Apa...kita masih bisa bertemu, Souji-kun?" tanya Naoto dengan suara kecil.

Souji memandang Naoto untuk beberapa saat, kemudian ia menelan ludah. "A-Aku...pasti akan kembali, Naoto-chan! Aku janji!"

Naoto dapat merasakan wajahnya memerah, dan ia melemparkan sebuah senyuman termanis kepada lelaki di depannya, "Iya."

Wajah Souji pun memerah saat itu juga, 'M-Manis sekali dia...' Souji mengambil nafas dalam-dalam sebelum membuka mulutnya, "Naoto-chan... Aku janji aku akan kembali dan...m-menikahimu!" pipinya kini benar-benar seperti kepiting rebus sekarang. Ia mengepalkan kedua tangannya kuat-kuat untuk mengurangi rasa malunya, "Aku akan kembali saat aku sudah menjadi seorang yang keren dan pantas untukmu! J-Jadi...maukah kau menungguku?" tanyanya setengah bereriak. Ia sudah tidak dapat mengontrol keras suaranya lagi.

Wajah Naoto pun tidak beda merahnya, matanya membulat seperti kucing dan menatapnya tidak percaya. Naoto Shirogane, musim panas, 6 tahun, saat ini sedang dilamar oleh Souji Seta, 7 tahun. Tapi, walaupun ini adalah hal yang sangat―sangat―aneh menurutnya, ini juga hal yang sangat membuat jantungnya berdebar begitu hebat. Ia bahkan bisa merasakan detaknya tanpa harus meletakkan tangannya di dadanya.

Naoto ingin sekali mengatakan, 'ya'. Namun mulutnya tidak dapat bergerak sama sekali, sedangkan lelaki di depannya sedang menunggu jawabannya dari tadi. Maka, ia menganggukkan kepalanya kuat-kuat. Dan gerakan tersebut berhasil memekarkan sebuah senyum lebar di wajah anak berumur tujuh tahun itu. Souji berdiri dan langsung meloncat kegirangan, ia meninjukan kepalan tangannya ke atas sambil bersorak, 'yeah' atau semacamnya.

Esok harinya, Naoto pergi ke stasiun untuk mengantar Souji pulang. Ia merengek-rengek Yakushiji―sekretaris kakeknya―untuk menemaninya ke stasiun. Sesampai di sana, ia melihat Souji dan kedua orang tuanya sedang menunggu kereta. Souji yang tidak sengaja meliht Naoto, segera saja memanggil namanya dan berlari ke arahnya.

"Kenapa kamu ada di sini, Naoto-chan? Kamu...mau mengantarku pulang ya?" tanya Souji.

Naoto mengangguk dan mengangkat jari kelingkingnya, "Kau... Kau harus berjanji untuk kembali lagi ya!"

Souji melingkarkan jari kelingkingnya dengan jari milik Naoto, "Aku janji!"

"Souji-kun... Keretanya akan segera berangkat, ayo naik," seru seorang wanita, ibunya Souji.

"Ah, iya, okaa-san!" Souji berbalik lagi ke arah Naoto, "Kalau begitu, sampai jumpa, Naoto-chan!" Sebelum Souji sepenuhnya berbalik, Naoto segera mengecup pipi Souji. Souji membelalakkan matanya menyentuh pipinya. Wajah mereka berdua lagi-lagi menjadi merah.

"Ingat janjimu ya, Souji-kun!" ucap Naoto. Souji mengangguk pasti dan berlari ke arah orang tuanya.

Dan Naoto memandangi kereta yang mulai melaju itu, perlahan semakin kecil dan kemudian menghilang.

.

.

A/N: Gomenasai, minna-san *bows* Saya tahu endingnya abal sangat. Saya sudah benar-benar memeras otak mencari ide ending dan menghabiskan 30 menit untuk sebuah kalimat yang sangat gaje dan abal itu *sigh* Oh iya! FFic ini tidak akan panjang, tenang saja. Hohoho... Cuma 3 chapter! *sombong karena ini pertama kalinya bisa memprediksikan banyaknya chapter dalam multi-chapter* *plakked* =.=' Sudahlah, acuhkan saja ocehan gaje saya. Reviews are welcomed :D