LESSON I: TWIN OR NOT, SIBLINGS ARE ALWAYS CONNECTED

Disclaimer: Gintama is not mine! It's Sorachi-sensei masterpiece.

10 tahun pasca perang melawan Utsuro, Umibozu kembali kerumahnya di planet Rakuyo untuk beristirahat setelah petualangannya diplanet terdekat dan menemukan sebuah sebuah perhiasan yang belum pernah dilihatnya.

Benda berbentuk pendant berwarna teal itu ditemukan di bawah ranjang dimana dulu istrinya yang sakit berbaring menantinya pulang kerumah. Kertas yang hampir rusak termakan waktu nampak menemani pendant tersebut, Umibozu pun segera membaca apa yang ada pada secarik kertas tersebut.

"Untuk keluarga tercintaku, Kanko, Kamui, Kagura. Ini adalah pendant paling berharga yang pernah ibu punya. Walau bukan perhiasan yang diberikan oleh ayah kalian, namun perhiasan ini adalah perhiasan yang ibu dapat dari planet asal Ibu, Kouan. Saat ibu sudah tiada, maukah kalian mengembalikan benda ini kembali ke Kouan? Karena ibu merasa jika ibu telah lama meninggalkan Kouan dan tidak sempat untuk mengembalikannya. Ibu selalu mencintai kalian."

Tetes air mata membasahi pipi Umibozu, tak menyangka jika dia tetap tidak bisa memenuhi keinginan terakhir istrinya yang telah meninggal bertahun-tahun yang lalu.

"Kenapa kau tidak bilang padaku dari dulu jika kau menyimpan ini dasar istri galak", gumam Umibozu dengan suara pelan seraya tersenyum.

"Aku akan kembali ke Kouan kapanpun kau menyuruhku."

Tanpa berpikir panjang, Umibozu langsung bergegas ke terminal antar planet untuk bergegas menuju Kouan. Semua lelah yang dirasakannya hilang sejak menemukan pendant itu. Badannya terasa ringan seperti semua bebannya telah terlepas, jantungnya berdebar seperti dirinya merasakan jatuh cinta saat melihat Kouka pertama kali diplanet itu.

Ya, dia memang merindukan planet dimana dia menemukan cinta abadinya tersebut.

Sesampainya di Kouan, para Orochi penjaga planet itu kembali menyambut datangnya sang penjaga penguasa Kouan seakan-akan memberinya sambutan selamat datang. Umibozu bergegas menuju hutan dimana dia menemukan Kouka seraya mengajaknya untuk pergi dari Kouan dan mati bersamanya (baca:melamar).

Dikuburnya pendant tersebut lalu sebuah hal tak terduga terjadi, tanah tersebut langsung ditumbuhi sebuah pohon besar dan mengeluarkan cahaya menyilaukan. Umibozu yang terkejut, langsung membelalakan matanya seakan tak percaya apa yang terjadi didepan matanya tersebut.

"Ti-tidak mungkin… U-u-usoooooo…"

[Edo seminggu setelah kejadian tersebut]

Brakkk… Suara pintu terbuka dengan keras diiringi suara langkah berlari anak kecil yang tidak bisa dibilang pelan. Semua anggota keluarga Okita memang selalu berisik apalagi dirumah.

"Mamiii, mamiii… Ada surat dari Kakek! Sepertinya kakek akan datang ke Bumi. Ehehe…"

"Sou-kun, jangan berlari seperti itu, nanti jatuh sayang…" Kagura yang terkejut langsung menanggalkan apron yang dikenakannya dan segera menghampiri anaknya tersebut.

"Kalau kakek datang apa paman Kamui juga datang mami? Paman selalu memberiku oleh-oleh yang bagus dari luar angkasa."

Kagura menghela nafasnya, tak menyangka kalau baka aniki-nya tersebut sangat dirindukan anaknya. Kemudian dia membuka surat tersebut dan membacanya. Belum sempat dia menjawab pertanyaan polos anaknya tersebut, suara yang sangat dikenal mereka berdua langsung mengalihkan pandangan mereka ke meja makan.

"Pamanmu itu sibuk Souichiro, jangan terlalu merepotkan dia. Setidaknya dia masih bisa datang saat ulang tahunmu kan?" ujar sosok yang memiliki surai coklat pasir itu duduk sambil menyesap kopi-hitam-pahit-buatan-istri-tidak-kompeten-nya.

"Eeeh, tapi kan paman bilang kalau dia akan sering kesini papi, kata paman kalau paman tidak kesini papi dan mami tidak ada teman bermain."

Sougo memalingkan wajahnya, "tch, doktrin macam apa yang ditanamnya dikepala anakku, dasar penjahat gadungan." gumamnya pelan.

Kagura yang mendengarkan kata-kata sumpah serapah suaminya itu pun langsung tertawa terbahak-bahak, lalu mengelus kepala anaknya pelan.

"Sou-kun, sepertinya paman akan datang. Karena kakek juga mengajaknya. Sepertinya Sou-kun dan Papi akan dapat teman untuk bermain tak lama lagi." Kagura langsung tersenyum licik kearah Sougo.

Mendengar jawaban tersebut, Souichiro langsung melompat kegirangan dan memeluk Kagura.

"Oi chi-… ehm… mami, apa maksudmu kalau orang itu akan datang. Bukankan aku hanya mengijinkannya menginjakkan kaki dirumah ini saat Souichiro ulang tahun? Aku tidak ingin rumah ini berhamburan darah dimana-mana mami." balas Sougo dengan tatapan sinis dan suara datar tanpa ekspresi.

Merasa obrolan akan semakin alot, Kagura segera menyuruh Souichiro kekamarnya dengan dalih untuk mengerjakan PR yang diberikan bibi Otae dan bibi Kyubei.

"Oi baka-chihuahua, Papi (Umibozu) ingin bertemu kita sekeluarga karena ada hal penting yang ingin dibicarakannya. Dia mengajak Kamui karena dia bilang ada hubungannya dengan Mami (Kouka), lagipula dia mengajak bertemu di Yorozuya Gin-chan, bukan dirumah. Jangan salah sangka dulu ya, aku juga terpaksa harus bertemu lagi dengan baka-aniki itu, bukan karena aku merindukannya. Hmph."

"China, kalau itu berangkutan dengan masalah keluargamu dulu. Untuk apa aku harus ikut? Aku juga tidak akan mengijinkan Souichiro terlibat dengan masa lalumu yang suram itu. Bukankah kita sepakat untuk menjaga dia dari sifat dan masa lalu kelam kita, hah?"

"Temee, jangan ngomong seenaknya do-S yaro! Kayak cuma aku aja yang ngasih contoh buruk ke anak! Kau juga perhatikan cara bicaramu!"

Kagura yang emosi langsung melemparkan semua barang yang ada didekatnya kearah suami tercinta, ya sangat dicintainya itu.

"Oi, oi aku hanya ngomong fakta. Lagipula itu benar kan? Kau ingin Souichiro hancur karena masa lalu kita hah?" jawabnya sambil menghindari lemparan sang istri layaknya seorang pro.

Kagura yang mulai kehabisan benda untuk dilempar kemudian menenangkan dirinya dan menyodorkan kertas surat kearah Sougo.

"Tch, kau baca dulu surat ini! Papi bahkan Kamui sudah kuberitahu untuk tidak membicarakan yang tidak-tidak, boge. Pasti Papi punya alasan kenapa kau dan Sou-kun harus ikut."

Sougo membaca surat tersebut dan memahami apa maksud dari apa yang dijelaskan istrinya tadi. Intinya Umibozu ingin menjelaskan sesuatu yang berhubungan dengan Mami Kouka, ibu Kagura. Karena tahu mereka berdua tidak ingin Souichiro mengetahui sisi gelap dari masa lalu mereka dan Sougo yang melarang Kamui terlalu sering berkunjung kerumah mereka, jadi dia mengajukan bertemu di Yorozuya Gin-chan tiga hari lagi.

Tapi kenapa harus dirumah Danna? pikir Sougo, toh kalaupun Umibozu meminta untuk berkunjung kerumah mereka juga tidak masalah. Sougo tetap mengijinkannya, toh dia tetap Ayah mertuanya, walaupun dia tetap tidak ikhlas kalau si Penjahat Gadungan itu kesini. Sougo menghela nafas dan menutup surat tersebut.

"Terserah, pokoknya kalau terjadi hal yang semakin rumit, aku ingin kau segera membawa Souichiro dan anak Danna keluar. Mengerti?"

"Iya aku tau baka-sadist… Nih, jangan lupa bento-mu. Sudah jam berapa ini? Sana pergi cari duit. Aku malas kalau sampai Mayora kesini lagi dan memohon agar aku bisa membimbingmu kejalan yang benar entah untuk yang keberapa kali. Jangan sampai aku dengar kalau gajimu dipotong karena malas-malasan, tahun depan Sou-kun sekolah, boge. Kau harus dapat banyak uang!"

Sougo dengan ekspresi datar, tersenyum licik kemudian berdiri dan mengambil jaket hitam Shinsengumi-nya. Lalu segera mendekap Kagura yang ingin kembali menuju dapur dari belakang, menyingkap leher dibalik rambut panjang istrinya dan memberikan ciuman tepat ditengkuk wanitanya itu.

"Biar aku begini, aku bekerja karena mencintaimu loh, China"

"Ba-bakaa… A-a-apa yang kau lakukan… Konoyaro!" wajah Kagura pun memanas dan berlagak meronta ingin dilepaskan, ya berlagak, karena dia sebenernya pengan di-gini-in cuma dia ga kuat menahan malu karena sifat ga mau mengalah dan tsundere-nya.

"Hanya mengingatkan kalau aku juga bisa meng-ekspresikan rasa cintaku kepada istri…" jawabnya santai sembari melepas dekapannya tanpa ekspresi, "Ittekimasu, mami…" sambungnya saat membuka pintu untuk beranjak pergi.

Masih membeku dengan perlakuan sang suami, Kagura hanya bisa tersenyum saat suaminya sudah menghilang dibalik pintu masuk rumahnya itu. Dia sadar, aah akhirnya dia membuat sebuah keluarga kecil diplanet yang hangat ini dan teringat apa kata ibunya.

"Tak peduli biar orang itu bodoh atau idiot, asal selalu bersamamu saat kau susah dan senang itu sudah cukup…"

"Itterasai, papi…"

[Suatu tempat disebuah kapal luar angkasa]

"Dan-cho, aku menerima sebuah pesan ter-enkripsi untuk anda dari Umibozu…" Kata seorang lelaki bertubuh kekar bertampang ossan dengan suara beratnya. Kemudian dia menyerahkan sebuah perangkat suara ber-headset kearah orang yang disebutnya Dan-cho tersebut.

"Hmm, tumben sekali si Hage itu memberiku pesan. Apa katanya Abuto? Kalau tidak penting buang saja."

"Yare-yare… Kalau aku tahu isinya aku tidak akan menyerahkan ke anda Dan-cho, katanya pesan ini hanya bisa dibuka dengan sidik jari anda."

"Menyusahkan sekali, baiklah akan kuterima. Kau tunggu dulu disini selama aku mendengarkan pesan ini." seraya memasang kedua headset tersebut ketelinganya untuk mendengarkan pesan tersebut.

"Hai-haik"

Pria yang lebih muda tersebut kemudian membuka perangkat suara tersebut dan mendengarkan secara seksama. Setelah selesai, pria bernama Kamui yang dulu pernah menjabat sebagai Kapten Divisi 7 Harusame tersebut kemudian menatap wakilnya dengan senyuman.

"Abuto, arahkan kapal ini ke Bumi sekarang juga."

"Eh? Bukannya jadwal anda laporan ke tuan putri itu masih 2 minggu lagi Dan-cho?"

"Ini bukan urusan ke Kastil Edo, Abuto. Hanya menyelesaikan urusanku sebagai seorang anak dan seorang kakak."

Abuto yang mendengar hal tersebut terkejut, dan memberanikan diri untuk bertanya ke atasannya.

"A-ano Dan-cho, kau tidak berencana untuk memulai kembali pertarungan di Rakuyo kan?"

Duaaarrrrrr… meja briefing yang ada didepan Kamui langsung hancur berkeping-keping.

"Aaaah tanganku terpeleset… Ya nggak lah. Tenang saja." Jawabnya masih dengan senyuman setelah menghancurkan meja tadi, seakan-akan tidak terjadi apa-apa.

"Ba-baiklah kalau begitu… ooooi temeeraaaaa! Tujuan selanjutnya, Bumi!" teriaknya meng-instruksikan anak buahnya yang lain.

Semua anggota kapal luar angkasa pun bersorak, karena jika mereka ke Bumi artinya itu adalah hari libur buat mereka. Melihat ekspresi anak buahnya tersebut, Kamui berdiri dan berjalan kearah jendela.

"Bumi, ya… Sudah berapa lama aku tidak kesana… Kuharap dulu aku bisa kesana bersama okaa-san" Gumamnya sembari memutar kembali beberapa memori tentang ibunya.

--LESSON I END--

To be Continue...

Author Note:

Yo, minna-san…

Justaway-Madao is here…

Yorosku Onegaisimasu…

Masih baru dalam pembuatan karya di … So, ini adalah karya pertama saya di FF dan juga di fandom Gintama. Semoga karya saya bisa diterima para Senpai semua yang ada di fandom ini. Tentunya dari segi penulisan, alur cerita masih banyak yang kurang. Harap dimaklumi yah…

Saya juga memohon untuk dapat memberikan saran dan kritik yang membangun buat karya saya kedepan. Dan untuk karya ini, tentu masih ada kelanjutannya. Target saya sekitar 4-5 chapter. Next chap. bakal ada Beberapa pairing yang masuk lagi sebagai pendukung cerita. (Tentunya saya akan kerjain kalo saya tetap jadi MADAO beberapa bulan ini.)

Untuk OC, saya tidak bisa memikirkan nama lain untuk anak pasangan Okikagu selain Souichiro, karena emang ni nama familiar banget ditelinga, karena Gintoki tentunya. Toh bahkan ada fanart-nya pula hahaha. Well, bagi ada yang punya saran untuk anaknya si Danna, just tell me okay… Saya akan update secepat mungkin untuk next chapt. (Yah kalo ga ada yang pengen baca nih FF samvah, saya baca sendiri gapapa kok :D)

Adios! Saraba-da! (hahahaha)