Entah ini bisa disebut sebuah kesialan atau apalah itu istilahnya — yang bisa menggambarkan keadaannya saat ini; yang jelas bagi seorang Uzumaki Naruto hari adalah sebuah keselahan.

Naruto, pria berumur 28 tahun itu mengusap pipi kirinya yang terkompres kantung plastik berisi batu es tersebut pelan. Rasanya masih perih, bahkan Naruto masih bisa mengecap sedikit rasa besi dimulutnya; bersyukur setidaknya pendarahan dihidungnya sudah terhenti.

Naruto lalu menyandarkan kepala pirangnya ke sandaran kursi, jujur saja kejadian pemukulan yang dialaminya itu sedikit banyak membuatnya shock. Kejadian tersebut diluar kuasanya. Semua itu benar-benar diluar perkiraannya.

Seorang pria bername tag Umino terlihat cemas bukan kepalang. Balok balik ia menawarkan untuk mengganti kantung es Naruto; hanya saja pemuda tan tersebut selalu menolaknya dengan cengiran khas miliknya. Tentu selaku manager di caffe ini; Umino Iruka sama sekali tak menginginkan kejadian tersebut terjadi. Tapi sama seperti yang Naruto pikirkan, bagi Iruka pun kejadian ini sangat jauh diluar dugaannya.

"Kau harus minta maaf pada Uzumaki-san, Sasuke. Lihatlah hasil perbuatanmu", ujar Iruka penuh penekanan sambil menatap tajam pada sosok pemuda bersurai hitam yang ia kenali sebagai salah satu pegawai dicaffe nya tersebut.

"Itu bukan salah ku", pemuda pucat itu menjawab mantap. "Aku hanya ingin menghajar tamu brengsek itu, Iruka-san. Pria mesum itu sudah berkali-kali menguntitku",

Umino Iruka mengerang pasrah. "Oh demi Tuhan Sasuke, dinginkan kepalamu itu", ia menghela nafas panjang sambil mengusap keningnya yang berkeringat. "Aku minta kau minta maaf sekarang juga Sasuke. Ayo tundukkan kepalamu!",

Pemuda bersurai hitam itu pun menunduk mau tak mau. Ia bersuara lambat terdengar begitu enggan, "Saya minta maaf, Uzumaki-san", dan mengakhiri ucapannya dengan rengutan kesal dalam diam.

Naruto menatap pemuda pucat didepannya itu dengan sama enggannya.

"Jadi apa yang membuatmu sampai berani memukul tamu seperti itu? Bukankah kau mengerti istilah 'Tamu adalah Raja' nak Uchiha?", tanya Naruto tegas dengan jeda saat membaca nama yang tertera di name tag sang pemuda.

"Pria mesum itu menguntitku sepanjang hari jadi aku menghajarnya",

Sepasang Netra biru Naruto menyapu sekujur tubuh kurus berbalut seragam hitam putih didepannya itu penuh penilaian. Rambut coklat yang dikuncir tinggi, tubuh kurus-pucat, kaca mata berframe hitam yang membingkai sepasang manik obsidian, serta pearcing disepanjang telinga dan dibeberapa tempat lainnya membuat sosok pemuda itu definitely a little brat.

"Baiklah", Naruto menghela nafas lelah. "Untuk kali ini aku memakluminya nak Uchiha. Aku akan mengurus mengenai ketidak nyamanan mu itu, are you satisfied? So you shouldn't beat up my customer anymore, right?!",

.

.

.

A NaruSasu Fanfiction by MoMyoZa

.

.

Cinderella Man

M for save

.

.

.

"Jadi kau kena hajar telak oleh little bart itu Naruto? What a wonderfull story man", seru pria beratato unik dikedua belah pipinya itu geli. Sesekali jemarinya mengusap setitik air mata di sudut netranya sambil tetap terkekeh penuh kepuasan.

Naruto, Pria yang digunakan sebagai bahan leluconnya hanya bisa tersenyum kecut, tak bisa berkomentar banyak karena pipinya masih sedikit perih meski kejadian pemukulan sialan itu terjadi 2 hari yang lalu.

Pria berkuncir nanas satunya lagi menghela nafas lelah sambil merapalkan celutukan andalannya 'medokusai' . Shikamaru Nara, ialah sang sekretaris yang menjadwalkan kunjungan bagi sang pirang ke cabang coffe shop nya. Tapi Shikamaru pun tidak menyangka jika sang presedir akan muncul dikantor keesokan harinya dengan pipi lebam setelah kunjungannya. Dan saat mereka; dirinya, Naruto dan tentu saja Inuzuka Kiba dari divisi sales promotor yang kebetulan adalah kekasihnya menghabiskan jam makan siang di salah satu restoran fast food didekat kantor, Kiba-kekasihnya itu menertawakan habis-habisan teman SMA nya tersebut tanpa ampun. Oh, God tak sadarkah dia Naruto adalah presedir ditempatnya bekerja. Dasar baka Inu, Shikamaru mendesah malas melihat tingkah Kiba kemudian melanjutkan bertanya.

"Jadi bagaimana nasib little bart itu, Naruto? Kau memecatnya?",

Naruto menggeleng pelan, "Tidak", menyeruput milkshake kopi nya pelan sambil melirik sekilas arloji mewah dipergelangan tangan kirinya, ia kembali berucap, "Kata Paman Iruka dia cukup baik dalam bekerja, dia juga pandai meracik kopi dan dessert, jadi aku putuskan untuk tidak memecatnya. Begitulah",

"What? Kau tidak memecatnya setelah ia memukulmu", Kiba berseru nyaring dan dijawabi anggukan pelan oleh sang Uzumaki.

"Kau benar-benar pemimpin yang arif nan bijaksana Uzumaki-sama", celetuk Kiba dengan kekehannya.

Naruto merengut merasa percuma menanggapi lelucon garing dari pemuda bersurai coklat tersebut. Sial melihat warna rambut Kiba jadi mengingatkan Naruto pada little brat itu saja. Malas sekali!

"Hei, dude! Ceritakan seperti apa dia?", Shikamaru berujar spontan membuat Naruto sedikit tersedak karena pertanyaan itu dan mendapat tatapan penasaran dari Kiba.

"Well, he looks like a little brat. I swear",

Kiba berkedip tak mengerti. "Only that? Ohh c'mon tell me again dude. Ohh atau kita bisa kesana untuk melihatnya langsung. Bagaimana? Ohh ayolah", ujar nya menggebu-gebu.

Naruto memutar netranya lelah. "Fine. Kita kesana nanti malam, tapi aku tidak berjanji untuk itu",

.

.

»Tinggalkan reviewmu setelah membaca minna-san. MoMyoZa«

.

.

Sedan merah keluaran terbaru itu berhenti tepat didepan sebuah bangunan cafe berdesign cozy dengan gaya baratnya yang kental. Uzumaki Naruto baru saja menginjakkan kakinya diteras cafe saat seorang pelayan membukakan pintu untuknya.

Ia tersenyum tipis pada sang pelayan kemudian berjalan pelan menghampiri salah satu meja disudut dekat dengan jendela.

Naruto menghela nafas lelah, jujur saja ia sedikit ngeri dengan jalan hatinya membawanya. Sungguh jika dipikir dengan logika Naruto begitu tak menginginkan berada disini — dicaffe — ini sekarang. Bahkan ia sampai berbohong pada Kiba jika malam ini dirinya ada janji bertemu dengan Dei-chan; sepupunya yang gender bender itu.

Ya, padahal Naruto sampai berbohong agar mereka tidak sampai datang tapi dasar nasib sial. Sepanjang menit di apartemennya yang mewah, Naruto dilanda gelisah. Entahlah hatinya berkata agar ia mampir ke cafe hari itu juga. Tentu egonya melarang keras, tapi yaa jika Naruto mengikuti kata egonya tak mungkin ia disini, right?!

Dan akhirnya dengan hanya menggunakan celana bahan santai dan sweater orange hadiah liburan dari Dei-chan, Naruto pun memberangkatkan dirinya dengan setengah bertanya ke cafe malam itu juga.

.

Dentingan suara es yang beradu saat jemarinya mengaduk secara perlahan ice mocca nya terdengar sayup-sayup. Tak hentinya Naruto menghela nafas panjang, tanda dirinya masih beradu argumen dengan 'dirinya' sendiri tentang maksud keberadaannya disini malam ini.

Jemarinya yang lain sibuk mengecek deretan email panjang di inbox account yang terpampang di layar 10" tablet miliknya.

Sungguh demi apapun Naruto merasa sedikit malu saat Paman Iruka menyambut dan menanyakan kehadirannya saat ini.

"Well, aku hanya ingin minum segelas es dingin kurasa"

Dan satu-satunya jawaban yang terlintas diotaknya kala itu benar-benar tidak realistis menurutnya.!

Netra biru Naruto mencuri pandang, menatap sekeliling ruangan caffe seakan memindai segala isinya. Sosok kurus pucat itu pun Naruto temukan tepat berada beberapa meja disudut sana, sedang melayani tamu tentunya.

Surai coklatnya hari ini dikuncir seperti sepupunya, sedikit sisa rambutnya dibiarkan begitu saja tergerai mengcover pundak kurusnya. Deretan pearcing itu memantulkan cahaya setiap kali dirinya bergerak. Dan senyum bisnis yang terlukis kala ia berbicara dengan para pelanggan benar-benar membuat Naruto terang-terangan mendengus geli.

Sial, apa-apaan senyum itu. Benar-benar tipikal anak nakal.

.

.

"Hujannya lebat sekali padahal kata perkiraan cuaca malam ini tidak akan turun hujan, menyedihkan sekali", ujar Umino Iruka saat menengok menatap langit malam yang semakin gelap.

Hujan memang turun setengah jam sebelum cafe ditutup. Dan sekarang hujan itu sedikit berubah menjadi badai.

Naruto tersenyum simpul melihat pria yang sudah dikenalnya sejak ia kecil itu nampak bingung dan cemas.

"Tenanglah Paman, aku akan mengantarmu pulang ne. Jangan khawatir ok", ujarnya menenangkan.

Iruka tersenyum teduh mendengar penawaran tuan muda nya itu. Sedikit yang mengganggunya; bahwasanya tidak menjadi suatu hal yang biasa jika sang tuan muda berada dicaffenya hingga selarut ini, tapi Iruka memilih tak bertanya lebih dari itu.

Ini caffenya tentu ia bisa berbuat sesukanya bukan., pikirnya praktis.

Iruka mulai bersiap membereskan barang-barangnya saat netranya menemukan sosok pemuda pucat itu baru saja keluar dari ruang ganti.

"Sasuke-kun! Diluar badai ne, bagaimana cara mu pulang?", tanya Iruka sambil memandang cemas.

Pemuda pucat itu tersenyum tipis, "tak apa jii-san. Aku akan menelpon taxi saja. Tak perlu khawatir", jelas nya

"Tapi ditengah badai begini mana ada armada, Suke. Jangan keras kepala. Oh atau kau bisa menumpang mobil Uzumaki-san bersamaku. Bagaimana Uzumaki-san, apa boleh?",

Baik Naruto maupun pemuda pucat itu sama-sama saling berhadapan dengan wajah tegang. Naruto bahkan sampai menahan nafas saat manik sehitam onix itu menatapnya dalam.

Dan pada akhirnya Naruto hanya bisa mengangguk pasrah menyetujui permintaan Paman Iruka.

.

.

Sedan merah Naruto melaju membelah jalanan yang tergenang air. Volume hujan malam ini cukup lebat, jarak pandang dari mobil menipis dan itu mau tak mau membuatnya harus mengendari Kyuubi — nama sedan milik Naruto, entahlah ia suka sekali menamai benda-benda favoritnya LOL — secara perlahan.

Udara dingin cukup terasa bahkan setelah Naruto menyalakan heater mobilnya. Mungkin bukan cuacanya yang membuat dingin namun suasana didalam mobil itulah yang membuat semua seakan membeku.

Umino Iruka duduk dikursi belakang dengan pandangan khawatir. Kedua pemuda yang duduk dikursi depan itu sama sekali tak membuka pembicaraan seakan tengah tenggelam dalam dunia nya masing-masing. Iruka jadi merasa bersalah sudah sedikit memaksa Sasuke untuk duduk dikursi depan tadi. Benar, harusnya ia tak melakukan itu!

Aku hanya berharap hubungan mereka sedikit membaik sebagai atasan-bawahan, tapi aku salah perhitungan rupanya

.

"Uzumaki-san, apato Sasuke berada 2 blok setelah apato milikku. Bisakah kau sekalian mengantarnya kesana, aku khawatir ia akan sakit besok jika berjalan ditengah badai begini",

Permintaan Paman Iruka sesaat sebelum ia turun dari mobil miliknya membuat Naruto mengerang frustasi dalam hati.

Jujur saja ia tak mau berlama-lama berada dalam satu ruangan bersama little brat macam makhluk dijok sampingnya itu. 2 blok tentu akan sedikit lama jika berjalan dalam cuaca semacam ini dan itu sangat membuatnya frustasi!

Naruto mencuri pandang dari sudut matanya. Pemuda pucat itu masih setia menatap keluar meski yang dilihatnya hanyalah pemandangan gelap saja.

"Apa kau sudah lama bekerja dengan Paman Iruka?", tanya Naruto memecah keheningan. Memilih untuk membuka suara lebih dahulu dari pada hanya berdiam seperti orang bodoh.

"Hmm . Ya",

"Kudengar kau yang membuat beberapa menu baru dicaffe. Apa itu benar?",

"Ya. ",

"Badainya buruk sekali malam ini",

"...",

[Hening]

Obrolan basa basi itu tidaklah berakhir menjadi baik seperti yang Naruto pikirkan. Pemuda itu telalu pendiam dan cuek sementara dirinya terlalu malas untuk berbaik ria. Oh sungguh jika memungkinkan Naruto lebih memilih keluar dari dalam mobilnya detik itu juga dari pada mengalami obrolan garing macam itu.

Bocah sialan!

Sementara Naruto sibuk menggeram kesal, disatu sisi diam-diam pemuda pucat itu memperhatikannya. Sepasang onix sekelam malam itu memperhatikan pipi kiri sang pria pirang. Masih cukup lebam. Bekas pukulannya kemarin lusa.

Uchiha Sasuke tidak pernah benar-benar memukul orang lain jika tidak merasa orang tersebut keterlaluan, itu idiom pribadinya sejak dulu. Tapi pemukulan itu juga bukan sepenuhnya kesalahannya.

Pria pirang itulah yang maju disaat ia melepaskan pukulan, setidaknya itu yang dipikirkan Sasuke.

Hanya saja kenyataan jika pria yang ' tak sengaja ' dipukulnya tersebut adalah pemilik caffe tempatnya bekerja sedikit banyak membuat Sasuke sedikit menyesal. Ia sudah sangat bersyukur bahwasanya pria pirang itu tak lantas memecatnya. Bahkan sekarang boss nya itu tengah mengantarnya pulang dengan sedan mewahnya.

Gila, seumur-umur baru kali ini Sasuke menaiki mobil semewah itu. Bahkan joknya saja dari kulit asli. Entah butuh berapa juta yen untuk membuatnya.

"Apa itu masih sakit tuan?", Sasuke bertanya ragu sambil menatap bekas lebam dipipi tan berahang kokoh tersebut .

Sepasang netra biru itu menatapnya jengah sedikit ada rasa tak percaya didalamnya.

"Uhm, jika yang kau maksud adalah soal pipi ku. Well, kurasa sudah tak apa",

"I see..",

Sasuke memilih untuk menunduk, memainkan ujung coat birunya.

Naruto menatap pemuda itu, dilihat dari fisiknya mungkin dia berumur sekitar 20tahunan. Entahlah, rasanya Naruto jadi ingin mengetahui sesuatu lebih dari itu tentang dirinya.

"Apa kau tinggal sendirian?", tanya Naruto spontan.

Onix itu berkilat. "Tidak juga", dan dijawab dengan singkat olehnya.

"Dengan orang tua mu?",

Satu lagi pertanyaan terlontar, Sasuke menghela nafas pelan berusaha sesopan yang ia bisa.

"Mereka sudah meninggal tuan",

"Ohh maaf soal itu. Lalu apa kau tinggal dengan kekasihmu?",

"Kurasa itu bukan urusanmu tuan",

Mulut Naruto terkatup. Tak ada alasan lain baginya mengajak bicara pemuda pendiam disampingnya tersebut.

Tak ada lagi percakapan yang terjadi. Dan ketika, pemuda pucat itu meminta untuk memberhentikan mobil dibeberapa blok didepan. Naruto sudah tak mau tahu lagi, ia langsung menancap gas sesaat setelah pemuda itu turun. Membelah jalanan malam dengan perasaan kesal melesak dihatinya.

Bocah sialan, dia pikir dia itu siapa!

.

.

.

MoMyoZa Misaki Yukina

.

.

.

Alunan musik khas night club berdentum disepanjang ruangan gelap itu. Sorotan lampu laser warna-warni dan jejeran botol minuman keras beraneka merk menjadi hal yang lumrah terlihat disana.

Uchiha Sasuke duduk disalah satu meja, disudut ruangan dengan sedikit pencahayaan, nampak sedikit mencolok dibanding lelaki kebanyakan. Rambut coklatnya yang panjang ia kepang biasa, sweater oversize abu-abu yang dipakainya terlihat manis menggantung di pundaknya yang kurus, apalagi sepasang manik hitam yang menatap begitu dalam dibalik lensa kacamatanya. Keseluruhan seorang Uchiha Sasuke terlihat tampan dan cantik secara bersamaan.

Satu sloki tequila nampak menemaninya kesendiriannya. Kelopak matanya yang pucat sedikit sembab, ia duduk membungkuk mencoba menutupi raut wajahnya yang kacau, ya sekacau perasaannya saat itu.

Sejujurnya pergi ketempat seperti night club bukanlah hal yang menjadi biasa bagi Sasuke. Ia bukan tipe pemuda yang suka menghamburkan uang dan waktunya hanya untuk duduk menikmati suasana bising dan pengap sambil meminum segelas kecil minuman beralkhohol yang harganya selangit. Sasuke lebih suka menghabiskan waktunya di kamar; membaca buku atau menonton film merupakan hal yang lebih disukainya dari pada harus seperti sekarang . Hanya saja suatu alasan yang kuat, membuatnya mau tak mau menginjakan kakinya didalam. Suka tidak suka

.

»».MM.««

Waktu mulai mengarah ketengah malam saat sepasang onixnya menangkap sosok yang dicarinya sedari tadi. Jemari kurusnya mengepal erat, sesuatu didalam hatinya bergejolak dan siap meledak. Pria berkacamata yang baru saja masuk bersama seorang wanita tersebut adalah targetnya. Tanpa menunggu lama lagi, Sasuke segera bangkit dan menghampiri keduanya.

"Kirito-san, bisa kita bicara sebentar", ujar Sasuke lantang tanpa keraguan.

Begitu melihat siapa yang memanggil; pria berkaca mata itu sontak terkejut.

"Sasu-kun. Hei, tidak ku sangka bertemu disini ya", mengusap keningnya yang tak berkeringat, pria itu jelas terlihat salah tingkah.

Crap, kini Sasuke tahu bagaimana pria itu sebenarnya!

"Hei, siapa dia sayang? Kenalan mu kah?", suara merdu nan manja itu mengalun dari bibir berpulas lipstik merona tersebut.

Shit, mendengarnya saja telinga Sasuke sakit rasanya. Terlebih wanita itu jelas-jelas memanggil-NYA dengan sebutan sayang. For God sake!

"Aku bukan kenalannya nona, jangan salah paham", Sasuke menegakkan wajahnya, memperlihatkan lekukan wajahnya yang tenang. Onixnya beralih menatap pria berkaca mata disamping sang wanita.

"Dan ku rasa kita sampai disini saja Kirito-san. Selamat malam dan semoga hari mu menyenangkan",

Sasuke melenggang pergi, kaki berbalut jeans hitam tersebut melangkah gontai disepanjang jalan. Hatinya tak karuan, perasaannya begitu menyesakan dan seolah ingin meledak saja.

Saat tengah berjalan tiba-tiba tubuh kurusnya terhenyak kebelakang, pria bernama Kirito Sakurada yang tadi ditemuinya tersebut menariknya ke sisi lain ruangan secara sepihak.

Sasuke diam, lebih tepatnya sengaja tak memberontak dan menuruti saja kemana pria 32tahun itu membawanya. Dirinya seorang pria tentu saja sangat paham bagaimana kelakuan seorang pria jika ketahuan berselingkuh dibelakang. Dan Sasuke rasa ia sama sekali tak ingin mendengar penyakalan apapun malam ini. Menggelikan bukan. Love is bullshit !

.

Pria berkaca mata itu lalu menghentikan langkahnya didekat toilet. Ia menatap Sasuke kaku, sedikit amarah dan kepanikan jelas tergambar di matanya. Sasuke menghela nafas lelah, jujur ia ingin sekali pulang tapi genggaman erat dipergelangan tangan kurusnya membuatnya tak bisa berkutik.

"Lepaskan Kirito-san, ku rasa kita tak ada urusan apapun sekarang", ujar Sasuke lantang tanpa ragu sedikitpun.

Kirito menatap nyalang, ia ganti mencengkram erat pundak Sasuke dengan kedua tangannya; membuat pemuda pucat itu sedikit merintih kesakitan.

"Siapa bilang kita tidak ada urusan?! Kau salah paham, sayang. Wanita itu hanya teman kerjaku, kami tidak memiliki hubungan apapun", ucapnya menjelaskan.

"Demi Tuhan, Kirito-san", Sasuke menaikkan sedikit suaranya. "Jelas sekali kalian terlihat seperti sepasang kekasih. And I'm fine with that! So leave me alone, please!",

Setitik airmata lolos disudut netra onix hitamnya. Sasuke menghapusnya dengan kasar, sama sekali merasa tak sudi menangis karena pria bodoh semacam dia. Tapi jujur saja hatinya begitu sakit saat ini. Siapa yang tidak tersakiti jika melihat kekasih hati sedang bersama dengan wanita lain. Meskipun Sasuke gay dia juga masih punya perasaan!

"Sasu-kun...", Haruto memanggil pelan. Ia mengelus pipi pucat pemuda cantik tersebut lembut kemudian menyeringai dalam."Bukankah kau bilang kau mencintaiku. Kau bahkan menjeritkan namaku berulang kali saat kau klimaks. Tidakkah kau menyukai sentuhanku humm, Sasu-kun?",

Jemari Kirito dengan berani menjamah tubuh Sasuke.

"Haruto-san, jangan..!",

Pemuda pucat itu menegang, ia sama sekali tak memperhitungakn jika pria brengsek itu sampai berani menjamahnya ditempat umum seperti ini.

Sweater abu-abunya mulai tersingkap keatas yang memamerkan dada mulus berhias dua puting berwarna pink menggoda yang seakan meminta untuk disentuh.

Ini sudah keterlaluan, pikirnya. Sasuke berusaha memberontak, tetapi tenaga Kirito begitu kuat dan lagi sentuhan pria brengsek itu di weak point nya benar-benar membuat Sasuke hampir hilang kendali.

"Lepaskan! Jangan Kirito-san! Ahhh.. Jangan!", Sasuke meronta kepayahan.

Kirito tersenyum miring, ia menjilat bibir bawahnya yang kering. Tak bisa dipungkiri pesona sang pemuda pucat itu selalu bisa membuatnya ON, sama seperti saat pertama ia memperdaya pemuda tersebut 3minggu yang lalu. Ia seorang straight sejati tentu saja, tapi entahlah dibawa pesona pemuda berambut panjang tersebut ia benar-benar bertekuk lutut. Mana sudi ia melepaskan pemuda senikmat Sasuke begitu saja! Impossible.

.

Dikuasai oleh nafsu yang mulai memuncak, Kirito semakin bernafsu menggerayangi tubuh Sasuke. Jemarinya bersiap menarik ziper celana jeans pemuda tersebut saat tiba-tiba lengannya dicengkram erat oleh seorang pria bermata biru.

"Lepaskan dia sekarang juga, apa kau tak melihat dia tak menyukainya", suara dalam penuh penekanan terucap dari bibir pria tersebut

"Tch..", Kirito mendencih kesal. Ia menatap pria tan tersebut penuh kebencian. "Siapa kau!", hardiknya keras. "Seingatku Ini bukan urusanmu tuan, urus saja kepentinganmu sendiri",

Pria tan itu tersenyum tipis. "Kepentingan kau bilang? Tentu aku punya", jawab pria tersebut sambil mendekat. Netra birunya menatap nyalang, memperingatkan bahwa setiap ucapannya tidaklah main-main.

"Lepaskan Sasuke sekarang juga, atau akan ku panggil keamanan untuk menendangmu keluar, tuan!", ancamnya serius kemudian beralih menarik lengan kurus pemuda pucat dalam kungkungan tersebut .

Sasuke membeku tak bersuara, tubuhnya terhuyung kemana ditariknya. Ia nampak begitu terkejut akan kehadiran pria yang dikenalinya sebagai bossnya tersebut .

"Kau tak apa Sasuke?", tanya pria tan itu sedikit khawatir.

Sasuke mengangguk, sama sekali tak mampu menjawab dan hanya bisa terpekur diam.

Kirito menggeram kesal, ia menatap Sasuke dengan pandangan merendahkan. Kekesalan jelas memuncak diubun kepalanya. Dan dengan sentakan kepala yang angkuh, ia membenarkan letak kaca matanya kemudian mulai berucap

"Well. Jadi kau sudah punya kekasih baru rupanya ya Sasu-kun. Tidak ku sangka kau begitu murahan ternyata",

"KAU!", pria tan itu meraung keras. Ia sudah bersiap maju menerjang hanya saja lengan kurus yang memeluk lengannya mencegah aksinya sepihak.

"Hentikan. Sudah cukup Uzumaki-san", Sasuke menunduk dalam, tubuh mungilnya sedikit bergetar menahan perasaannya.

Dan entah pemikiran setan dari mana, tiba-tiba Sasuke menarik tubuh pria tan itu mendekat. Membenturkan bibirnya lembut, mengecup dan mengundang bossnya tersebut untuk berciuman lebih intens.

"Mmmnnnhhh... Mmnnnngghhh...mmmnnnn..ngghhh",

Sasuke meliukan lidahnya, menyesap setiap tetes saliva yang keluar dari pria beraroma citrus orange tersebut. Meski ada perlawanan diawal, ia tahu tehnik kissingnya itu selalu bisa membuat partnernya mengerang frustasi diakhir.

Dan setelah kecupan panas penuh nafsu tadi berakhir, Sasuke menatap tajam pria berkaca mata yang sedari tadi cengo melihat aksinya itu. Ia berucap dengan tegas sebelum akhirnya membawa pria tan yang diciumnya itu pergi

"Kau benar, dia memang kekasih baru ku, jadi ku harap kita tak perlu lagi saling bertemu. Selamat tinggal Kirito-san. Thankz for everything",

TBC