Disclaimer: Masashi Kishimoto
.
.
Sakura berlari kencang menerobos kumpulan siswa-siswi di depannya. Tubuhnya yang kecil memungkinkan dia menyelinap masuk ke sela-sela para siswa yang tengah mengkerubungi papan pengumuman hasil nilai ulangan kemarin. Dengan susah payah, gadis berambut unik itu sampai juga di depan. Dengan nafas terengah dan jantung berdebar kencang, ia meneliti tiap nama yang tercantum dalam selembar kertas yang tertempel di hadapannya. Mata hijaunya membulat saat fokusnya tertuju pada beberapa nama siswa yang berada di deretan teratas.
1. Uchiha Sasuke
2. Haruno Sakura
3. Nara Shikamaru
Tubuhnya langsung terduduk lemas saat melihat namanya berada di urutan nomor dua di papan pengumuman tersebut.
"Sepertinya kali ini aku yang menang ya, Sakura?"
Sebuah suara yang terdengar menyebalkan-bagi Sakura-berhasil membuatnya menoleh ke belakang.
Tampak seorang anak laki-laki berambut hitam dengan tangan menyilang di dada, tengah berdiri dan menatapnya dengan pandangannya yang super menyebalkan. Di sebelah kanannya, berdiri seorang laki-laki berambut kuning jabrik yang sedang mengeluh hasil ulangannya yang tidak memuaskan, Uzumaki Naruto. Dan di sebelahnya lagi, tampak pemuda berambut nanas yang sedang menguap malas, Nara Shikamaru. Mereka berdua adalah teman akrab Sasuke yang juga sama-sama menyebalkannya dengan Sasuke.
"Apa ini karena aku belajar ya?" Uchiha Sasuke berujar dengan santainya-tanpa meninggalkan senyuman mengejeknya pada Sakura.
Apa dia bilang barusan? Karena dia belajar makanya dia peringkat pertama? Jadi biasanya saingannya ini tidak pernah belajar, begitu? Cih! Sakura merasa sangat jengkel. Dia bahkan belajar mati-matian setiap hari, tapi tetap saja Sasuke lebih unggul darinya.
Tak lama kemudian, Sasuke mencondongkan tubuhnya, dia mengarahkan bibirnya tepat di samping telinga Sakura dan berbisik, "Yang lebih penting lagi…kau tidak lupa perjanjian kita kan?"
Mendadak tubuhnya serasa membeku saat mengingat perjanjian yang ia buat dengan Sasuke.
'Bodohnya aku!' runtuknya dalam hati.
Flash back
"Menyebalkaaan! Lagi-lagi nilaiku di bawah Sasuke!" raung Sakura frustasi sambil meremas selembar kertas hasil ulangan fisika kemarin.
"Tidak apa-apa, Sakura. Kau hanya salah menuliskan kata 'ohm' menjadi 'om'. Lagipula menurutku, nilai 99 itu sudah cukup memuaskan," hibur Tenten, salah satu pelayan setia Sakura sekaligus teman baiknya.
"Tetap saja nilaiku lebih rendah daripada Sasuke yang mendapat nilai seratus sempurna!" kesal, Sakura menghentak-hentakkan kakinya ke lantai dengan gemas.
"Apa kau sebegitu inginnya mendapat nilai seratus?"
Suara yang sudah sangat Sakura kenali itu membuat emosinya semakin memuncak. Wajahnya memerah menahan marah. Tangannya terkepal kuat.
"Itu karena kau kurang belajar, nona!" ucapnya diiringi tatapan mengejek ke arahnya.
"Padahal kemarin sorenya, aku, Shikamaru dan Sasuke bermain sampai tengah malam loh!" sela Naruto, berniat memperparah keadaan. Ia sengaja ingin memberitahu kalau kemarin sebelum ulangan, Sasuke benar-benar tidak ada waktu belajar untuk ulangan besok harinya. Hasilnya sudah bisa ditebak. Ia mendapat nilai 0 karena tidak belajar sama sekali, sedangkan Sasuke mendapat nilai seratus. Entah kapan temannya itu belajar. Yang jelas bukan hanya kali ini saja terjadi hal seperti ini.
Tingkat kesabaran Sakura sudah di ambang batas. Ia beranjak berdiri dari tempat duduknya dan langsung mencengkram kerah seragam Sasuke.
"Jangan sok hebat kau, ya!" cibir Sakura dengan tatapan yang menusuk. "Minggu depan ada ulangan matematika. Kupastikan nilaimu akan ada di bawahku!" tantang Sakura penuh yakin.
Sudut bibir Sasuke terangkat naik. Ia suka dengan gadis yang penuh percaya diri dan berani menatap matanya langsung dengan tatapan menantang seperti ini.
Seringai licik mulai terpampang di wajah pemuda bermata onyx tersebut. Salah satu tangannya bergerak dan melakukan hal yang sama seperti Sakura. Sasuke mencengkram kerah seragam Sakura dan mendekatkan wajah keduanya. Sakura tampak gelagapan.
"Bagaimana kalau kita buat ini menjadi sedikit menarik, hm?" ucap Sasuke pelan. Udara panas terasa menyapu permukaan wajah Sakura ketika pemuda itu berbicara.
"Ma-maksudmu?" tanya Sakura tidak mengerti.
"Siapa yang mendapat nilai seratus saat ulangan matematika nanti akan menjadi pemenangnya."
"Lalu? Bukannya memang seperti itu," Sakura kembali bertanya.
Senyum Sasuke mengembang. "Aku tidak mau bersaing kalau tidak ada hadiahnya."
Alis Sakura berkerut. "Jadi kau menginginkan hadiah?" tanyanya. Tidak menyangka rivalnya ini menginginkan sebuah hadiah dalam persaingannya. Seperti anak kecil saja.
"Bukan sebuah hadiah yang berbentuk," lagi-lagi perkataan Sasuke membuat Sakura menaikkan sebelah alisnya. Bukan hadiah yang berbentuk? Lalu hadiah macam apa?
"Kita buat ini semakin menarik dengan sebuah kesepakatan."
"Kesepakatan?"
Sasuke mengangguk. "Pihak yang menang boleh memperlakukan pihak yang kalah sesuka hatinya dan juga mendapatkan semua yang diinginkannya dari pihak yang kalah. Bagaimana, apa kau setuju?" kata Sasuke dengan lantang.
Pihak yang menang boleh memperlakukan pihak yang kalah sesuka hati mereka? Sakura sedikit berfikir.
Terbayang di kepala Sakura seorang Uchiha Sasuke memakai kostum maid dan mengenakan high heels sambil membawa nampan berisi teh hangat untuknya. Itu…itu benar-benar memalukan sekali! Huahaha…Hanya dengan membayangkannya saja sudah membuat perut Sakura melilit karena tertawa.
Ini benar-benar kesempatan yang bagus. Akan kubuat dia menjadi pembantuku seumur hidup. Dan kubuat hidupnya jadi menderita!
"AKU SETUJU!" ujar Sakura tanpa pikir panjang.
"Sakura!"
End of flash back
"Mau ku apakan ya orang ini?" Sasuke menghela nafas sambil mengetuk-ngetukkan telunjuknya di dagu. Memikirkan sebuah ide jahil untuk saingannya yang sangat percaya diri ini.
Sementara itu Sakura semakin menunduk gelisah. Ia tidak berani mendengar permintaan aneh dari Sasuke. Bodoh! Bodoh! Bodoh! Kenapa waktu itu dia langsung saja menyetujuinya tanpa berpikir panjang dulu?
"Sepulang sekolah. Tunggu aku di depan gerbang."
Sakura mengangkat kepalanya. Menatap punggung Sasuke dan kedua temannya yang telah berjalan pergi meninggalkannya.
"Dia memintaku untuk menunggunya?" gumamnya.
Dia kira Sasuke akan langsung memerintahnya untuk menari-nari di depan kelas atau apapun itu yang termasuk ke dalam hal-hal yang memalukan di sekolah. Ternyata hanya ingin menunggunya.
Tapi tunggu dulu! Perasaan Sakura tidak lebih baik. Mungkin Sasuke malah akan merencanakan hal yang lebih jahat lagi sepulang sekolah nanti.
Sakura hanya bisa meringis menangisi nasib buruk yang sedang menunggunya di depan mata.
.
.
.
Tujuh belas tahun silam, Haruno Sakura terlahir sebagai puteri tunggal keluarga Haruno, pemilik salah satu penginapan terbesar di Konohagakure. Karena tempatnya yang stategis, ditunjang oleh fasilitas pemandian air panas yang terkenal akan keindahannya, tak heran kalau penginapan milik keluarga Haruno dijadikan tempat paling favorit bagi orang-orang di Konoha.
Dan tepat di depan penginapan milik Haruno, berdirilah sebuah hotel mewah sekelas bintang lima yang dimiliki oleh keluarga Uchiha.
Sudah menjadi rahasia umum kalau semenjak dulu keluarga Uchiha dan Haruno adalah saingan ketat. Keduanya selalu ingin tampil lebih unggul di mata lawan masing-masing. Bersaing dalam hal apapun untuk mendapatkan posisi pertama di mata orang banyak.
Begitu pula yang terjadi antara Uchiha Sasuke dan Haruno Sakura, juga generasi-generasi mereka selanjutnya. Itu takkan pernah berubah.
.
.
.
"Ini.." Sasuke melemparkan tasnya di depan wajah Sakura saat melihat gadis berambut merah muda itu berdiri melamun di depan gerbang sekolah. "Bawakan tasku!" ujarnya enteng sambil berjalan pulang melewati Sakura.
Sakura meremas tas milik Sasuke dengan kesal, matanya berkilat-kilat marah. "Kau memintaku menunggumu, hanya agar aku membawakan tasmu?" teriaknya.
"Tentu saja," balas Sasuke. "Memangnya kau mengharapkan yang seperti apa?"
Sakura langsung berlari mengejar Sasuke yang telah lebih dulu berjalan di depannya. "Cih! Kau memang benar-benar jahat!" dengusnya saat berjalan beriringan dengan Sasuke. Dijinjingnya tas Sasuke dengan malas.
Sasuke terkekeh kecil. "Memang dari dulu sifatku seperti ini, kok. Kau juga sudah tahu kan?" katanya sambil menoleh ke arah Sakura. Sakura langsung mengerucutkan bibirnya dan membuang muka.
Keduanya tetap berjalan dalam diam. Masing-masing terlalu malas untuk sekedar memulai pembicaraan basi atau meneriakkan makian kasar yang sering sekali mereka lontarkan satu sama lain. Sampai keduanya telah sampai di depan penginapan milik keluarga Sakura.
"Ini tasmu!" Sakura melemparkan tas Sasuke pada pemiliknya dengan kasar. Dengan cekatan Sasuke langsung menangkapnya.
Sakura menyeringai. "Refleks yang bagus," komentarnya. "Hari ini sampai di sini saja. Aku masuk dulu."
Tapi baru saja Sakura hendak masuk ke rumahnya, suara Sasuke yang memanggil namanya berhasil menghentikan gerak langkahnya memasuki gerbang penginapan.
"Sakura…"
Gadis itu pun menoleh. "Apalagi?" balasnya dengan nada sebal.
"Aku ingin bekerja di penginapanmu."
Mata Sakura melebar. "A-apa?"
.
.
.
"Aku Uchiha Sasuke. Mohon bantuannya…" Sasuke dengan balutan jas hitam membungkuk hormat menyapa pegawai-pegawai di penginapan milik Sakura.
Sakura menghela nafasnya. Dia tidak bisa berbuat apa-apa saat Sasuke memintanya untuk bekerja di sini, di penginapan milik keluarganya. Apalagi kalau bukan karena kesepakatan bodoh yang ia buat diantara Sasuke.
"Mulai hari ini Sasuke akan bekerja di sini. Kalian baik-baiklah dengannya ya!" Sakura mengakhiri perkataannya dengan raut wajah yang lemas. Kemudian ia menempatkan Sasuke di depan-sebagai receptionist.
"Aku tidak menyangka kalau kau akan mengajak bocah menyebalkan Sasuke bekerja di penginapan kita," salah seorang pegawai Sakura-Kiba, berujar tidak suka saat menghampiri puteri pemilik tempatnya bekerja.
"Aku juga tidak menyukainya. Bukankah dia itu saingan terberat dalam hidupmu?" kini gadis berambut pirang-Ino, turut bergabung.
Bibir tipis Sakura mengerucut. "Mau bagaimana lagi? Aku kan jadi pihak yang kalah dalam perjanjian itu!" ungkapnya sebal.
"Sudah kubilang kan, kalau memutuskan suatu hal itu harus dipikirkan baik-baik," sela pria berambut merah bernama Gaara.
"Iya, iya, aku tahu!" Sakura semakin jengkel. Semua orang tengah memojokkannya saat ini. Rasanya dia benar-benar jadi orang yang paling bodoh sedunia.
"Harusnya kau tidak menerimanya begitu saja. Kali ini dia meminta bekerja di penginapan. Besok-besok, mungkin dia akan meminta uang, atau bahkan lebih parahnya lagi…dia mau tubuhmu, Sakura!"
"Ja-jangan bercanda!" teriak Sakura dengan nada panik. Ia langsung memeluk tubuhnya sendiri mendengar perkataan dari Ino barusan. "Ka-kalau dia sampai minta yang bukan-bukan, akan kubunuh dia!" kata Sakura. Meski sebagian besar hatinya masih takut akan kemungkinan yang dikatakan oleh Ino akan terjadi.
"Itu benar. Kita akan selalu menjaga Sakura dari si Uchiha itu sampai titik darah penghabisan!" ujar Rock Lee penuh semangat.
Agaknya kali ini Sakura mulai tenang dengan ucapan Lee. Sasuke tidak akan berani macam-macam padanya kalau penjaganya sebanyak ini. Tak terasa bibirnya menyunggingkan sebuah senyuman licik.
"Bagaimana kalau kita kerjai saja dia," Sakura berbisik dengan senyuman mengembang di wajahnya. Menatap satu persatu pegawai setianya. Kemudian mereka saling pandang dan menyeringai bersama.
"SETUJU!" kompak sekali.
.
.
.
Kali ini Sakura dan beberapa pegawai setianya tengah mengintip pekerjaan yang dilakukan oleh seorang Uchiha Sasuke di balik tembok tak jauh dari tempat pemuda itu berada.
Dimulai dengan menyambut setiap tamu-tamu yang datang ke penginapan dengan ramah, mencatat daftar penunjung berkaitan dengan check in & check out, mengangkut koper dan barang-barang yang dibawa oleh pengunjung, mengurusi kebutuhan tamu, sampai menyediakan hidangan lezat, dilakukan Sasuke seorang diri dengan cepat dan terampil.
Sakura dan yang lainnya sampai ternganga dibuatnya.
"Dia melakukan segala yang kita perintahkan dengan baik dan cepat. Bagaimana ini, Sakura?"
"Aku tidak percaya. Dia bahkan mengangkut beberapa koper yang terlihat sangat berat itu sekaligus."
"Aku tidak suka ini."
"Selanjutnya bagaimana, Sakura? Ini di luar perkiraan kita."
"Tunggu sebentar. Aku sedang berpikir, bodoh!" geram Sakura pada Kiba. Ia menggigit ibu jarinya dengan gusar sambil memikirkan cara apa yang harus ia lakukan untuk membuat Sasuke mati kerepotan.
'Cih! Si Uchiha itu benar-benar menyebalkan!'
.
.
.
"Sakura aku sudah selesai menyiapkan hidangan untuk tamu di kamar no.15," tiba-tiba sosok Sasuke muncul dari balik pintu dapur dan membuat Sakura hampir mengiris jarinya sendiri karena kaget.
"Ah, eh i-iya. Kalau begitu kau boleh beristirahat di kamarmu," ucapnya kikuk.
"Chouji, tolong antarkan ini ke kamar no.2 ya!" Sakura menyerahkan nampan berisi hidangan makan siang untuk para tamu pada Chouji.
"Siap!" seru Chouji yang langsung menghambur pergi keluar meninggalkan dapur dengan nampan yang dibawanya.
Tek tek
Yang terdengar hanyalah suara pisau yang berbenturan dengan papan pencincang ketika Sakura tengah memotong parika merah.
"Hasilnya jelek sekali."
"Aa-apa?" Sakura sontak terkejut ketika tiba-tiba dagu Sasuke bertumpu di bahunya. Dia kira Sasuke sudah pergi daritadi. Pemuda itu mencondongkan tubuhnya berniat melihat apa yang dikerjakan oleh Sakura. Sakura menahan nafas saat punggungnya bersentuhan dengan dada Sasuke yang terasa hangat. Apalagi di sini hanya ada mereka berdua saja.
"Harusnya kan dipotong kecil-kecil," komentar Sasuke sambil sengaja menyenggolkan pipinya dengan pipi Sakura.
"I-ini sudah yang paling kecil, bodoh!" bentaknya untuk menutupi kecanggungan. Sebelumnya tidak ada yang berani komplain tentang apa yang dilakukannya.
"Yang benar saja," Sasuke mengeluh, lalu mengambil salah satu potongan paprika merah di depan Sakura dan memperhatikannya baik-baik. Itu membuat Sakura sebal. Kemudian Sasuke meletakkanya kembali di tempatnya dan beralih menggenggam telapak tangan Sakura. "Dari tanganmu yang halus ini, semua orang juga tahu kalau kau tidak terbiasa di dapur," ucapnya dengan nada mengejek.
Sakura langsung melepaskan tangannya yang dipegang oleh Sasuke dengan kasar. "Enak saja! Aku ini sering bantu-bantu memasak, kau tahu!" ia benci diremehkan oleh orang lain.
"Benarkah?" Sasuke memiringkan kepalanya, tidak percaya.
"He-hei…apa yang kau lakukan?" Sakura mulai panik saat tangan Sasuke bergerak menelusuri lengannya hingga kemudian memijat-mijat pundaknya.
"Tidak ada. Hanya layanan pijatan gratis untuk Sakura-sama. Kau pasti lelah sekali bekerja di dapur," bisik Sasuke santai sambil tetap memijat bahu mungil Sakura.
Sakura menggigit bibir bawahnya merasakan kenyaman di sekitar pundaknya yang tengah dipijat dengan lembut oleh Sasuke. Jemari panjangnya begitu terampil menekan-nekan titik sensitif di bagian tersebut. Tanpa sadar Sakura memejamkan matanya. Ini terlalu melenakan untuknya.
Baru ketika kedua tangan kekar milik Sasuke menyelinap masuk melalui celah di lengannya dan perlahan meremas payudaranya, Sakura langsung tersadar.
"He-hentikaaan!" Sakura langsung menepis tangan Sasuke kemudian membalikkan badannya. Didorongnya dengan kasar tubuh Sasuke, hingga pemuda itu sedikit mundur ke belakang.
"A-apa yang kau lakukan, dasar mesum!" bentak Sakura dengan tangan yang menyilangi dadanya. Nafasnya terdengar memburu.
"Wajahmu merah," bukannya menjawab pertanyaan dari Sakura, Sasuke malah berkomentar pendek sambil menyeringai menatap wajah Sakura yang memerah.
"I..ini karena kau, mesum!" bentak Sakura lagi.
Sasuke tersenyum kecil. "Memangnya apa yang aku lakukan?" pemuda itu berkata dengan tampang tak berdosa.
"Aku kan hanya memijat dada-hmff!" Sakura buru-buru membungkam mulut Sasuke dengan tangannya sebelum pemuda itu menyelesaikan perkataannya.
"Ahahaha…Sasuke, sebaiknya kau segera membantu tamu di kamar no.9 untuk membereskan barang-barang mereka ya," perintah Sakura dengan diiringi tawa garing saat melihat Choji dan yang lainnya masuk ke dapur.
"Tap-" Sasuke hendak memprotes, tapi Sakura langsung menghadiahinya tatapan menusuk dan tubuhnya didorong dengan kasar keluar dari dapur.
"Sudah, pergi sana!" Sakura mengusir Sasuke selayaknya hama penggangu. Setelah melihat Sasuke telah benar-benar pergi, Sakura langsung menghela nafas lega.
"Kenapa melihatku seperti itu? Cepat kerjakan tugas kalian masing-masing!" bentakkan Sakura kembali terdengar saat semua orang yang berada di dapur menatap aneh ke arahnya. Dengan cepat mereka menyibukkan diri dengan tugasnya masing-masing sebelum kena marah lagi oleh Sakura.
Perlahan Sakura menghampiri rak piring yang berada di dapur tersebut. Ia mengambil sebuah piring bulat dan menatapnya dengan pandangan kosong. Untuk sejenak ia memperhatikan pantulan wajahnya di sana. Ia kembali menghela nafas. 'Apa yang dipikirkan laki-laki itu sih! Dasar pervert!'
TBC
Mind to review?
