Haihai, Rei kembali dengan sebuah fic multichap hasil collab sama Monica-nee~ Oh ya, judul sama isi kemungkinan ga nyambung, haha.
Not supposed to contain any sho-ai, but well, let's your heart decide :) /shot. Anyway, read and enjoy it~! ^^
WARNING:
Abal
*maybe* OOC
OCs
Multi-chapter
Conan/Shinichi's POV
Collab fic with MnC21
Disclaimer:
Detective Conan © Aoyama Gosho
Now, let the story begins...
o.O.O.o.o.O.O.o
Liburan musim panas tinggal sebentar lagi, tapi bukan berarti musim panas telah berakhir. Hari ini pun mentari masih terus memancarkan sinarnya dengan riang. Bahkan para awan tidak mampu menghalangi pancarannya. Untung saja angin semilir masih bertiup, sedikit membantu mengusir rasa gerah. Sementara burung-burung camar saling bercengkrama di atas sana, permukaan laut terus menari, mengayun kapal-kapal yang ada di atasnya.
Dan disinilah kami bertiga –aku, Ran, dan Paman Kogoro– berada sekarang, Pelabuhan Beika…
"Woaaah, sugoi~!" seru Ran begitu melihat sosok megah cruise Mary Ann yang tengah bersandar di pelabuhan Beika itu.
"Hei Ran, jangan cuma berdiri disitu, ayo cepat!" panggil Paman Kogoro yang sudah berada jauh di depan, terus berjalan menuju dermaga sambil menyeret kopernya.
"Jangan cepat-cepat dong, Ayah!" protes Ran.
"Kau yang terlalu lamban, Ran. Cepatlah sedikit!"
"Ayah bantu bawa juga dong!"
Tapi toh Paman Kogoro tampak tak terlalu peduli dengan protes putrinya itu dan terus berjalan dengan cepat ke arah dimana cruise itu bersandar.
Ran memang tampak kerepotan untuk menyeret sebuah koper di tangan kirinya dan sekaligus menjinjing sebuah tas besar di tangan kanannya. Sebenarnya aku ingin membantunya, tapi yah mau bagaimana lagi, ukuran tas yang dibawanya itu lebih besar dari ukuran tubuhku saat ini… Meskipun begitu, aku masih agak kesulitan mengikuti langkah-langkah panjang Ran. Dengan sebuah ransel besar tersandang di punggungku, aku berusaha menyejajari langkah Ran, yang terlihat sedang sama bersemangatnya dengan ayahnya.
"Makanya jangan bawa barang-barang yang tidak diperlukan dong, sampai bawa 2 koper begitu…," komentar Paman Kogoro.
Untuk kali ini, aku setuju dengan paman. Tidak perlu membawa barang sebanyak itu kan hanya untuk perjalanan 4 hari 3 malam? Entah apa yang dipikirkan Ran sampai membawa barang sebanyak itu…
Ran menggumamkan sesuatu tentang 'ibu' sebagai jawaban, tapi aku tak bisa menangkap apa yang dikatakannya dengan jelas.
Ketika Ran berhasil mengejar langkah ayahnya, ia akhirnya berhasil 'membujuk' Paman Kogoro untuk memperlambat langkahnya. Ya, membujuk dengan beberapa ancaman bahwa dia tidak akan memasakkan makan malam selama sebulan dan juga ancaman dengan pukulan dan tendangan yang akan mendarat padanya jika tidak mau memelankan langkahnya.
"Kita beruntung sekali ya bisa memperoleh tiket untuk menaiki cruise mewah ini. Aku sudah tidak sabar melihat apa saja yang ada di dalamnya. Pasti banyak sake enak dan wanita cantik di dalam cruise itu, hihihi." gumam Paman Kogoro, cukup keras sampai aku dan Ran bisa mendengar apa yang dikatakannya dengan jelas.
"Seharusnya Ayah berterima kasih kepada Conan," ujar Ran. Ia masih terdengar jengkel.
"Bocah itu cuma sedikit beruntung," jawab Paman Kogoro, tak mau mengakui tampaknya.
"Huh, setidaknya Conan lebih baik daripada Ayah."
Dan seperti biasa, aku hanya bisa sweatdrop melihat pertengkaran ayah dan anak itu.
Tapi menurutkku apa yang dikatakan Ran tidak sepenuhnya benar. Memang kami berhasil mendapat tiket untuk mengikuti pelayaran perdana cruise megah bernama Mary Annini berkat undian dari sebuah kuis yang kebetulan –jika memang kebetulan itu ada– kumenangkan, tapi sebenarnya aku tak berniat mengikuti kuis itu.
Undian itu berasal dari kuis yang ada di akhir salah satu novel misteri terbaru yang kuikuti. Setelah memecahkan kasus yang ada di kuis itu, sama sekali tak terpikir olehku untuk mengirimkan jawabanku dan mengikuti undiannya. Tapi Ran yang melihat kertas jawabanku di atas meja makan ternyata malah mengrimkan jawaban itu atas namaku. Dan begitulah, Conan Edogawa menjadi salah satu pemenang kuis berhadiah liburan 4 hari 3 malam ke sebuah vila di pulau Aogashima dan sekaligus menjadi salah satu dari beberapa orang yang berhak mengikuti pelayaran perdana cruise mewah terbaru dari perusahaan yang juga menaungi penerbit novel itu.
Tapi karena 'Conan Edogawa' adalah seorang murid kelas 1 SD, ia akhirnya diminta untuk mengajak seorang pendamping. Dan Conan –dengan kata lain aku– meminta Ran menemaniku. Kalau ditanya kenapa aku mengajaknya dan bukan mengajak Profesor Agasa atau yang lain, jawabanku karena Ran-lah yang terlihat teramat ingin mengikuti perjalanan ini. Sejak ia melihat hadiah dari undian kuis itu, ia tak berhenti berceloteh tentang betapa mewah dan indahnya cruise itu. Yah memang cruise itu belakangan ini menjadi topik favorit di koran maupun televisi. Dan lagi, Ran-lah yang mengirimkan jawaban itu, jadi secara tidak langsung dia berhak mengikuti perjalanan ini.
Oh, jika kalian bertanya bagaimana Paman Kogoro juga bisa mendapat tiket, itu karena istri manager perusahaan yang menaungi penerbit novel itu ternyata adalah penggemar beratnya. Jadi begitulah, Paman Kogoro diizinkan untuk ikut tanpa membayar biaya lebih alias gratis. Paman sih memang suka yang gratisan. Dan seingatku, Ran dan sang manager –yang menyerahkan langsung tiketnya pada kami waktu itu– juga sempat membicarakan hal lain yang aku tak tahu apa. Yang pasti sepulang dari sana, Ran terlihat senang sekali.
Ah, akhirnya perdebatan antara ayah dan anak itu berakhir juga. Kami pun melanjutkan langkah kami. Kali ini hanya suara angin, ombak dan suara langkah kaki kami yang terdengar.
Langkahku sempat terhenti saat mataku sekilas melihat ke arah Mary Ann. Bukan pesona cruise itu yang membuatku terpaku, melainkan sosok yang tertangkap sudut mataku, mengirimkan impuls yang membuatku merinding. Bagaimana tidak? Yang kulihat adalah sosok seorang anak SMA yang wajahnya sangat mirip denganku, wajah Shinichi Kudo. Di dunia ini, cuma ada satu orang yang memiliki wajah bagai kembaranku. Ya, siapa lagi kalau bukan orang yang dijuluki sebagai sang Phantom Thief, pencuri sombong yang selalu mempermainkan para polisi dalam setiap aksinya. Dia adalah pencuri menyebalkan yang beberapa kali menggunakan wajahku sebagai samaran agar aksi pencuriannya sukses.
"Ada apa, Conan?" tanya Ran mengejutkanku.
"A-ah, tidak ada apa-apa kok, kak Ran," jawabku seraya mengalihkan pandangan dari cruise itu dan menatap Ran.
"Ah, kau sudah tidak sabar ingin naik cruise Mary Ann ya?" Ran bertanya lebih jauh.
"Ya, begitulah… Haha," jawabku, memalsukan senyum anak kecil.
Aku kembali mengarahkan pandanganku ke tempat dimana sosok itu tadi berada, tapi hasilnya nihil. Ia sudah tak ada disana.
Kami baru saja hendak melangkahkan kaki untuk melewati jembatan yang menghubungkan cruise dengan dermaga saat sebuah suara meneriakkan nama Ran. Refleks, kami bertiga berhenti dan berbalik, mencoba mengetahui dari siapa teriakan itu berasal.
"Ah, akhirnya Ibu datang!" sorak Ran.
Dan itulah jawabannya. Yang datang adalah Eri Kisaki, dengan kata lain ibu Ran, dan sekaligus istri Paman Kogoro.
"Ternyata lelaki ini ikut juga ya," ujar sang Pengacara dingin seraya menatap Paman Kogoro tajam.
"Hei apa maksud perkataanmu itu, Eri?"
Oh, aku tahu sekarang. Yang dibicarakan Ran dan manager perusahaan waktu itu pasti soal Bibi Eri. Kalau ingatanku tak salah, sepertinya manager perusahaan itu pernah berurusan dengan pengadilan karena masalah dengan lawan bisnisnya, dan akhirnya ia terbukti tak bersalah berkat bantuan seorang pengacara handal. Kurasa pengacara itu adalah Bibi Eri, dan mungkin ia mau membalas jasa dengan memberikan satu lagi tiket untuknya.
Yah, itu semua cuma hasil deduksiku semata. Aku tak punya bukti apapun, jadi aku tidak akan bilang kalau hasil deduksiku itu benar-benar fakta. Tapi kurasa memang itulah yang terjadi. Sayangnya Paman Kogoro tak memperoleh kesimpulan yang sama denganku, dan ia tampak kebingungan melihat Bibi Eri ada disini, haha.
"Ah, jadi tas satu lagi yang dibawa kak Ran itu barang milik Bibi Eri ya?" celetukku, berusaha terlihat sepolos mungkin saat mengatakannya.
Senyum lebar Ran dan anggukan riangnya menjadi jawaban yang tak terbantahkan. Paman Kogoro tampak akan menyuarakan protesnya namun Bibi Eri sudah memotongnya duluan.
"Maaf Ran, tapi sepertinya kita tidak akan bisa mengikuti perjalanan ini…"
"Eeeh kenapa? Bukankah kasus yang ibu tangani sudah selesai?"
"Seharusnya begitu, tapi ternyata kasus itu tidak bisa selesai secepat dugaanku. Dan lagi, si lelaki pemabuk itu juga terlibat kasus ini," jawab Bibi Eri, sekali lagi memberikan tatapan tajam pada lelaki yang masih berstatus sebagai suaminya itu.
"Eh? Aku?" tanya Paman Kogoro sambil menunjuk dirinya sendiri. Ekspresi bingung terpampang di wajahnya.
"Apa maksudnya sih, Bu?"
"Kogoro Mouri menjadi salah satu orang yang terlibat dengan kasus yang melibatkan klienku, dan aku tidak bisa membiarkannya pergi berlibur selama 4 hari ke suatu pulau di tengah lautan sana sementara persidangan klienku dilaksanakan 2 hari lagi."
"Eeeeeh, jadi liburan kita batal?" Ran nampak kecewa.
"Maaf ya, Ran. Kau pergi saja bersama Conan."
Tunggu dulu, kalau Ran jadi naik cruise itu dan bertemu dengan KID, bisa-bisa si pencuri licik itu akan memanfaatkan wajahku lagi untuk kabur. Tidak, aku tidak mau hal itu terjadi. Aku memang tidak ingin kesempatan untuk menangkap dan mengakhiri riwayat karir KID lepas lagi dari tanganku, tapi aku lebih tidak mau kalau sampai Ran salah paham dan akhirnya membuatnya terlalu berharap untuk bisa bertemu Shinichi Kudo dalam waktu dekat. Sampai aku benar-benar bisa kembali ke tubuh normalku, aku tak mau membuat harapan Ran untuk bertemu denganku lagi melambung terlalu tinggi.
"Hei, kak Ran…," panggilku pelan seraya menarik ujung bajunya.
Ran menunduk, menyejajarkan tingginya dengan tinggiku sebelum berbicara, "Ada apa, Conan?"
"Sebenarnya tujuan kak Ran mengajak mereka berdua ikut perjalanan ini supaya mereka berdua bisa rukun lagi kan?"
"Yaaah, begitulah. Kupikir suasana di cruise bisa mengingatkan mereka pada masa-masa romantis mereka dulu dan bisa membuat mereka akur lagi, tapi rencanaku gagal bahkan sebelum dicoba…"
"Kalau begitu mungkin ini waktu yang tepat!"
"Eh? Apa maksudmu, Conan?"
"Saat ini kemungkinan Paman Kogoro sedang menjadi salah satu tersangka dalam kasus yang menjerat klien Bibi Eri. Kalau Paman bisa membuktikan dirinya tidak bersalah dan bisa membantu menyelesaikan kasus yang menimpa klien Bibi Eri, pasti pandangan Bibi Eri tentang Paman Kogoro akan berubah. Dan sebaliknya, jika Bibi Eri membantu membuktikan bahwa Paman Kogoro tidak bersalah, pasti paman juga akan mengubah sikapnya pada bibi, iya kan?"
"Hmm, benar juga… Tapi apa tidak apa-apa kamu tidak jadi ikut liburan ini, Conan?"
"Tapi aku ingin sekali naik cruise itu… Ah, tapi kalau kak Ran mau pergi bersama paman dan bibi tidak apa-apa kok."
"Tidak mungkin aku membiarkan kamu pergi liburan sendirian kan, Conan. Manager perusahaan juga berkata kamu harus didampingi oleh orang dewasa kan…"
"Kalau begitu aku akan minta Profesor Agasa menjadi pendampingku, jadi kak Ran bisa pergi, bagaimana?"
"Apa tidak apa-apa?" tanya Ran ragu.
"Tidak apa-apa, Profesor pasti senang bisa ikut liburan dengan cruise ini…"
"Kalau begitu biar kutunggu sampai Profesor Agasa datang—"
"Aaah, tidak perlu kak Ran. Profesor baru saja membalas emailku, katanya sudah di jalan. Kak Ran kejar paman dan bibi saja, mereka sudah hampir keluar pelabuhan tuh," potongku seraya menunjuk ke arah paman dan bibi yang berjalan menuju tempat parkir.
"Kau yakin?" Ran masih terlihat ragu untuk beranjak meninggalkanku.
Aku mengangguk pasti sambil memasang senyum lebar khas anak kecil. "Iya. Semoga rencana kakak berhasil ya~"
"Iya. Hati-hati ya, Conan, kalau ada apa-apa telpon aku ya! Mengerti? Oh iya, ini tiketnya. Jangan sampai hilang ya," ujarnya sambil menyerahkan empat lembar tiket yang dibawanya.
"Baiiiiik. Dadah~ Nanti aku bawakan oleh-oleh buat kak Ran."
Dan akhirnya Ran pun berlari mengerjar kedua orang tuanya yang sudah berjalan cukup jauh dari tempat kami berdiri tadi.
Begitu ia menghilang ke pelataran parkir, aku segera bergegas menuju cruise Mary Ann. Aku tidak perlu menunggu profesor, karena selama apapun aku menunggu profesor tak akan datang. Aku tidak benar-benar menghubunginya, dan lagi profesor sedang pergi bersama Haibara ke luar kota untuk memenuhi panggilan salah seorang pembeli penemuan anehnya. Aku mengatakan akan mengajak profesor kepada Ran cuma sebagai alasan agar Ran setuju untuk pergi bersama ayah-ibunya, itu saja. Oh, tapi aku harus menghubungi profesor untuk memberitahu situasinya kalau-kalau Ran menelponnya nanti.
"Nak, kau tidak boleh masuk," larang petugas yang menjaga jalan masuk menuju cruise.
"Aku Conan Edogawa, salah satu pemenang kuis. Aku punya tiket kok," ujarku seraya menyodorkan salah satu tiket yang diberikan Ran. Tiga lembar tiket yang lain sudah kuamankan ke dalam ranselku.
Dengan setengah tidak percaya, petugas itu bertanya, "Aku memang sudah mendengar bahwa ada seorang anak kecil di antara para pemenang, tapi bukankah kau seharusnya datang bersama pendampingmu, Nak?"
"Tadi pendampingku sudah naik duluan, dan dia menyuruhku segera menyusulnya…," jawabku, untuk kesekian kalinya memasang wajah polos.
"Yaaah, kalau begitu cepatlah masuk dan cari pendampingmu…"
"Terima kasih!"
Dan akupun segera melesat melewati jembatan yang menghubungkan cruise dan dermaga itu sebelum si petugas berubah pikiran dan malah curiga soal ceritaku.
Begitu menginjakkan kaki di atas cruise, suasana sekitar jadi terlihat berbeda. Kesan anggun menyelimuti seluruh bagian cruise, bahkan goyangan ombak yang menghempas kapal tak terasa sama sekali. Rasanya seakan berada di sebuah mansion mewah yang kokoh berdiri di atas tanah dan bukannya laut… Tak membuang waktu lebih lama, aku mengarah menuju resepsionis. Dengan beberapa alasan dan cerita karangan tentang pendampingku, akhirnya resepsionis itu memberikan kunci kamarku. Aku pun segera menyusri lorong sesuai petunjuk dari sang resepsionis itu.
Interior dalam kamar itu, tanpa diragukan lagi, pasti membuat siapapun tercengang. Luasnya setara kamar suite sebuah hotel mewah, dan perabotnya pun terlihat elegan dan berkelas. Tak salah jika cruise Mary Ann dijuluki sebagai cruise termewah abad ini. Sambil mengisi waktu sampai kapal berangkat, aku menelusuri setiap sudut kamar itu, meneliti dan mengamati segala apa yang ada disana.
/
Sekitar satu jam kemudian, pengeras suara yang ada di dalam kamar menyerukan suara dari sang kapten yang mengumumkan bahwa cruise ini akan segera berlayar. Dan benar saja, setelah itu kapal mulai terasa berayun mengikuti tarian ombak. Sekarang tak perlu bersembunyi di kamar lagi, karena meskipun ketahuan aku tidak bersama seorang pendamping tidak mungkin mereka menurunkanku di tengah laut.
Namun sebelum aku melangkahkan kaki keluar kamar, pengeras suara kembali menggema.
"Selamat siang, dan selamat datang di cruise Mary Ann. Selamat karena Anda sekalian telah menjadi orang-orang pertama yang berlayar bersama cruise ini. Untuk mengakrabkan diri selama perjalan dan liburan kita selama 4 hari kedepan, semua penumpang di harap berkumpul di ballroom sekarang juga. Sekali lagi, semua penumpang diharap berkumpul di ballroom sekarang juga. Terima kasih."
Setelah mengunci pintu kamar dan mengamati denah cruise yang ada di sudut lorong tempat kamarku berada, aku pun melangkahkan kaki menyusuri lorong-lorong panjang yang dihiasi ukiran-ukiran dan dekorasi-dekorasi lain yang memunculkan aura mewah cruise ini. Dan saat itulah, secara tak sengaja mataku kembali menangkap sosok yang secara tidak langsung menjadi alasanku pergi sendirian. Di lorong yang terletak di sebelah kanan dari lorong yang kulalui, ia tampak sedang menikmati interior cruise. Matanya lekat memandangi ukiran yang meliuk menghias sisi-sisi lorong dengan indah, sementara sebuah senyum lebar bertengger di wajahnya.
Tanpa sadar aku ikut tersenyum. Senyum sinis, tapi juga penuh kemenangan. Perlahan aku mendekati sosok pemuda itu, berusaha agar ia tak menyadari keberadaanku sampai aku cukup dekat dengan tempatnya berdiri. Tapi detik berikutnya, ia telah menyadari keberadaanku. Meskipun begitu, aku tak menghentikan langkahku. Ia sempat terkejut melihatku, tapi ekspresi itu segera menghilang di balik poker-facenya. Ia melempar senyum, dan aku membalasnya dengan seringai yang lebih lebar. Sekarang giliranku…
"Tak kusangka bisa bertemu denganmu di tempat seperti ini, KAITOU KID…"
.
.
.
.TSUZUKU.
Fiuh, chapter satu selesai~ Chapter 2nya… Yang sabar nunggu aja ya 8D /shot. Will try to updated it as fast as I can XD
Btw, happy birthday Mouri Ran! Dan walaupun udah lewat 11 hari, happy birthday Monica-nee~! Ehehe.
Jadi, gimana pendapat kalian tentang fic ini? Let me know~ Review if you don't mind ^^
Doumo arigatou buat yang udah baca~
Matta ne!
