Title: About Smiles, Tears, and Memories
Pairing: Aomine/Kise
Disclaimer: Tadatoshi Fujimaki. Fic ini dibuat dengan tujuan senang-senang, dan tidak mengambil keuntungan sepeserpun.
Warning: Shounen-ai/BL, AU campur, ada kemungkinan OOC.
Summary: Dua pria, dalam dunia yang beragam. Ini kumpulan kisah mereka.
A/N:
Fic pertama di fandom ini, meskipun beberapa kali bikin drabble iseng di twitter. /dezig
Oke ini pemanasan setelah lama tidak menulis fic. Ini drabble dari genre yang ada di FFn, dan chapter ini memuat 10 drabble.
Enjoy~
Adventure
Aomine Daiki memandang sosok berambut blonde yang terlelap di sampingnya, berselimut jaket hitam miliknya. Ia menghela nafas, dua belas jam di sebuah pulau antah berantah bersama seorang pemuda asing yang kelewat semangat dan sekarang tertidur karena kelelahan.
Semuanya telah diatur, tinggal menunggu matahari terbit dan mereka akan menjadi lawan. Memperebutkan satu tiket keluar dari pulau penuh jebakan, memperbutkan hadiah yang akan menuntun sang pemenang menjadi milyuner dadakan.
Aomine menyeringai senang, lawannya kali ini terlihat lebih menarik. Ya, semua ini adalah sebuah permainan.
.
Angst
Kise tahu, seberapa pun dirinya mencintai pemuda berambut biru gelap itu, hubungan ini tetap tidak bisa dilanjutkan. Ia tahu pemuda itu mencintainya, dan ia tahu dengan jelas dirinya mencintai pemuda itu. Namun sebuah hubungan tidak akan bisa dilanjutkan jika keduanya tidak lagi merasakannya, perasaan masing-masing yang seakan menghilang seiring berjalannya waktu. Tidak bergejolak, tidak juga hangat. Ia tidak tahu darimana semua ini berjalan, Ia tahu pemuda itu juga sama tidak tahunya, mereka sama-sama tidak tahu.
"Kise, kita berpisah saja." Kedua mata hazel itu membelalak, ia tahu, tapi tetap saja terasa sakit. Ia menggenggam tangan tan itu erat, memejamkan mata dan membiarkan air mata turun mengaliri pipinya.
"Aku tahu, Aominecchi." Dan mereka sama-sama tahu hari itu adalah hari perpisahan mereka.
.
Crime
"Jadi kita akan mulai interogasinya sekarang, eh, Inspektur?" Kedua mata kuning di hadapannya memancarkan sinar semangat yang berbahaya. Terlukis sebuah senyum yang sangat asing bagi sang Inspektur.
"Kise..." Kedua mata biru tua itu menutup sesaat, sebelum kembali membuka dan menatap tajam model dihadapannya.
"Ya, Aominecchi? Maksudku, Inspektur Aomine."
"Hentikan, Kise."
"Terima kenyataannya, Aominecchi. Akulah tersangka yang kau cari."
.
Family
"Jadi, aku dan Aominecchi akan jadi saudara, eh." Sebuah tawa yang dipaksakan, ekspresi untuk menyembunyikan keterkejutan dan kepanikan. Bagaimanapun juga, mereka masih sepasang kekasih dan akan jadi saudara tiri dalam beberapa bulan.
"Hei, Kise."
"Ya?"
"Ayo kita kawin lari."
"Apa?! Hei! Tunggu, Aominecchi!"
.
Fantasy
Sosok berambut biru gelap itu berlari, ia mengeratkan pegangannya pada sebuah pedang hitam dengan ukiran rumit yang sedari tadi digenggamnya. Jantungnya berdetak semakin kencang ketika ia mendengar teriakan dalam bahasa yang tidak ia mengerti.
Mantra itu telah diucapkan, dan satu lagi korban akan jatuh demi melindungi negeri ini, demi membuat perisai pelindung untuk perang yang ia tahu akan pecah esok hari.
"Kise!" Ia memanggil, walau ia tahu sang magician tidak akan bisa mendengar apapun lagi,walau ia tahu sang magician yang masih merapal mantra akan menghilang dalam hitungan detik.
.
Hurt/Comfort
"Aominecchi, aku mencintaimu." Mengeratkan pelukannya pada sang pria berkulit tan, Ia merasakan tubuh pria yang dipeluknya menegang sesaat. Ia tahu pria itu memejamkan matanya sesaat, mempersiapkan jawaban yang sama selama bertahun-tahun.
"Aku tahu." Kise tahu. Aomine selalu memeluknya erat, membalas setiap ciumannya. Namun Kise juga tahu, kedua mata biru tua itu masih memandang ke luar jendela, memandang langit biru yang terlihat jelas dari jendela kamar mereka. Langit biru, bukan sang matahari.
.
Romance
Ia mematut dirinya sekali lagi di depan cermin, rambut biru tuanya sudah ditata dengan baik, kaus putih polos, sebuah jaket, dan celana jeans biru gelap.
Oke, ini hanya kencan, Daiki, tenangkan dirimu.
Ia tidak tahu mengapa ia segugup ini. Ayolah, ini bukan kencan pertamanya-oke, ini memang kencan pertamanya dengan seorang pria, dan seorang model.
Ia mematut dirinya sekali lagi, sebelum menarik napas dan mengeluarkannya. Menyambar sebuket bunga matahari yang tadi dibelinya-ralat, ia minta bantuan Satsuki untuk membelinya, tapi itu idenya, oke?
.
Supernatural
"Jika aku diberi pilihan, aku tidak akan mau memiliki kemampuan ini, Aominecchi."
"Ya ya ya, terserah kau. Jadi, bagaimana aku sepuluh tahun lagi? Apa aku akan jadi polisi gagah yang digandrungi wanita berdada besar, eh?"
"Tidak. Kau akan ditinggal kabur oleh calon istrimu di hari pernikahanmu."
"He-hei! Brengsek, Kise! Kau pasti bohong! Apa kau benar-benar akan meninggalkanku di hari pernikahan kita?"
"Beri aku satu ciuman dan aku akan mengatakan kebenarannya."
.
Tragedy
"Aominecchi, jawab aku." Sang pilot merasakan kedua kakinya melemas melihat pemandangan di hadapannya. Tepat di hadapannya, sosok yang biasanya akan menyeringai dan menatapnya dengan kedua mata tajamnya tidak bergerak. Sosok itu menutup kedua matanya.
"Ia meninggal saat membekuk sekawanan pengedar narkotika." Kise tahu, tapi apa takdir harus sekejam itu?
.
Western
"Kau tahu aku ini buronan, dan kau sheriffnya."
"Lalu?"
"Apa maumu, Aominecchi?"
"Tembak aku, lalu pergilah dari kota ini."
"Apa-"
"Bunuh aku, atau aku yang akan membunuhmu. Kau tahu kau tidak akan memenangkan duel ini, Kise."
.
Mohon kritik dan sarannya~ /bows
Sisa genre ada di chapter selanjutnya.
