AN:

Kita andaikan saja Kiseki no Sedai dan Kuroko berada di SMA yang sama, SMA Teiko. Dan mereka sangat kompak serta akur. Disini Kaze membuat chara untuk pasangan dari mereka. Chara pertama Kaze adalah untuk Kuroko Tetsuya. Chara ini memiliki rambut berwarna soft green panjang hingga pinggul dengan mata berwarna violet. Ciri khasnya adalah rambutnya yang selalu dikepang ke belakang. Ia bernama Haruka Suiren. Gadis pemalu dan lemah lembut yang mengikuti klub ikebana (merangkai bunga).

Happy reading!


KUROKO NO BASUKE FANFICTION

Disclaimer: KuroBas belongs to Tadatoshi Fujimaki

Warning: TYPO, OOC, and OC

Pairing: Kuroko X OC (Haruka)

goGatsu no kaze present

TEIKO ARC: AI JA NAI?


Hari sudah sore, langitpun sudah berwarna kemerahan. Tanda matahari sebentar lagi ingin terbenam digantikan oleh sang rembulan. Di sebuah SMA di kota Tokyo, di ruangan perpustakaan, ada seorang gadis yang tertidur dengan pulasnya. Kepalanya berbantalkan lipatan tangan dan buku yang ia letakkan di atas meja.

Hari ini hari yang berat untuknya. Klub merangkai bunga yang diikutinya akan mengikuti lomba satu minggu lagi. Ia yang ditunjuk sebagai perwakilan sekolah jadi intensif untuk latihan. Walaupun hanya menata bunga, tetap saja lelah. Karena selain konsentrasi, menata bunga juga diperlukan keahlian tangan dalam merangkai bunga. Salah sedikit akan merusak penampilan bunga yang ia rangkai.

Gadis bersurai soft green yang bernama lengkap Haruka Suiren itu nampaknya masih enggan untuk mengangkat kepalanya. Rasanya ia malas untuk pulang dan ingin tidur disini saja. Tapi, itu tak mungkin bukan? Dengan berat hati akhirnya ia memaksa tubuhnya untuk bangkit dan pulang. Gadis itu mengusap-usap mata violetnya untuk menghilangkan efek buram bekas ia tidur tadi.

"Akhirnya kau bangun juga," mata Suiren mendadak jadi jernih setelah mendengar perkataan seseorang. Kepalanya menoleh mencari asal suara. Ia pun berhenti menoleh ketika mendapati seorang pemuda yang duduk tepat di depannya.

Ia ingin berteriak saking kagetnya. Namun tak jadi ia lakukan. Gadis itu hanya menutup mulutnya dan memekik karena terkejut, "Ka..kau. Se..sejak kapan kau ada disitu?" tanyanya.

"Sudah lebih dari satu jam yang lalu," jawabnya singkat. Pemuda bersurai baby blue itu lalu menunjuk ke arah Suiren.

"A..apa?" tanyanya takut-takut.

"Aku ingin mengambil buku yang dari tadi ada di dekapanmu itu," jawabnya dengan tampang poker face.

Manik violetnya lantas melihat buku sejarah Jepang berjudul The Rise of Shinsengumi yang memang persis di hadapannya. Buku yang tadi ia baca lalu ia jadikan bantalan untuk tidur, "Ah-oh..gomennasai," ucapnya seraya buru-buru memberikan buku itu pada pemuda yang ada di hadapannya tersebut.

Pemuda itu, yang masih dengan raut muka datarnya, mengambil buku yang Suiren berikan, "Lain kali jangan menjadikan buku sebagai bantalan tidur. Selain itu, ini sudah sore. Apakah baik seorang gadis sepertimu masih berada di sekolah?" si pemilik mata sapphire tersebut malah menasihati gadis itu.

Suiren merasa malu. Ia menundukkan kepalanya dengan wajah yang memerah. Benar apa yang dikatakan pemuda itu. Tapi apakah pemuda itu tidak terlalu kasar? Ia baru kali ini bertemu seorang pemuda yang terang-terangan mengomelinya, walaupun dengan nada halus dan wajah tanpa ekspresi.

"Oi, Tetsu! Kenapa lama sekali? Kau bilang hanya lima belas menit," tiba-tiba seseorang memanggil pemuda bersurai baby blue itu dari depan pintu perpustakaan.

"Aku mengerti, Aomine-kun. Kau duluan saja," ucap pemuda itu.

"Hey, kenapa jadi aku yang diusir?" balas pemuda yang ada di depan pintu perpustakaan. "Ya sudahlah. Tapi cepat kembali," ucapnya seraya menghilang dari depan pintu.

"Hai'," jawabnya. Ia lalu melihat Suiren, "Aku permisi dulu," ucapnya singkat lalu meninggalkan perpustakaan.

Suiren menghela nafas panjang. Ia kira pemuda itu ingin memarahinya lagi. Jantungnya nyaris saja copot. Ia harus berterimakasih pada pemuda yang tadi berteriak dari depan pintu itu. Kalau tidak, Suiren mungkin akan pingsan karena terlalu malu.

Gadis yang menjadikan kepangan rambut kebelakang sebagai ciri khasnya itu memang memiliki sifat yang introvert. Namun bukan introvert tingkat tinggi. Ia hanya tidak bisa cepat beradaptasi dengan lingkungan baru. Di tahun pertama ia sekolah saja jumlah teman-temannya bisa dihitung dengan jari. Itu semua juga berasal dari klubnya. Namun ia beruntung. Salah satu anggota klub ikebana berasal dari kelasnya.

Ia jadi memikirkan perkataan pemuda tadi. Perkataannya ada benarnya juga. Selelah apapun dirinya, ia harus cepat pulang atau keluarganya akan khawatir. Apalagi kakaknya. Kakak laki-laki Suiren memang sangat menyeramkan, namun ia tetap menyayanginya. Ia tahu, kakaknya bertingkah seperti itu hanya untuk melindunginya.

Suiren melihat jam yang melingkar di pergelangan tangannya. Ya ampun! Sudah hampir jam enam sore. Orangtuanya pasti khawatir setengah mati. Setelah membereskan buku yang ia baca, gadis bermata violet itupun langsung meninggalkan perpustakaan.


-Ai Ja Nai?-


Kuroko Tetsuya dengan santainya makan sambil membaca buku diantara teman-temannya dan menghiraukan suasana sekitarnya. Pemuda bersurai baby blue itu sangat hobby membaca. Teman-temannya juga tahu itu. Vanilla shake kesukaannya selalu menemani hampir disetiap santap makan siangnya.

"Kurokocchi, pulang latihan basket nanti ayo kita mampir ke toko dango. Disana ada dango variant baru yang ingin aku coba. Akashicchi, Midorimacchi, Aominecchi, dan Murasakibaracchi juga ikut. Makin banyak orang, makin seru," ucap seorang pemuda bersurai blonde dengan riangnya. Itu sudah biasa.

"Menurut Oha-Asa, peruntunganku sedang jelek hari ini. Jadi, aku langsung pulang saja, nodayo," jawab pemuda bersurai hijau bernama Midorima Shintarou di sebelah kirinya. Ia sedang memainkan gantungan kunci katak yang ia klaim sebagai lucky itemnya hari ini.

"Aku akan ikut," pemuda bermata ungu itu menambahkan. "Akachin, apa kau juga ikut?" lanjutnya.

"Tidak bisa. Ayahku ingin memberitahukan sesuatu sebelum ia berangkat ke Inggris nanti malam," jawab pemuda bersurai semerah darah. Sang kapten tim basket SMA Teiko, Akashi Seijuro.

"Kise, apakah toko itu yang ada di dekat konbini?" tanya pemuda bermata biru tua yang duduk di sebelah kanan Kuroko, Aomine Daiki.

Pemuda bermata kuning yang dipanggil Kise itu mengangguk cepat, "Toko itu yang aku beritahu padamu ketika kita jalan pulang, kemarin."

"Baiklah, aku ikut," kata Aomine singkat.

Kuroko sebenarnya ingin langsung pulang. Ia lupa membeli pakan untuk Nigou kemarin. Sambil membalik halaman buku yang ia baca, Kuroko menjawab, "Gomen, aku-" ada kartu pelajar terselip diantara lembaran buku yang itu. Kartu pelajar itu bertuliskan nama Haruka Suiren. Ia sedikit kaget ketika melihat foto yang ada di kartu pelajar tersebut. Itu adalah foto gadis yang ia temui di perpustakaan kemarin.

"Kau kenapa, Kurokocchi?" tanya Kise karena melihat Kuroko yang terdiam tiba-tiba.

"Ah, tidak," ia bangkit dari tempat duduknya. "Sepertinya aku harus mengembalikan ini pada seseorang," ucapnya pada teman-temannya. "Aku permisi dulu," Kuroko lalu meninggalkan teman-teman satu klubnya itu dan bergegas menemui si pemilik kartu pelajar.


-Ai Ja Nai?-


Suasana kelas 1-E saat ini sedang ramai. Tentu saja, sedang jam istrirahat makan siang. Rata-rata di kelas ini membawa bento. Masing-masing dari mereka memakan bentonya di dalam kelas dalam bentuk kelompok-kelompok kecil. Suiren juga ada disana. Namun, ia hanya berdua saja dengan Takigawa Yume, satu-satunya temannya yang ada di kelas.

"Kawai," ucap Yume ketika melihat bekal yang dibawa Suiren.

"Kau mau coba?" tawarnya. Bento Suiren adalah buatannya sendiri. Walaupun ia belum handal. Masih harus banyak belajar.

"Aku mau yang ini," Yume menyumpit telur dadar gulung di kotak makan Suiren, "Umai!" serunya riang.

Namun kegembiraan mereka terinterupsi ketika seseorang disamping Suiren memanggilnya. "Apa ini milikmu?"

Suiren dan Yume menoleh bersamaan. "Se..sejak kapan kau berada disitu?" pertanyaan yang sama yang gadis bermata violet itu lontarkan pada pemuda yang mengagetkannya dua kali.

"Dari sebelum kau membuka kotak makanmu," ucapnya singkat.

'Bagaimana bisa?' batin Suiren. Ia tak merasakannya sama sekali. Sama persis ketika pemuda itu membuatnya terkejut di perpustakaan kemarin sore. Hawa keberadaannya sangat tipis. Ia bagaikan makhluk tak kasat mata. Suiren lalu melihat benda yang ada di tangan sang pemuda. Pemuda itu adalah Kuroko Tetsuya.

"Ini milikmu?" tanyanya ulang.

Suiren mengangguk lalu mengambil kartu pelajar yang ada di tangan Kuroko, "A..arigatou gozaimasu," ucapnya pelan nyaris tak terdengar.

"Doittasimashite," balasnya singkat. "Aku permisi dulu," lanjutnya seraya meninggalkan kelas Suiren.

Karena terkejut bahwa pemuda itu mendengar ucapan terimakasihnya, gadis bersurai soft green itu sampai lupa menanyakan namanya agar suatu hari bisa membalas budi. Ketika si pemuda hampir menghilang dari depan pintu, Suiren berlari dan menarik lengannya, "Na..namamu. A..aku belum tahu namamu."

"Kuroko Tetsuya desu. Senang berkenalan denganmu, Haruka-san," setelah mendengar itu Suiren melepaskan lengan Kuroko. Setelah itu pemuda bermata sapphire yang tidak memiliki ekspresi tersebut langsung melanjutkan langkahnya lagi.

Wajah Suiren memerah. Ia belum pernah seberani ini pada laki-laki. Ini baru pertama kalinya, "Arigatou, Kuroko-kun," gumamnya sambil sedikit membungkukkan badannya.


-Ai Ja Nai?-


"Kuroko, larimu kurang cepat!" ucap Aomine kesal. Sudah berulangkali pemuda bersurai biru tua itu menasihati Kuroko untuk mempercepat larinya.

"Lariku sudah cepat, kok," seraya mengusap peluh dengan santainya Kuroko membalas Aomine.

"Dasar kau, cepat apanya? Anak TK yang ada di dekat rumahku lebih cepat darimu, tahu!" geram Aomine.

"Sudahlah, Aominecchi. Kurokocchi memang lambat. Kita semua tahu itu. Tapi dia tetap pemain yang hebat," bela Kise.

"Jangan membelanya, Kise. Kau sendiri juga jangan lengah menghadapi Murasakibara. Kau belum mencetak angka di babak kedua ini!" teriak Aomine sambil terengah-engah. Ace dari tim basket itu memang terkenal paling garang diantara semuanya. Kise yang berbalik diomeli hanya bisa mengerucutkan bibirnya.

Saai ini mereka semua sedang berlatih untuk menghadapi turnamen yang diadakan dua minggu lagi. Turnamen musim panas ini adalah turnamen pertama mereka di SMA. SMA Teiko merupakan sekolah yang diunggulkan dalam turnamen tersebut. Apalagi ada mereka, Kiseki no Sedai yang terkenal semenjak SMP dan Kuroko sebagai pemain bayangan keenamnya.

"Sudahlah, Dai-chan," ucap gadis bersurai pink di pinggir lapangan. Ia Momoi Satsuki. Manager dari tim basket Teiko.

Di lokasi yang sama, namun tempat yang berbeda, Suiren bersama anggota klubnya bergegas menuju ruang klub ikebana. Di SMA Teiko, gedung klub-klub sekolah letaknya tak jauh dari gym. Itu berarti, jika mereka ke ruangan klub mereka harus melewati gym.

"Suu-chan, sebelum ke ruangan klub aku ingin ke gym dulu. Ada yang ingin aku temui," ucap Yume. Suu-chan adalah panggilan akrab Yume pada Suiren.

Suiren tersenyum lalu mengangguk, "Aku temani."

Mereka berdua akhirnya berbelok ke arah gym yang letaknya beberapa meter dari gedung klub, "Momo-chan!" teriak Yume dari depan pintu gym.

Ternyata yang merespon adalah wanita bersurai pink yang ada di pinggir lapangan. Manik Suiren melihat bahwa saat ini tim basket sedang latihan. Tak sengaja matanya melihat seseorang yang sepertinya ia kenal. Tunggu! Warna rambut itu bukankah milik...,"Kuroko-kun," gumamnya.

"Kau mengenalnya, Suu-chan?" tanya Yume.

"Kau lupa, Yume-chan? Dia yang tadi siang mengembalikan kartu pelajarku," jelas Suiren.

Alis Yume mengernyit,"Benarkah?" Suiren mengangguk. Tak lama kemudian Momoi datang menghampiri mereka.

"Hisashiburi dana, Yume-chan. Ada perlu apa?" tanya Momoi.

"Hisashiburi, Momo-chan. Aku ingin mengembalikan ini," jawab Yume sambil menyerahkan sebuah buku. Momoi tersenyum lalu mengambilnya.

"Abunai!" teriak Kise tiba-tiba. Sebuah bola meluncur tepat ke arah Suiren. Karena posisi Suiren yang jauh dari lapangan, para pemain terlambat menghentikan bola. Langsung saja bola itu menghantam lengan kiri gadis bermata violet itu.

Suiren jatuh terduduk. Ia memegangi lengan kirinya yang kini nyeri karena hantaman bola, "Itai," lirihnya pelan.

Sebuah tangan tiba-tiba terjulur di depan wajahnya, "Daijobu desu ka?" tanya si pemilik tangan tersebut.

Suiren mendongakkan kepalanya. Entah kenapa wajahnya langsung panas setelah melihat orang yang membantunya berdiri, "Daijobu desu, Kuroko-kun," ucapnya sambil menyambut uluran tangan itu.

Mata Kuroko beralih dari tangan ke bagian wajah orang yang ia tolong, "Haruka-san?"

Suiren tersenyum malu-malu. Tangan kanannya masih memegangi lengan yang tadi terhantam bola. Jantungnya berdetak liar karena tangan Kuroko yang masih menempel di punggungnya. Tangan itu begitu kuat dan kokoh. Ia melihat sekilas wajah Kuroko yang saat ini dipenuhi keringat. Wajahnya kembali memanas.

"Gomen, gomen. Aku tak sengaja," ucap Aomine sambil berlari menghampiri Suiren dan Kuroko.

"Kau sangat serampangan, nodayo. Perhatikan orang-orang disekitarmu," ucap Midorima yang ternyata memperhatikan kejadian tersebut dari dalam lapangan.

"Aku 'kan tak sengaja. Lagipula aku juga sudah minta maaf," Aomine membela diri.

"A..aku tak apa-apa," jawab Suiren. "A..ano, Kuroko-kun. Ka..kau bisa kembali berlatih."

Kuroko makin mempererat pegangan tangannya di punggung Suiren, "Kau harus ke UKS. Sepertinya kau demam. Akan aku antar," ucapnya.

"Tak perlu," sanggahnya. Apa kau tak tahu Kuroko? Suiren hampir kehabisan nafas karena berdekatan denganmu. Jantungnya juga nyaris copot dan mukanya memerah juga bukan karena demam. Tapi karena dirimu!

"Karena aku yang menolongmu, aku yang harus bertanggung jawab. Ayo ke UKS," kali ini ucapannya sepertinya tak bisa diganggu gugat. Suiren menyerah dan akhirnya mengiyakan perkataan Kuroko.

"Tolong ya, Kuroko," ucap Aomine yang sepertinya merasa ikut bertanggung jawab.

Kuroko mengangguk, "Aku akan segera kembali," ia lalu memapah Suiren ke ruangan UKS.


-Ai Ja Nai?-


"Ya ampun. Lenganmu bengkak. Memangnya apa yang terjadi?" tanya guru piket yang saat ini menjaga UKS, Araki Masako.

Suiren memperhatikan lengannya yang kini mulai membiru, "Terkena hantaman bola basket, Sensei," jawabnya.

Araki lalu mengambil plester kompres yang ada di kotak obat, "Tempel ini di lenganmu. Sebaiknya kau juga jangan terlalu menggerakkan tangan kirimu terlalu sering. Nanti akan semakin bengkak."

"Hai', Sensei," Suiren mengambil plester yang diberikan gurunya.

"Biar aku bantu," ucap Kuroko.

Araki terkejut, "Sejak kapan kau ada disitu?" rasanya tadi siswi yang ada di hadapannya ini ke UKS sendirian.

"Aku yang mengantarnya kesini, Sensei," ucap Kuroko santai.

"Eh? Benarkah?" katanya sambil mengernyitkan alis."Kalau begitu aku keluar dulu, ya. Setelah agak baikan, kau boleh pulang," lanjutnya seraya meninggalkan Kuroko dan Suiren disana.

Setelah gurunya pergi. Kuroko dan Suiren hanya berdua di UKS. Jantung Suiren kembali berdetak liar. Oh Kami-sama, kenapa jantungnya menggila seperti ini? Manik violetnya lalu memandangi wajah Kuroko yang serius menempelkan plester kompres ke lengannya.

Ia tidak tahu apa yang ia rasakan sekarang. Yang ia tahu hanyalah, saat ini diperutnya bagaikan ada ribuan kupu-kupu yang menggelitik serta pasokan udara yang mendadak menipis ke paru-parunya. Aliran darahnya juga jadi makin cepat. Dan itu semua karena pemuda bersurai baby blue yang ada di depannya. Pemuda bernama Kuroko Tetsuya. Apakah ini cinta? Entahlah, tapi yang pasti Suiren menikmatinya.


-Ai Ja Nai?-


-Kuroko X Haruka-


-Fin-


Holla, minna-sama!

Ini fic pertama Kaze di fandom Kuroko no Basuke, YAY! *tiup terompet*

Project ini sebenarnya sudah Kaze persiapkan dari sejak lama, namun baru terealisasikan sekarang

Di fic ini niatnya mau Kaze buat sebagai kumpulan cerita fluffy anak-anak KiSedai sama Kuroko yang dipasangkan chara cewek buatan Kaze

Mungkin masih banyak kesalahan dalam pendeskripsian karakter dalam penulisan

Kaze baru dua bulan jadi penggemar Kurobas soalnya, hehe

Oleh karena itu, mohon bantuannya ya, minna!

Yosh, terus dukung Kaze agar bisa menelurkan fic yang lebih bagus dan baik lagi!

Adios!