Kuroko hanya menatap kearah depan dengan pandangan datar. Mengacuhkan Akashi dan Midorima yang tengah bercakap-cakap dengan tenang. Mengacuhkan pula suara renyah snack Murasakibara yang terdengar benar-benar sangat mengganggu. Matanya fokus kepada lelaki berambut kuning cerah yang tengah bercanda dengan manager klub Basket Teikou ini.
.
.
.
.
Lelaki berambut biru tua itu menatap heran kearah teman nya yang berambut biru muda. Terlihat lebih datar dan misterius dibanding sebelumnya. Aomine Daiki hanya diam merasakan perubahan yang benar-benar cepat dari anggota sesama Kiseki no Sedai. Pikiran nya mengarah jika mungkin Kuroko akan memasuki tahap transparan kali ini.
Asumsi baik yang benar-benar baik, atau bodoh?
Senyumnya mengembang. Kiseki no Sedai akan selalu menang jika memiliki anggota yang tidak terlihat jika Kuroko seperti ini. Ya... Kiseki no Sedai akan selalu menang. Tawa Aomine yang keras dan kuat membuat Kuroko dengan refleks menoleh kepada lelaki berkulit gelap itu.
Bulu romanya mendadak meremang saat melihat senyum misterius Aomine yang ditunjukan kepadanya. Ia bahkan tidak tau kenapa lelaki itu mendadak menjadi kurang waras seperti sekarang. Ah, atau jangan-jangan Aomine mulai berpikiran hal-hal yang tidak baik terhadapnya, seperti yang dilakukan nya dengan berpikiran tentang Kise yang telanjang seperti minggu lalu?
Bulu roma Kuroko berdiri sepenuhnya.
"Kita akan menang Tetsu." Aomine kembali tertawa keras. Lagi-lagi membuat bulu roma Kuroko berdiri mendengarnya. Hanya wajah polos dan cengo yang dapat menggambarkan wajah lelaki itu sekarang. "Tingkatkan lagi kemampuanmu Tetsu."
Aomine lalu berdiri. Menepuk pundak Kuroko keras sehingga siempunya terdorong sebelum lelaki berkulit gelap itu melenggang pergi.
Kuroko hanya mengerutkan kening. Mengacuhkan apa yang dikatakan oleh Aomine lagi sebelum memperhatikan kedua orang yang tengah bercanda di sisi lapangan yang berbeda di sisinya.
Rambut merah muda milik gadis itu terayun saat ia bergerak. Lelaki di hadapan nya ikut tertawa saat melihat gadis itu tertawa karenanya. Saling memegang. Mencubit, dan berkejaran, entah kenapa membuat Kuroko merasa panas. Tepat di hatinya saat ini. Hal yang janggal karena ia seharusnya senang melihat teman nya seperti itu.
Lelaki berambut biru muda itu menggeleng.
Dia berdiri—tapi kemudian sesuatu seolah menahan nya saat mendengar tawa manis gadis itu yang benar-benar indah di telinganya. Matanya kembali melirik kearah mereka. Menemukan lelaki berambut kuningnya menggelitiki gadis itu. Mereka benar-benar sangat mesra kali ini. Kuroko lagi-lagi merasakan sesak menghujam dadanya sekarang.
Kepalanya memaling. Ia tidak tau apa yang ia rasakan sampai-sampai ia bisa seperti ini. Matanya berubah sayu—perasaan yang tidak mengenakan dan membuatnya menjadi gundah. Sesuatu yang tidak dapat ia paparkan secara jelas.
.
.
.
.
Murasakibara mengerutkan keningnya. Melihat anggota Kiseki no Sedai yang dijuluki bayangan itu terdiam di pinggir lapangan dengan wajah yang mengkerut aneh. Kening yang berkerut dan aura suram yang mengelilinginya. Awalnya ia kira bahwa lelaki itu tengah siap mendribble bola, namun melihat bahwa tidak ada bola yang dipegangnya membuatnya menjadi penasaran kembali.
Kepalanya menoleh kearah samping. Aomine Daiki sibuk dengan makan siang di tangan nya.
"Hei Mine-chin—sedang apa Kuro-chin disana?"
Suara itu membuat Daiki menoleh. Murasakibara bertanya kepadanya dengan mata yang mengarah kepada Kuroko yang masih berdiri dengan aura yang tidak bersahabat. Aomine tersenyum lebar. Ia ingin tertawa namun takut-takut makanan yang berada di mulutnya muncrat dan mengakibatkan kick pedas dari orang raksasa di sampingnya.
"Tetsu melatih kembali bayangan nya. Aku pikir dia akan jadi tidak terlihat."
Aomine kemudian kembali memakan makanan nya. Tidak perduli dengan Murasakibara yang mengerutkan kening sambil memakan snacknya kembali.
.
.
.
.
Midorima kembali membalut jemarinya dengan perban putih yang minimalis. Matanya memperhatikan sosok lelaki berambut biru muda yang berdiri di sisi lapangan yang lain dengan nya. Matanya kemudian kembali bergerak kearah lain. Arah yang mendapatkan perhatian lebih dari lelaki itu.
Bibirnya tertarik membentuk senyum tipis yang tidak ketara. Entahlah, dia hanya merasa bahwa memperhatikan lelaki itu terasa menyenangkan sekarang. Ah, apakah Oha-asa sudah memberikan petunjuknya? Atau ini hari beruntung bagi penganut Aquarius seperti Kuroko, ah, atau hari sebaliknya?
"Aku tau tentang Tetsuya yang merasakan perasaan lebih kepada Momoi."
Suara itu membuatnya menoleh. Menemukan kapten Kiseki no Sedai yang tengah memakan bekalnya dengan tenang berbicara dengan nada yang datar. Melirik lebih teliti, satu sisi bibirnya kembali tertarik—menemukan bahwa sang kapten telah mengaktifkan Emperor Eyenya—jadi sepertinya wajar saja jika kapten dengan rambut merah itu tau.
"Sepertinya Kuroko belum menyadarinya, Nanodayo."
Midorima hanya tersenyum sekilas sebelum kembali berpusat kepada balutan perban nya lagi.
.
.
.
.
Kuroko menatap tajam lelaki berambut kuning itu yang terus menerus menempeli manager Kiseki no Sedai. Keningnya berkerut. Aura tidak bersahabat keluar dari tubuhnya. Pancaran menakutkan yang membuat bulu roma Aomine sendiri bangkit. Sang kapten Kiseki no Sedai yang kembali mengaktifkan Emperor Eyenya, dan Midorima yang sibuk mencari item luckynya.
Duduk satu meja di kantin dengan para member lain Kiseki no Sedai lain nya memang bukan masalah untuk Kuroko, ia tidak jadi masalah, yang jadi masalah itu Satsuki dekat-dekat dengan lelaki di sampingnya.
"Ki-chan lucu~~ kau membuatku tertawa sepanjang hari ini. Aku suka Ki-chan!"
Manager berambut merah muda dan ceria itu memeluk leher pemuda berambut kuning yang baru saja dipanggilnya Ki-chan. Membuat pipi lelaki berambut mencolok itu memerah karenanya. Agak cangung ketika dia menatap kearah seluruh member yang hanya sibuk pada urusan nya sendiri seolah kejadian ini tidak ada. Kise hanya merasa malu di dalam hatinya.
Kuroko melihat itu. Dadanya kembali panas. Ia sendiri tidak tau apa yang terjadi padanya. Tangan nya mengambil segelas jus yang baru saja di pesan nya dari kantin. Matanya menatap sinis pada Kise yang masih dipeluk erat oleh Momoi. Irisnya memandang tajam dua orang itu. Jika memang tatapan nya membunuh, maka dua orang itu akan mati sedari tadi.
Tawa Aomine terdengar begitu saja. Keras, dan menggelegar. Membuat tatapan tajam milik kapten basket Kiseki no Sedai menghujamnya. Bukan hanya pandangan sang kapten, mata seluruh orang di kantin itupun mengarah kepada Aomine.
"Aku tau kau sedang meningkatkan kemampuanmu Tetsu, tapi jangan disini juga—Ini kantin Tetsu." Lagi-lagi tawa keras berasal dari Aomine, membuat sang kapten bersiap dengan gunting yang berada di tangan nya.
Midorima menggeleng. Tidak mengerti dengan sikap teman nya. Tangan nya yang diperban kemudian merapikan kaca matanya yang sebenarnya tidak merosot turun.
"Aku tau kau bodoh, Aomine—tapi bisakah kau merasakan perasaan Kuroko? Ahomine." Dia mendecih. Berkata dengan sinis yang dibalas dengan seruan tidak terima dari Aomine kepada Midorima.
Kise hanya menatap Midorima dan Aomine dengan bingung. Momoi sendiri menatap dalam-dalam kepada mata cerah milik Kuroko yang menajam. Merasa tidak mengerti dengan apa yang terjadi pada pemuda di depan nya sekarang. Satsuki melepaskan rengkuhan nya pada Kise, keningnya berkerut. Antara bingung dan penasaran.
"Tetsu-kun... kau kenapa?" Suara lembut Satsuki berkumandang. Kuroko menggeleng dengan wajah datar andalan nya. Kise sendiri hanya memasang wajah cengo dengan apa yang terjadi sekarang. Sepertinya di meja kantin ini hanya dia sendiri yang tidak mengerti dengan situasi yang terjadi kepada member bayangan Kiseki no Sedai.
Kise yakin. Dia tidak perlu mengatakan "Ohemji Helowww~~~ Pinky Swear Katty Swear Banana Cherry Strawberry Swear~~~" hanya untuk menanyakan apa yang sebenarnya terjadi disini.
Kuroko menghela nafas panjang. Dia mengangkat kedua bahunya. Tungkainya kemudian berdiri—menggeser kursi sebelum akhirnya berjalan dan menjauh dari meja kantin yang dihuni oleh Kiseki no Sedai lain nya.
Kise dan Satsuki yang tidak tau menahu hanya mengangkat kedua bahunya. Mereka jelas-jelas tidak tau dengan apa yang terjadi pada bayangan itu. Lagi pula member yang lain tidak ada yang berbicara padanya tentang apa yang terjadi pada Kuroko yang menghilang dari pandangan mata mereka sekarang. Kise lagi-lagi hanya mengangkat kedua bahunya.
Tawa keras Aomine lagi-lagi menggema. Membuat seluruh orang yang berada di kantin saat itu menoleh kearahnya.
"Tetsu benar-benar berniat untuk memperdalam kemampuan barunya." Lalu Aomine kembali tertawa keras yang diakhiri dengan aduhan kesakitan karena botol mineral milik kapten Kiseki no Sedai itu melayang kearah kepala biru Aomine.
Midorima benar-benar ingin menepuk dahinya saat ini mendengar ucapan bodoh dari teman nya. Kuroko yang tengah cemburu kenapa malah disebut kemampuan? Memangnya ada kemampuan untuk cemburu? Dasar Ahomine.
.
.
.
.
.
.
.
To Be Continue
~Tadatoshi Fujimaki~
