Tittle: The Tales of Guardians
Disclaimer: Tite Kubo
Genre: Supernatural, Drama, Friendship
Rate: T
Warning: OOC, OC, Typo pake es, bahasa tidak sesuai EYD
A/N: This fanfiction takes place after Full Bring Arc. I don't get anything from this story but satisfication.
Enjoy...
Chapter 0, Prologue
Sepi, menakutkan, dan membingungkan. Itulah yang ada dipikirannya ketika melihat sekelilngnya.
Ia tidak melihat siapapun, bahkan apapun di sini. Ralat, dia bisa melihat beberapa hal. Yang dapat ditangkap oleh matanya hanylah tanah kering yang sudah retak akibat kekeringan. Selain itu ada beberapa pohon yang tinggal batangnya, itupun sudah menghitam seolah terbakar. Ia juga dapat merasakan udara yang begitu panas, ia bahkan membayangkan paru-parunya terbakar jika ia bernapas di sana.
Tetapi yang membuatnya bingung bukan hanya tempat yang tidak pernah ia datangi itu—yang benar saja, seumur hidup ia tidak mau menginjakkan kaki ke tempat sepanas ini. Ketika ia menolehkan kepalanya ke atas, pemandangan aneh tapi menakjubkan tertangkap oleh lensa matanya.
Di atas sana terdapat hamparan salju luas dengan warna putih yang mendominasi. Selain itu terdapat beberapa gunung bersalju dari kejauhan. Hawa di sana terasa dingin dan menyejukkan. Salju juga turun dengan deras di tempat itu. Bahkan awannya berwarna abu-abu tebal tanda salju turun dengan deras, berbanding terbalik dengan langit jingga kemerahan yang menjadi latar dunia panas di bawahnya. Hanya saja yang membuatnya heran adalah, hamparan salju itu terletak terbalik seperti ditempel di langit-langit. Bahkan saljunya jatuh ke atas. Selain itu langitnya seolah terbagi dua.
Ia tidak berada di dunia panas ataupun dunia dingin—ia memutuskan memanggilnya begitu. Ia berada di antaranya, melayang seakan tidak punya berat badan. Mata berwarna uniknya bergantian memandang dua pemandangan yang mengapitnya itu. Atas dan bawah.
Kemudian ia melihat siluet dari kejauhan. Siluet itu berbentuk manusia yang tengah berjalan di dunia panas. Perlahan, siluet itu terlihat semakin besar dan semakin dekat dengannya. Ia tidak tahu siapa, atau apa siluet itu, tetapi ia merasa ada koneksi aneh antara siluet itu dan dirinya.
Ketika jarak mereka tinggal beberapa meter, siluet itu berhenti. Ia kemudian mendongak menatap dunia dingin, lalu menatapnya. Ia sama sekali tidak dapat mengenali siluet itu. Seluruh tubuhnya seperti tertutupi oleh bayangan, kecuali matanya. Mata dengan warna yang cukup unik yang bersiborok dengan matanya.
Setelah saling memandang cukup lama, ia akhirnya bisa melihat hal lain dari siluet itu. Mulutnya.
Mulut siluet itu membentuk sebuah kurva yang entah kenapa tidak disukainya. Daripada disebut senyuman, mulut itu lebih tepat jika disebut membentuk sebuah seringai. Kemudian mulut itu membuka dan menutup beberapa kali. Seperti tengah mengatakan sesuatu yang sayangnya tidak dapat ia dengar.
Kemudian, 'kegiatannya' bersama siluet itu terganggu dengan bisikan aneh yang menyapa telinganya. Bisikan itu mengucapkan hal yang sama berulang kali dengan suara yang semakin tinggi.
'...en.'
'...ten!'
'Kapten!'
"KAPTEN HITSUGAYA!"
.
.
.
Hitsugaya membuka matanya perlahan ketika mendengar dirinya dipanggil-panggil. Ia dapat melihat jelas salah satu anggota divisinya duduk di samping kasurnya meski pandangannya masih berkabut. Begitu seluruh nyawa telah terkumpul, ia pun duduk dan mengusap rambutnya pelan. Dilihatnya jam masih menunjukkan pukul dua malam.
"Ada apa?" Tanyanya dengan suara parau. 'Awas saja kalau tidak penting!' Gerutunya dalam hati.
"Maafkan saya karena membangunkan anda, Kapten Hitsugaya. Tapi saat ini situasi sedang rumit." Jawab si bawahan.
Mendengar jawaban pria itu, hati Hitsugaya langsung mencelos. "Apakah ada yang menyerang Seireitei?" Tanyanya setengah panik. Rasa kantuknya hilang seketika.
"Emm.. sebenarnya kita tidak diserang. Semua aman terkendali." Jawab si bawahan sedikit gugup.
"Lalu situasi rumit apa yang membuatmu sampai membangunkanku?" Tanya bocah itu mulai kesal.
"Sekali lagi saya minta maaf, kapten. Tapi entah kenapa sejam yang lalu reiatsu anda terasa kuat, dan semakin kuat. Kami khawatir anda diserang seseorang, makanya saya datang ke sini. Saya bersyukur karena sepertinya anda baik-baik saja, meskipun anda terlihat sedikit gelisah ketika tidur. Tapi tanpa diduga situasi jadi kacau. Sebelum sempat saya membangunkan anda, reiatsu anda tiba-tiba meledak dan membuat seluruh Seireitei dilanda badai salju." Jelas bawahannya panjang lebar.
"Eh?" Begitu mendengar penjelasan bawahannya itu, ia langsung sadar. Seluruh ruangannya sudah tertutupi oleh es tebal. Pria di sampingnya pun terlihat kedinginan meski berusaha menutupinya. Tanpa babibu lagi ia langsung menuju jendela dan melihat ke luar. Benar saja, Seireitei sudah ditutupi oleh salju yang sangat tebal.
Bocah berpangkat kapten itu terkejut bukan main. Ia tidak menyangka telah melepaskan reiatsunya ketika tidur. Padahal terakhir kali ia melakukan itu ketika masih tinggal di Rukongai. Hitsugaya merasa kecewa terhadap dirinya sendiri. Ia seorang kapten, tetapi malah tidak sengaja melepaskan reiatsunya. Benar-benar bukan teladan yang baik, menurutnya.
Hitsugaya mengatur napasnya mencoba mengendalikan reiatsunya sekali lagi. Perlahan tapi pasti dapat dilihatnya es di ruangan serta halaman barak mulai mencair dan suhu udara menjadi lebih hangat. Ia lalu berbalik menghadap bawahannya yang masih diam di tempat.
"Maaf membuat kalian panik di jam segini. Katakan pada yang lain aku tidak apa-apa. Kau boleh pergi." Perintahnya.
"Baik Kapten!" Dan pria itu pun pergi dari ruangannya.
Hitsugaya menatap sekitarnya sekali lagi. Es mencair dengan lambat. Sepertinya prosesnya akan memakan waktu beberapa jam, tapi biarlah. Toh ia sudah tidak mengantuk lagi.
Selama ia mengendalikan kembali reiatsunya, pikiran Hitsugaya melayang ke mimpi yang baru dialaminya. Tentang dua dunia berlawanan, dengan dirinya berada di tengah-tengahnya. Ia tidak mengenali dunia panas itu, tapi dunia dingin itu sangat familiar baginya. Seperti inner world nya. Lalu ada siluet misterius di dunia panas. Mungkin dunia panas itu inner world milik si siluet, dan dunia dingin miliknya. Tapi yang membuatnya heran adalah...
"Kenapa reiatsu-ku sampai meledak hanya karena mimpi itu?"
.
.
.
Di Divisi Satu, seorang kakek dengan kepala klimis dan janggut yang panjang memandang Seireitei dari balkon. Matanya yang terlihat tertutup terus memperhatikan selimut es yang menutupi Seireitei yang mulai meleleh. Melihat proses itu, pikirannya melayang ke kejadian sejam yang lalu serta pelaku pembekuan Seireitei itu.
Kapten Hitsugaya, setahunya adalah salah satu kapten yang paling disiplin dan bertanggung jawab di antara tiga belas kapten Gotei 13. Ia juga memiliki pembawaan yang tenang dan dewasa untuk anak seusianya (kecuali kalau dikatain pendek atau bocah). Selain itu ia juga dijuluki bocah jenius karena ia sudah mencapai bankai dan menjadi kapten dengan rekor termuda sepanjang sejarah Soul Society. Rasanya sangat tidak mungkin seseorang yang begitu berbakat dan penuh tanggung jawab bisa tanpa sengaja melepaskan reiatsunya.
Sepertinya ia harus membahas masalah malam ini dengan empunya reiatsu. Serta masalah satunya dengan kapten lain.
Masalah legenda yang kini membuatnya resah.
.
.
.
Bersambung
