I JUST WANT TO SAY I LOVE YOU
Bleach by Kubo-sensei
This story pure mine. I just borrow characters.
A LITTLE GIFT FOR ICCHAN-NEE
Enjoy it! :D
.
.
"Rukia membenci pria berambut jingga terang itu. Baginya, apa yang diinginkannya selalu dihalangi oleh pria itu. Pria itu selalu memiliki KEINGINAN YANG SAMA dengan apa yang diinginkannya. Rukia tak pernah tahu, mengapa pria itu senang menyiksanya dengan menggagalkan setiap apa yang ia inginkan."
.
.
"KAU SELALU MEMBUATKU SIALLL!" Rukia memandang kesal ke arah pria berambut jingga terang yang malah menatapnya dengan malas.
"Midget!"
.
.
Napas Rukia memburu. Buru-buru digelengkan kepalanya. Itu hanya mimpi. Ia berusaha meyakinkan dirinya sendiri bahwa yang baru saja terekam di memori otaknya hanya mimpi.
Hari ini adalah hari pertamanya memulai pekerjaan barunya—pekerjaan yang selama ini diimpikannya. Ia akan menjadi seorang aktris. Kali ini bukan hanya peran figuran yang akan ia jalani, melainkah menjadi pemeran utama dalam sebuah film musim panas yang akan diproduksi Seireitei Film.
Rukia telah mempersiapkan segalanya dengan matang. Ia telah berkali-kali menghapal naskahnya—dan ia merasa hasilnya sesuai dengan apa yang diharapkan.
Jarak Seireitei Film dengan kamar sewaannya cukup jauh. Rukia memutuskan untuk menggunakan bus daripada pergi dengan menggunakan sepedanya. Seireitei Film terletak di pusat kota Karakura. Dari Rukongai—tempat tinggal Rukia—ia harus menempuh perjalanan sekitar 20 kilometer. Bus yang ia tumpangi menuju langsung ke pusat kota. Dari halte kota, ia hanya perlu berjalan kaki sebentar ke arah timur.
Rukia sudah cukup hapal area pusat kota Karakura. Ia sering mengikuti casting di beberapa rumah produksi yang kebanyakan terletak di pusat kota. Seperti ketika mengikuti casting untuk peran Hisana di film musim panas produksi Seireitei Film. Rukia mengikuti casting langsung di Seireitei Film. Awalnya ia hanya ingin mencoba peruntungannya sebagai Isane—pemeran sahabat Hisana dalam film itu. Namun entah kenapa Kyoraku-sensei, sutradara film musim panas itu malah memberikannya peran utama sebagai Hisana. Rukia tidak ingin menyia-nyiakan kesempatan ini. Ia harus berhasil. Janjinya pada diri sendiri.
Seperti pemberitahuan sebelumnya, Rukia diminta datang hari ini pukul 10 siang di studio 1 untuk meeting awal sebelum produksi. Ia hampir telat. Rukia bergegas mempercepat langkahnya.
Selama perjalanannya ke studio 1, ia telah bertemu beberapa insan perfilman yang hilir mudik di Seireitei Film. Seperti Rangiku Matsumoto, aktris cantik dan berbakat yang seringkali tampil sebagai bintang utama dalam film-film besutan Seireitei Film. Belum lagi aktor tampan, Uryuu Ishida yang selalu tampil menawan dengan kacamata khasnya dan masih banyak lagi insan-insan perfilman lainnya yang dilihat Rukia sepanjang perjalanannya menuju studio 1. Berada di sekeliling orang-orang seperti itu membuat gairah Rukia tertantang. Ia akan membuktikan kepercayaan sutradara Kyoraku bahwa ia mampu memerankan tokoh Hisana dengan baik.
Ruki mempercepat jalannya. Ia sedikit gelisah melihat jam dinding besar yang menunjukkan waktu telah mencapai pukul 10 lewat 5.
Pintu studio 1 sedikit terbuka ketika Rukia tiba di depannya. Ia mengetuk pelan pintu itu sebelum sebuah suara mempersilahkannya masuk ke dalam ruangan.
"Nah, ini dia bintang utama kita!" seru Kyoraku sambil mengedipkan sebelah matanya ke arah Rukia.
Rukia sedikit tersipu malu mendengar sapaan Kyoraku. Nampaknya seluruh kru telah berkumpul kecuali dirinya. "Aaa... maaf, aku terlambat," kata Rukia. Ia merasa bersalah.
"Tidak apa-apa. Masih ada yang belum datang, kok," kata Kyoraku. "Nah, kemarilah Rukia. Aku akan memperkenalkanmu dengan kru-kru yang ada di sini."
Rukia mendekati kerumunan di studio 1. Kini ia dapat melihat dengan jelas siapa-siapa saja yang ada di studio 1. Sutradara Kyoraku berdiri di tengah-tengah—sebagai pusat perhatian. Di sebelah kanannya ada seorang gadis cantik yang membuat Rukia menahan napasnya. Gadis itu Orihime Inoue, aktris cantik dan berbakat idolanya. Ia tidak menyangka bahwa akan bertemu langsung dengan Inoue, apalagi kemungkinan besar ia akan beradu akting dengan idolanya tersebut. Di sebelah Inoue ada seorang pria tampan berambut panjang hitam. Lagi-lagi napas Rukia tertahan ketika menyadari bahwa pria itu adalah Byakuya Kuchiki—aktor yang meraih penghargaan sebagai aktor terbaik tahun ini. Lebih jauh di sebelah Byakura dan sebelah kiri Kyoraku ada beberapa orang yang tak Rukia kenal. Namun ia yakin, orang-orang itu pastilah orang-orang yang berbakat dan kompeten di bidangnya masing-masing.
"Nah, yang di sebelah kananku ini kau pasti sudah tahu. Wajah mereka sering muncul di film-film kami. Yang cantik ini Inoue Orihime dan si tampan di sebelahnya adalah Byakuya Kuchiki," kata Kyoraku.
"Ah, sensei bisa saja," kata Inoue merendah.
Rukia tersenyum manis ke arah Inoue. Tak salah menjadikan Inoue idolanya. Gadis itu memang ramah dan baik sesuai dengan dugaannya selama ini.
"Inoue akan memerankan Isane, sahabat Hisana. Dan Byakuya akan berperan sebagai Byakuya. Salahkan Satsuki yang memasukan nama Byakuya sebagai tokoh dalam film ini," canda Kyoraku.
"Kyoraku-sensei!" seru gadis berambut pendek di sebalah Kyoraku.
"Hahaha... Di sebelah kiriku ada Tatsuki, dia adalah penulis naskah film ini."
Rukia tersenyum ke arah Tatsuki, gadis manis berambut hitam pendek yang balas tersenyum ke arahnya.
"Nah, di sudut sana ada Ikaku, dia adalah penata kamera," kata Kyoraku. "Kalau ada posisi jelekmu tertangkap kamera, salahkan saja dia," kelakar Kyoraku.
"Yo!" seru Ikaku.
Rukia tersenyum sambil melambai ke arah Ikaku yang sedang membersihkan perangkat kamera di sudut paling ujung studio.
"Yang di sebelah Tatsuki itu adalah Yumichika. Dia yang bertanggung jawab atas tata rias para aktris dan aktor di film ini."
"Salam kenal, Rukia-chan." Yumichika tersenyum ramah ke arah Rukia sambil memainkan bulu mata lentiknya yang diyakini Rukia bukan bulu mata asli.
"Salam kenal, Yumichika-san," balas Rukia.
"Nah masih banyak yang akan terlibat dalam film ini, kau akan menemui mereka di saat syuting sudah berjalan," kata Kyoraku.
"Sensei, sensei bilang akan ada pengumuman penting, pengumuman apa?" tanya Inoue ingin tahu.
"Ah, iya. Bukan aku yang akan menyutradai film ini."
"Eeeh?"
"Ya, aku rasa aku telah menemukan seorang sutradara muda baru yang kupikir akan sangat baik untuk menyutradai film musim panas ini."
"Siapa?" tanya Tatsuki penasaran.
"Mengapa terasa mendadak seperti ini?" Byakuya yang daritadi hanya diam kini mulai membuka suaranya.
"Tidak mendadak kok, hanya saja aku ingin menjadikannya sebagai kejutan. Hahaha...," kata Kyoraku diakhiri tawa panjang.
"Sensei ini," kata Inoue.
"Mmm... maaf, siapa yang nantinya akan menjadi sutradara film ini?" tanya Rukia. Rukia sedikit gelisah. Yang memilihnya sebagai pemeran utama dalam film ini adalah Kyoraku, tetapi jika bukan Kyoraku yang menjadi sutradara film ini, apa sutradara baru itu akan tetap mempertahankannya sebagai pemeran uitama? Apalagi jam tayangnya sebagai pemeran utama di sebuah film adalah nol. Bagaimana kalau kontraknya dibatalkan? Buru-buru ditepisnya pemikiran itu. Ia harus berusaha. Ia akan membuktikan bahwa siapapun sutradaranya, ia pasti bisa memerankan tokoh Hisana dengan baik.
"Penggantiku adalah—"
"Maaf, aku terlambat."
'Suara itu...'
Rukia membalikkan tubuhnya secara perlahan. Tidak, jangan sampai mimpi buruknya menjadi kenyataan.
Kini ia dapat melihat sosok dari suara itu. Seorang pria tegap dengan tubuh tinggi, rambutnya berwarna jingga terang dengan kerutan permanen yang timbul di dahinya. Pria itu... TIDAKKK!
"Nah, Ichigo, akhirnya kau datang juga," kata Kyoraku. "Semuanya, Ichigo lah yang akan menyutradarai film musim panas ini."
Ichigo mengedarkan pandangannya ke sekeliling. Ketika matanya menangkap refleksi gadis berambut hitam sebahu dengan iris berwarna violet. Ia tahu. Dunia itu sempit.
"Kau!" desisnya.
"Eh? Kalian sudah saling kenal rupanya?" tanya Kyoraku. Ia melirik bergantian ke arah Rukia dan Ichigo.
"Tidak! Maksudku, kami tidak saling kenal. Hanya pernah bertemu di satu kesempatan yang tak penting," kata Rukia.
Kyoraku hanya mengangkat bahu dan kembali menjelaskan perkenalan ulang secara singkat kepada Ichigo.
Ichigo tak begitu mendengarkan penjelasan Kyoraku. Ia sibuk menatap penuh tanya kepada Rukia yang malah membuang wajahnya—seperti menghindari tatapan Ichigo. Ichigo tidak mungkin salah mengenali gadis itu. Siapa lagi gadis pendek dengan rambut hitam sebahu ditambah iris berwarna violet selain Rukia. Gadis itu pasti Rukia yang dikenalnya. Pria beriris coklat itu tidak tahu apa yang dipikirkan Rukia sampai gadis itu berpura-pura tidak mengenalnya sebelumnya. Buru-buru ia tepis pemikiran itu, untuk apa memikirkan gadis itu lagi?
.
.
Kata orang mimpi itu petunjuk. Tapi bagi Rukia, mimpi itu adalah musibah. Petaka yang harus ia hindari kini malah muncul ke dalam kehidupannya sebagai wujud dari sutradara barunya. Sepanjang perjalanan hidupnya, Rukia cukup pintar untuk menyadari bahwa bertemu Ichigo adalah sebuah kesialan yang harus dihindari. Ia masih ingat kali pertama bertemu dengan pria berambut jingga terang itu.
Malam itu adalah tanggal 6 Juni tahun 2006. Rukia masih ingat saat itu adalah malam di mana keesokkannya adalah ujian masuk Rukongai High School. Malang tak dapat dihindari ketika satu-satunya pensil 2B yang ia miliki harus hilang entah ke mana. Padahal ujian besok harus menggunakan pensil itu. Ia pun memutuskan untuk membeli pensil di toko alat tulis di ujung jalan rumahnya. Bagai tertiban sial berturut-turut, toko alat tulis itu harus memasang tanda tutup di saat ia sangat membutuhkan pensil untuk ujian besok.
Rukia melanjutkan pencariaannya menuju sebuah toko serba ada yang buka 24 jam di depan stasiun kereta api Rukongai. Dirinya merasa gembira ketika dilihatnya toko itu masih buka—benar-benar 24 jam. Dengan segera Rukia memasuki toko itu. Jam sudah menunjukkan pukul 10 malam ketika Rukia menemukan sebuah pensil 2B di salah satu rak di bagian alat tulis dalam toko itu. Baru saja tangan mungilnya ingin meraih pensil itu, ada satu tangan yang lebih dulu menyambar pensil itu.
Rukia mengadahkan wajahnya, menatap sosok menjulang di sampingnya yang baru saja menyambar satu-satunya pensil 2B yang tersisa di rak. Seorang pemuda dengan warna rambut mencolok sedang tersenyum senang karena berhasil mendapatkan pensil yang diinginkannya. Dalam kesempatan biasa, Rukia mungkin tidak akan ambil pusing tentang masalah ini. Masalahnya pensil itu benar-benar dibutuhkannya untuk mengikuti ujian masuk Rukongai High School besok pagi. Dan ia tidak ingin mengambil resiko tidak bisa mengikuti ujian besok hanya karena tidak memiliki pensil.
"Maaf, tapi aku yang lebih dulu menemukan pensil itu," kata Rukia.
Pemuda berusia sekitar 15 tahun itu mengerutkan keningnya, menambah jumlah kerutan di keningnya yang sudah banyak. "Kau berbicara padaku?"
Rukia mengangguk mantap. "Ya. Tolong berikan pensil itu, padaku."
Pemuda itu tersenyum. "Nah, bocah kecil. Anak SD tidak perlu pensil 2B. Kamu beli pensil bergambar monyet itu saja ya," kata pemuda itu sebelum pergi meninggalkan Rukia.
Rukia menggeram dalam hati. Bisa-bisanya pria di hadapannya ini menyebutnya anak SD? Dan pria itu juga menawarkan padanya untuk membeli pensil bergambar monyet? Kurang ngajar!
"Kembalikan!" seru Rukia.
Pemuda yang sudah berada lima langkah di depannya membalikkan tubuhnya. "Kau berbicara padaku?" tanyanya.
"Tentu saja. Memangnya ada orang lain di sini selain kau?"
"Banyak. Ada beberapa penjaga toko dan kasir, serta—"
"Cukup! Sekarang kembalikan pensil itu. Aku yang lebih dulu menemukan pensil itu. Jadi—"
"Itu tidak membuatmu menjadi pemilik pensil ini, Bocah. Aku yang lebih cepat mengambilnya." Pria itu kembali berbalik meninggalkan Rukia yang sudah dibatas kesabarannya.
"Kau!"
Rukia bergegas menyusul pria itu. Buru-buru ia hentikan langkah pemuda itu. Tangannya menarik tangan pria itu yang memegang pensil 2B.
"Woy! Apa-apaan kau?" seru pria itu sambil terus mempertahankan pensil dalam genggamannya.
"Kembalikan pensil itu!"
"Tidak."
"Kembalikan!"
"Tidak."
"Kembalikan!"
"Cukup! Aku tidak ingin lagi berdebat denganmu. Kau bisa cari pensil lain!" Pria itu berbalik, baru satu langkah, pria itu kembali berbalik menghadap Rukia. "Dan satu lagi, jangan ikuti aku," katanya sambil pergi meninggalkan Rukia yang mematung antara kesal dan sedih. Kemana lagi ia harus mencari pensil itu?
Rukia menggelengkan kepalanya. Ia tak ingin lagi mengingat pertemuan pertamanya yang sial dengan pria itu. Meski ia beruntung karena saat ia tak tahu lagi harus mencari pensil di mana, ia menemukan sebuah pensil 2B utuh yang tergeletak begitu saja di atas jalan di depan toko serba ada yang tadi ia masuki. Rukia sedikit tersenyum mengingat kejadiaan itu.
"Melamun terus, bagaimana bisa maju jika waktumu hanya dihabiskan dengan melamun?"
Rukia mengadahkan wajahnya, memandang pria yang kini sedang berdiri di hadapannya. Ia bangkit dari duduknya. "Bukan urusanmu, Tuan Sutradara," kata Rukia sinis.
Ichigo menautkan kedua alisnya. Ia melihat Rukia sudah berada lima langkah di depannya sebelum berkata, "kau masih membenciku?"
Rukia menghentikan langkahnya. Ia berkata sambil memunggungi Ichigo. "Apa urusanmu?"
Ichigo menarik napas pelan. "Kau tidak pernah berubah."
Rukia berbalik menghadap Ichigo. Kedua mata mereka bertemu. "Kau tahu, aku sudah berubah. Aku tidak akan kalah lagi darimu. Aku akan melampauimu. Aku..."
Tanpa Rukia sadari, semakin lama Ichigo berjalan mendekatinya dan kini jarak mereka hanya sekitar lima centimeter.
Ichigo mengeliminasi jarak di antara mereka dengan mengecup pelan bibir Rukia dengan bibirnya. Rukia terkejut bagai tersengat listrik. Lidahnya tiba-tiba kelu ketika Ichigo melepaskan ciumannya. Gadis beriris violet itu ingin sekali mencaci maki pria di hadapannya yang telah mencuri ciuman pertamanya, tapi ia tidak bisa berpikir apa yang harus dikatakannya.
"Dari dulu, kau terlalu banyak bicara," kata Ichigo sebelum pergi meninggalkan Rukia yang masih mematung akibat perbuatan pria berambut jingga terang itu.
"Brengsek, kau!" seru Rukia.
Kenapa? Kenapa aku tidak bisa melupakan pria itu?
.
.
To be continue
Haiii... Lama tak bersua, masih ingat saya? #dor
Hehe.. saya habis ganti penname loh... :P *ga penting*
Ummm... Icchan-nee, gomen banget baru dipublish sekarang. Padahal udah bikin dari kapan tau. Cuma masih ga pede. Hikss...
Minggu depan aku UAS, jadi dipotong sampai sini dulu ya, chap duanya kuusahakan kelar setelah aku UAS. Doain akuuuu yaaa... :D
