nafasnya adalah nafasku.

darahnya adalah canduku. wajahnya adalah matahariku.

dia harus jadi milikku.

-gaara-

kami berbeda, kami sangat berbeda. statusnya, derajatnya.

dia memang terlihat seperti manusia normal, tapi nyatanya dia berbeda.

dan kesalahanku adalah, aku mencintainya.

pairing:

ino yamanaka.

sabaku no gaara.

sasuke uchiha.

other cast:

cari tahu sendiri ^_^

halo semua. aku penulis baru disini. eum...aku masih bingung mau bilang apa...tapi aku senang bisa ambil bagian untuk menyemarakan dunia fanfiction ini. dan aku minta dukungan kalian ya. dan untuk para senior, mohon bantuannya.

happy reading, hope you like it.

Seorang gadis dengan seragam sekolah masih melekat ditubuhnya, tengah berjalan dengan wajah suram. sementara disampingnya, terlihat seorang pria yang tengah sibuk memainkan smartphone-nya, dan sesekali mengumpat dan melontarkan sumpah-serapah pada benda tak bernyawa itu. Tanpa perduli tatapan bingung orang-orang yang berpapasan dengan mereka.

"kiba-nisan. bisakah kau berhenti mengumpat? kau membuatku malu."ucap gadis itu dengan nada dibuat sebaik mungkin.

"aku tidak bisa, ino-chan. Aku harus mendapatkan informasi lebih lengkap."ucap pria bernama kiba itu tanpa berniat menoleh kearah gadis disampingnya yang kini wajahnya semakin suram. ia berkata dengan itonasi yang sama seperti yang diucapkan gadis itu, membuat helaan nafas kesal gadis itu terdengar.

mereka adalah anak dari seorang pemburu, bukan pemburu hewan tapi vampire. ayah mereka bernama inoichi yamanaka 45 tahun dan ibu mereka hana yamanaka 42 tahun. gadis itu adalah ino yamanaka 19 tahun,. dan pria disebelahnya adalah kakaknya, kiba yamanaka 20 tahun. Mereka baru kembali dari sekolah masing-masing.

"ya tuhan. apa kau belum puas setelah tadi membuatku harus menunggu lama? sekarang kau justru membuatku harus menahan malu."desis ino. Membuat kepala kiba menoleh padanya.

"kau masih marah soal keterlambatanku tadi?"tanya kiba, kini smartphone-nya itu telah tersimpan manis disaku celananya.

"haruskah aku menjawab?"tanya ino balik.

"Oh, ayolah. Aku tidak bermaksud begitu, bukankah aku sudah katakan, aku tadi sibuk." Balas kiba.

"katakan itu pada tembok."ucap ino, membuat kiba menghela nafas pasrah.

"ayolah, ino. bukankah tadi aku sudah meminta maaf?"

"mati saja kau sana."wajah ino semakin suram lagi. Dan ia melangkah makin cepat meninggalkan kiba dibelakang.

"ino! tunggu aku!" Kiba berteriak lalu berlari menyusul ino. "astaga, apa dia benar-benar seorang wanita? langkah kakinya lebar sekali."

"aku mendengarmu nisan!"

Kini hari telah berubah malam, ino terlihat serius melihat acara tv diruang tamu begitu pula dengan ibunya. Tak lama kiba keluar dengan pakaian serba hitam. Ia berjalan terburu-buru kearah sofa yang ditempati ino dan ibunya, membuat ino dan sang ibu menoleh.

"ino, ayo berangkat."

"Kemana?"

"tentu saja membantu ayah membasmi lintah darat itu."

"oh, aku pikir kau ingin membawaku berburu nyamuk. apa kau tidak tahu? pakaian hitam hanya akan membuatmu dikelilingi nyamuk."

"biarkan saja, yang penting kita harus pergi sekarang."

"nanti saja, aku masih sibuk."ucap ino membuat bola mata kiba memutar malas.

"sibuk? Sedari tadi kau hanya menonton gosip murahan itu."sindir kiba.

"Diamlah kau, mulut besar."

"ayolah ino, nanti ayah menunggu!"kesabaran kiba benar-benar telah habis untuk menghadapi tingkah laku adiknya yang terbilang menyebalkan ini. sementara ibunya terlihat menahan tawa melihat tingkah konyol kedua anaknya.

"baiklah, baiklah."ucap ino mengalah. Ia meletakan remote tv dimeja lalu ia bangkit berdiri dari sofa, namun mata-nya tak beralih dari layar tv, ia berjalan pelan sambil terus menatap tv.

"ino!"dengan segera ino berlari masuk kekamarnya. Nafas Kiba memburu dan matanya menatap pintu kamar ino seakan bisa membakar pintu itu, ia menoleh saat mendengar suara tawa disebelahnya.

"ibu, kenapa kau selalu tertawa melihat kami? setidaknya bantulah anakmu ini."kiba berjongkok dihadapan ibunya dan bertanya dengan nada memelas, sementara ibunya hanya mengendikkan bahu acuh.

"itu urusanmu."ucap ibunya sambil menyentil hidung kiba, membuat pria itu mendengus, lalu mendudukan tubuhnya disamping ibunya.

"Kiba." Panggil ibunya.

"Hmm?"

"bisakah ino tetap tinggal?"ucapan ibunya berhasil membuat kiba menoleh.

"Maksud Ibu?"

"entah kenapa, perasaan ibu tidak enak. Ibu mohon tidak bisakah kau biarkan dia tetap disini?"

"tidak bisa bu, perburuan ini tergantung oleh ino."

"tidak bisakah ayahmu itu berhenti menjadikan ino umpan? ibu benar-benar pusing setiap kali memikirkan keselamatan adikmu itu."

"tenanglah bu. Aku akan melindunginya, aku janji."ucap kiba menenangkan.

"hmm, ibu percaya padamu."

Semoga kau bisa kuandalkan, kiba.

"tentu saja."

Ino melirik jam tangan berwarna hitam metalik miliknya, dan yang ia dapati adalah jarum jam arlojinya menunjuk ke-angka sebelas. Ino mengeratkan mantel coklat yang kini tengah ia kenakan, guna menghangatkan tubuhnya. Ia berjalan pelan mengikuti dua orang pria berbeda umur yang begitu ia sayangi. mereka adalah ayah dan kakaknya.

"kiba, apa saja informasi yang telah kau dapatkan?"tanya pria paruh baya itu.

"tidak banyak informasi baru yang kudapatkan, ayah. tapi, tadi siang paman fugaku mengatakan jika kemarin malam beberapa pengawas hutan menemukan mayat seorang wanita ditengah hutan, dilehernya terdapat luka gigitan, dan setelah diotopsi, tidak didapatkan setetes darah ditubuh gadis itu."ucap kiba serius. Ayahnya hanya menganggukan kepalanya paham.

"ayah apa kita tidak bisa mengakhiri perburuan ini. tidak bisakah kita rukun dengan mereka?"

"sekarang kau memihak mereka?"tanya kiba ketus.

"bukan begitu, hanya saja aku lelah setiap malam harus berburu, namun tidak mendapatkan hasil apapun. Ini hanya buang-buang waktu. Kita harus menghentikan ini. lagi pula mereka tidak punya sal─"

"jika kau terus membela mereka, pergi saja kau ketempat mereka, dan bergabunglah dengan para lintah itu."desis kiba.

"kiba, sudahlah. Adikmu hanya mengutarakan keletihannya. Ino, kau tidak tau apa-apa. Mereka memiliki suatu kesalahan besar terhadap kaum werewolf. yaitu kita. dan itu sulit untuk dimaafkan."jelas sang ayah.

"huft, terserah sajalah."setelah itu mereka kembali melanjutkan perburuan.

"Hachiii!" Suara bersin ino membuat ayah dan kakaknya menoleh.

"ino, kau sakit?"tanya ayahnya.

"tidak ayah, hanya...sedikit pusing."ucap ino lemah, dan tanpa ayah dan kakaknya ketahui ino tengah tersenyum licik. Ayahnya terdiam.

"sebaiknya kau tetap didalam mobil, biarkan kami yang melanjutkan mencari."

Yess!

"tapi ayah."ucap ino pura-pura menolak

"ino, ini demi kebaikanmu."ucap kiba tegas pada adiknya itu.

"baiklah."ucap ino, lalu berbalik.

"tunggu!"panggil kiba.

Apa kiba tahu rencanaku? Tapi aku sudah mengunci pikiranku rapat-rapat.

Ia berjalan kearah adiknya, ditangan kanan-nya sudah ada bawang putih.

"Bawa ini." Suruh kiba, membuat kerutan halus muncul didahi ino.

"bawang? Untuk apa?"

"vampir takut bawang."ucap kiba.

"yang benar saja?"

"sudah. Ikuti saja kata-kataku."

"baiklah, kiba-sama."ucap ino, lalu kembali berbalik.

"perlu ayah antar?"tanya ayahnya tiba-tiba.

"tidak apa-apa, yah. Aku masih ingat jalannya..."ucap ino sambil menggelengkan kepalanya lalu kembali berjalan. "...aku rasa."

Ino berjalan pelan mengikuti jalan setapak yang akan membawanya menuju pinggir hutan, dimana mobil ayah dan kakak-nya terparkir.

Trek Trek ...

Ino berbalik saat mendengar suara semak-semak bergerak. "siapa disana!"teriaknya, nafas ino tercekat saat melihat dua cahaya merah dibalik semak-semak, tanpa pikir panjang ino segera berlari.

Ino semakin mempercepat larinya saat melihat mobil jeep kakaknya.

"sial! Terkunci."umpatnya saat berusaha membuka pintu mobil jeep hitam milik kakaknya itu. ino menoleh kearah jalan setapak tadi, matanya melebar saat melihat bayangan hitam tengah berlari kearahnya. Dengan cepat ia berlari lagi, memasuki sisi lain hutan, melewati pepohonan tinggi.

Pasti dia kehilangan kendali lagi, sial. Oh tuhan, apa aku akan mati?

"akh!"ino jatuh terjerembab saat kakinya tanpa sengaja tersandung akar pohon yang mencuat.

Tunggu, pohon?

Dengan segera ino bangkit, lalu dengan cekatan ia menaiki pohon itu. ia terduduk dengan nafas ter-engah didahan pohon tertinggi. Sungguh, tak sia-sia inobelajar memanjat saat kecil.

Sekarang yang harus kulakukan adalah menghilangkan bau ku.

Ino menutup mata dan memfokuskan pikirannya untuk menghilangkan bau tubuhnya. Tatapannya ia alihkan kebawah, dapat ia lihat seekor serigala hitam besar, lari melewati pohon yang kini jadi tempat persembunyiannya.

"naruto. sudah kuduga. Huh dasar bodoh!"

Syukurlah aku masih selamat.

"benarkah begitu?"

"he─akh!"ino memekik dan tubuhnya jatuh kebawah.

Bagaimana mungkin? Aku tak dapat merasakan bau kehadirannya.

"aduh, sakit."ino meringis saat merasakan punggungnya yang membentur tanah. Ino mendongak dan mendapati bayangan hitam tengah berdiri didahan pohon. Namun Ino segera berdiri, lalu berlari tanpa ada niat berbalik, terlalu takut untuk mengetahui monster apa yang tengah mengejarnya.

Kenapa hari ini aku sial sekali?

Ino jatuh terduduk ditepi sebuah danau, nafasnya ter-engah.

apa aku sudah aman? Baunya sangat sulit untuk tercium.

"tentu saja belum...apa kau terkejut?"ino merosot mundur, saat melihat seorang pria berjubah hitam telah berdiri dihadapannya. Dengan spontan ino melempar bawang yang sejak tadi ada didalam genggamannya. Bawang itu jatuh tepat dihadapan pria itu. pria itu tiba-tiba saja menggerang pilu, pria itu terduduk dengan tangan mencengkram kepalanya.

"Akhhh!"

Berhasilkah?

tak ingin menyia-nyiakan waktu, ino dengan segera beranjak bangun lalu bersiap melarikan diri lagi, namun ia tercekat saat sebuah tangan mencekik lehernya dari belakang.

"kau pikir aku akan mati hanya karena bawang? Huh, bodoh."

"a-apa yang kau inginkan?"

"aku haus, tentu saja yang aku mau adalah darahmu."

"kumohon lepaskan aku."

"tidak akan pernah, kau kira aku bodoh? Hmm..sepertinya aku sangat beruntung malam ini."pria itu dengan kasar membalik tubuh ino, hingga membuat gadis itu menghadap kearahnya.

"akh!"ino memekik saat merasakan dua benda tajam menusuk lehernya.

"s...akit...l-lepaskan a-aku."ino meronta-ronta dalam rengkuhan pria itu. pria itu menjauhkan wajahnya dari leher ino saat sebuah teriakan menyapa indra pendengarannya.

"ino!"

Ayah ... tolong aku.

tbc

Vampire Kerajaan

yo, minna! ini ff pertamaku, jadi gomen-nee kalau aneh. dan mohon komentar kalian, komentar kalian sangat dibutuhkan untuk melanjutkan cerita aneh bin ajaib ini.