Alunan lagu Wedding March terdengar, lagu yang mengisayaratkan untuk memberikan kesakralan dan keheningan, menandakan bahwa sang pengantin akan memainkan perannya. Nagisa melangkah pelan melewati karpet merah yang akan mengantarkannya kedepan altar, tempat calon pasangan hidupnya menunggu.

Pemilik surai baby blue melirik sang ayah yang berada disampingnya tengah menatapnya dengan pandangan haru. Iris azure itu bergulir kedepan, tepat dimana calon pasangannya tengah menyunggingkan senyuman tampan kepada Nagisa.

Nagisa mengalihkan pandangannya kemana saja, asal jangan pada pemuda yang akan menjadi suaminya itu. Lalu tangannya meremas gaun pengantinya yang indah.

'Kenapa harus aku yang menjadi mempelai wanitanya?!'

'KENAPA?!'

'KENAPAAAAAAAAAAAA?!'

.

.


Ansatsu Kyoushitsu © Yuusei Matsui

Kekkon Seikatsu! © phantomsan

.

KaruNagi with Semi!AU

Warning: Mengandung unsur Boys Love. Rating T+ atau bahkan bisa lebih, awas ada Typo(s)!

.

Kekkon Seikatsu!


.

.

Nagisa menghela napas dan menundukkan kepalanya. Ia melangkahkan kakinya pelan menuju bukit tempatnya belajar. Kelas 3-E. Mempunyai nilai yang buruk menyebabkan Nagisa harus dipindahkan ke kelas 3-E. Kelas paling bawah yang menjadi sasaran empuk diskriminasi murid gedung utama SMP Kunugigaoka.

Tapi tak apa. Sudah dua minggu berlalu, dan semua berjalan dengan baik sejak saat pertama kali Nagisa memasuki kelas 3-E sampai sekarang. Disana teman-temannya benar-benar menyenangkan ditambah dengan guru-gurunya yang luar biasa.

Ada Koro-sensei yang tampan dan mesum (tapi sangat jenius) lalu Karasuma-sensei dengan wajah super datar yang –sayangnya –tampan sebagai guru olahraga yang cara mengajarnya benar-benar uhm, aneh? terakhir bitch-sensei guru bahasa Inggris, si cantik bitchnya 3-E.

Lalu tentang murid.. Ah, Nagisa jadi ingat mimpi buruknya yang terus berulang selama hampir seminggu ini. Ugh, pasti wajahnya memerah sekarang.

Ingin sekali rasanya Nagisa menangis. Oh Tuhan! Cobaan-Mu benar-benar menyakitkan.

"Yo! Nagisa. Selamat pagi," Sugino datang setelahnya menyapa Nagisa. "are? Kenapa wajahmu memerah Nagisa?"

Yang ditanya tertawa datar. "Ahahaha –(Nagisa mengutuk kulit kelewat putihnya yang menyebabkan semu merah yang menyebalkan mudah dilihat oranglain) tidak apa-apa Sugino-kun."

"Bener nih? Kamu tidak sedang demam 'kan?" si baseball freak itu memicing tajam.

Mendapat tatapan seperti itu Nagisa mengangguk-anggukan kepalanya kelewat antusias. "Um! Aku baik saja."

Sugino mendesah, sahabatnya yang satu ini benar-benar deh. "Yasudahlah. Ayo Nagisa ke kelas bareng."

"Ya, Sugino-kun."

.

..

...

Koro-sensei masuk ke kelas lima menit kemudian setelah bel masuk berbunyi. Wajahnya dipasangi cengiran yang lebar sampai matanya menutup sempurna, menambah kesan mistis tersendiri untuk murid kelas 3-E. Seperti akan ada sesuatu yang datang atau terjadi.

"Ohayou gozaimasu mina-san. Di pagi hari yang cerah ini, kita semua kedatangan murid baru," Koro-sensei berkata dengan tidak menghilangkan senyuman diwajah tampannya. "nah, silahkan masuk."

Semua siwa-siswi berbisik-bisik penasaran siapa yang akan gerangan yang akan menjadi bagian dari 3-E ini. Anak laki-laki atau perempuan. Pasti bukan murid biasa. Iya pasalnya semua orang yang masuk ke kelas 3-E pasti orang aneh semua.

Terkecuali Nagisa yang ketar-ketir dikursinya sambil memanjatkan doa selamat dunia akhirat.

Melihat gerak-gerik aneh temannya, Kayano inisiatif bertanya. "Hei, Nagisa-kun. Kamu kenal sama murid baru itu?"

Sekujur tubuh Nagisa langsung gemetar. "Tidak. aku tidak mengenalnya, Kayano-san."

Bohong. Kelihatan banget bohongnya, wajahnya langsung pucat pasi gitu. Nagisa nggak jago akting. Pikir Kayano.

Dengan slow motion si murid baru masuk ke kelas. Tampangnya seperti pangeran dalam cerita dongeng, tampan maksimal dengan surai merahnya. Murid perempuan udah pada cekat-cekit. Nagisa langsung lemas.

"Akabane Karma," ucap si murid baru sambil tersenyum tampan. Tapi lama kelamaan senyumnya melebar membentuk seringai menyeramkan. Imej pangeran luntur seketika. "Yoroshiku ne~"

Tuh 'kan dikelas ini isinya tidak normal semua.

.

..

...

Setelah bel istirahat berbunyi, semua murid langsung berhamburan keluar kelas, ada yang bermain dilapang, ada yang ke toilet, dan yang makan bento disisi lapang. Sebagian yang malas tetap menduduki kursi untuk makan bento, baik masing-masing maupun ada yang berkelompok.

Setelah mengetahui fakta yang mengejutkan, ternyata si murid baru alias Karma, alias iblis merah itu ternyata benar-benar pintar atau jenius? Mungkin saat ini dia yang menduduki peringkat pertama mengenai kepintaran di kelas 3-E.

("Karma-kun, tolong turunkan kakimu dari meja itu tidak sopan. Sebagai hukumannya, tolong kerjakan soal dipapan tulis." Si merah melangkah malas kedepan setelah mendengar celotehan gurunya yang bawel dan ejekkan dari Terasaka. "Kenapa kau? Tidak berani, ya? Payah." Lalu mengerjakan soalnya dengan cepat. Semuanya langsung tercengang karena Koro-sensei bilang jawabannya sempurna. Karma kembali ketempat duduknya sambil menatap Terasaka. "Tenang saja, aku akan mengurangi spesies orang bodoh sepertimu dikelas ini, Terasaka-kun." Karma menyeringai, Terasaka mendecih sebal. Senjata makan tuan.)

"Boleh aku bergabung disini?"

Gadis dengan surai hijau itu mengangguk. "Tentu. Silahkan Karma-kun."

Setelah dipersilahkan Karma duduk menghadap kearah si baby blue yang sibuk menata bentonya. "Ah. Ngomong-ngomong kita belum berkenalan."

"Kayano Kaede. Salam kenal, Karma-kun." Gadis surai hijau memperkenalkan diri pertama. Orangnya ceria sekali. Karma mengangguk dan tersenyum tipis.

Kemudian pandangan teralihkan pada si surai hitam kebiruan. "Yo! Namaku Sugino Tomohito." Kepalan tangan diarahkan kearah Karma yang dengan senang hati adu tos dengan si baseball freak.

"Dan kau?"

"Aku?" Nagisa menunjuk dirinya sendiri dengan enggan menatap Karma.

"Tentu. Memang ada yang lain diantara kita?" Karma berujar polos (yang menurut Nagisa benar-benar tidak cocok apabila disandingkan dengan seringaian iblisnya)

"Shiota Nagisa."

Teman-temannya menatap Nagisa aneh. Kok Nagisa hari ini beda, ya? Semenjak kedatangan Karma si murid baru jadi banyak diam dan sering melamun.

Sedangkan si surai merah mengernyitkan alisnya. "Kupikir Akabane Nagisa."

Ucapan Karma barusan menimbulkan efek yang luar biasa kepada teman-teman barunya. Reaksinya benar-benar lucu menurut Karma.

Sugino menyemburkan mimumannya,

Kayano menjatukan pudingnya,

Lalu Nagisa tersedak sosis yang tengah dimakannya. Wah, lucu sekali. Wajahnya memerah sampai ke cuping telinganya. Entah karena tersedak atau menahan malu.

Air mineral disodorkan kearah Nagisa yang langsung disambar ganas dan diteguknya.

Setelah merasa lega Nagisa menatap nyalang kearah Karma dengan wajah yang masih memerah (wajahnya jadi lebih lucu dan sangat menggemaskan)

"KARMA-KUUUUUUUUNNN!"

Teman-temannya masih loading dengan tampang cengok. Sedangkan Karma menyodot susu strawberry nya dengan tampang polos menyebalkan.

.

.

.

Dan waktu istirahat berakhir dengan –tidak –menyenangkan.

.

..

...

Hari ini benar-benar hari sial seorang Nagisa. Semua peristiwa-peristiwa tidak menyenangkan datang menghampiri satu-persatu menghantam kepalanya, yang menyebabkan Ia pusing tujuh keliling. Dan pasti semua kejadian itu berhubungan dengan si iblis merah.

Belum lagi ketika Ibunya mengomelinya habis-habisan karena dia pulang terlambat. Salah sendiri sih karena kelupaan dengan titah sang Ibu yang menyuruhnya pulang lebih awal untuk menyiapkan segala keperluan –mengepak barang –untuk pindah kerumah barunya.

Nagisa mendesah lelah.

Tangannya merogoh sesuatu yang berada di saku celananya. Kunci. Setelah itu dimasukkan kedalam lubang kunci pintu didepannya.

Cklek.

Dan pemandangan yang pertama kali disuguhkan ketika pintu dibuka adalah. Tempat ini benar-benar nyaman.

Senyuman di wajah manis itu mengembang. Ah, home sweet home.

Nagisa membawa masuk kopernya kedalam dan membuka sepatunya dan menggantikannya dengan sandal rumah. Iris azure itu mengobservasi tempat yang baru dilihatnya pertama kali.

Sederhana tapi nyaman. Kesannya menimbulkan kehangatan. Ruang tamunya langsung terhubung dengan dapur. Satu kamar mandi dan satu kamar tidur yang terpisah.

–sepertinya Nagisa melupakan sesuatu

... tapi apa, ya?

Sudahlah tubuhnya kepalang lengket dan pikirannya pun lelah. Mandi adalah jawaban yang tepat. (apalagi fasilitasnya dilengkapi dengan bathub membuat dia jadi semangat. Kapan lagi coba?) ini adalah waktu yang tepat untuk berendam dengan air hangat.

.

..

...

Setelah selelai mandi dan ganti baju dengan piyama, rambut panjangnya dibiarkan tergerai karena basah. Nagisa langsung masuk kekamarnya dan langsung menerjang kasur yang terlihat empuk untuk dicoba.

"Hwah~ empuknya. Lebih empuk dari kasurku yang dulu."

Nagisa berdiri dari tidurnya dan mulai loncat-loncat tidak jelas sambil tertawa riang seperti balita. Akibatnya loncatannya sprei dan bantal-bantal jadi berantakan. Nagisa akan menata ulang nanti.

Masih dengan kegiatan loncat-loncatannya, Nagisa tidak menyadari bahwa ada oranglain dikamar menatapnya gemas.

Ckrek.

Ckrek.

Ckrek. Ckrek. Ckrek.

"Nagisa-kun lucu, ya." Suara itu mengintrupsi kegiatan Nagisa.

Dan baru sadar bahwa dia sudah diperhatikan daritadi.

"Apa yang kau lakukan disini?!" Nagisa berteriak karena kaget.

"Are~ inikan juga rumahku, Nagisa-kun." Anak itu datang menghampiri Nagisa yang masih dalam keadaan kaget. "setelah aku melihat-lihatnya ternyata rumah ini cuma punya satu kamar, ya." Tambahnya diakhiri sebuah seringai di wajah tampannya.

–serumah .. sekamar ...

Ah. Nagisa sudah mengingatnya sekarang.

Tanpa diberi ijin dia langsung naik ke atas kasur dan melakukan kegiatan yang dilakukan Nagisa tadi. "Wah. Kasurnya memang empuk. Pantas wajah Nagisa sumringah." Seringaiannya makin melebar, dengan seenak udel dia menjatuhkan tubuhnya dan tubuh Nagisa.

"H –hwa –apa yang kau lakukan?"

"Tentu saja memeluk Nagisa-kun." Sudah menyebalkan, menyeramkan, seenaknya lagi.

"Karma-kun!" Nagisa merasa panas menjalar di kedua pipi chubbynya.

Pelukan itu semakin mengerat seiring dengan jawaban yang Karma lontarkan kepada Nagisa. "Tenang saja. Kita 'kan sudah menikah. Dan pasangan suami-istri selalu melakukan hal seperti ini, lho. Nagisa-kun~"

Nagisa tidak tahu harus melakukan apa selain membalas pelukan Karma.

.

.

.

–lagipula mereka berdua sudah menikah dengan Karma sebagai suami dan Nagisa sebagai istri. Jadi tidak apa 'kan?

.

.

.

Kehidupan pernikahan mereka baru dimulai dari sekarang.

.

.

.

TBC


A/N:

kekkon seikatsu artinya kehidupan pernikahan. well disini KaruNagi udah kawin /nyengir

ini semi AU. jadi latarnya gk beda jauh sama animenya. tapi gk ada bunuh-bunuhan soalnya disini koro-sensei nya juga manusia. metode pembelajarannya juga tetep sama kok.

kabar baiknya, aku bakal lanjutin ff Ai jadi multichap meski gk tau bakal apdet kapan:3

terakhir, ada yang minat review?