Misunderstood

Chapter 1 : Meet You

Sumarry : Kuroko berfikir jika lelaki berambut merah yang duduk disampingnya itu sangatlah tampan, bak pangeran berkuda putih dari negeri dongeng. Tapi sayang, ganteng-ganteng kok buta. /sumarry macam apa ini? -.- /cries

Disclaimer : Kurobas cuman milik Tadatoshi Fujimaki sensei. AkaKuro anak saya seorang. /dibuang/

Pair : Anak saya (Akashi x Kuroko)

Rated : T

Genre : Romance, Humor (maybe)

Warning : Yaoi, BL a.k.a Boys Love, Typo(s), Gaje, Alur semacam kereta bawah tanah, Author Nyubi(?).

A/N : disini Akashi nya lebih tua satu tahun dari Kuroko. Dia udah kuliah semester satu. sedangkan Kuroko masih SHS, kelas 12.

Spesial for Akashi Seijurou birthday ^^

Musim dingin sudah menyapa dibeberapa negara. Salah satunya adalah jepang. Sebagian orang mungkin tidak menyukai musim dingin. Tapi, banyak juga orang yang menyukai musim bersalju ini. Terutama anak-anak. Mereka bisa bermain ice skating, saling melempar bola-bola yang terbuat dari salju, atau sekedar membuat boneka salju.

Kuroko Tetsuya salah satunya. Pemuda manis berambut sewarna langit musim panas ini sangat menyukai musim dingin. Dirinya menyukai butir-butir kecil berwarna putih yang terjatuh dari langit.

"Cantik." Sebuah alunan merdu meluncur dari bibir tipis pemuda berambut biru. Terlihat kepulan asap yang keluar dari mulutnya.

Kuroko menatap keluar rumah lewat jendela ruang tamu. Pemandangan diluar rumah dipenuhi oleh warna putih dari salju. Dari mulai atap rumah, pohon, hingga jalanan. Kuroko tersenyum kecil ketika melihat sepasang anak kecil sedang membuat boneka salju diseberang rumahnya. Anak tersebut terlihat begitu bahagia.

Indahnya musim dingin.

"Kuroko."

Pemilik surai biru menoleh ketika ada seseorang yang memanggilnya. Ah, ternyata Himuro Tatsuya-kakak sepupunya. Kuroko memang tinggal bersama dengan Himuro di Tokyo. Sedangkan orang tuanya berada di Kyoto. Biasanya saat libur panjang atau natal, Kuroko akan pulang ke Kyoto bersama dengan Himuro. Berbeda dengan Kuroko, Himuro sudah tidak mempunyai orang tua.

"Ya Niisan?"

"Natal akan segera tiba. Apa kau sudah berkemas untuk pulang ke Kyoto?" Himuro meletakan dua mug coklat hangat dan biskuit dimeja.

Surai biru menggeleng. "Natal masih lama Niisan. Nanti saja" Kuroko mengambil mug yang diletakan Himuro dan meminumnya dengan perlahan. Rasa hangat dan manis langsung menyapa indera pengecap dan tenggorokannya.

"Tidak ada salahnya kan bersiap dari sekarang." Himuro mengikuti jejak sang adik. Meminum coklat hangatnya sambil menatap keluar rumah.

"Ngomong-ngomong Kuroko. Persediaan coklat kita sudah menipis. Nanti boleh tolong kamu beli di supermarket? Niisan harus menyelesaikan tugas kuliah soalnya."

"Baiklah."

.

.

.

Kuroko meniup-niup kedua tangannya dan kemudian menggosoknya. Dilakukan secara berulang kali. Saat ini Kuroko sedang menuju halte didekat rumahnya untuk menuju supermarket. Tubuh mungilnya dibalut mantel berwarna coklat, dan kepalanya tertutupi oleh hoodie berbulu. Pipinya terlihat merona karena kedinginan.

"Hah.. akhirnya sampai juga." Kuroko lalu membersihkan bangku halte yang penuh dengan salju kemudian duduk. Kedua tangannya dimasukan kedalam saku mantel. Kepulan asap keluar dari mulut Kuroko ketika dirinya bernafas.

"Sei-chan. Kenapa kita tidak pakai mobil saja sih?!" Suara cetar membahana dari perem-err laki-laki-err banci-err entahlah- berambut sebahu mampir digendang telinga Kuroko. Yang mau tidak mau membuat si surai biru melihatnya. Kuroko tidak yakin, kira-kira orang tersebut bergender apa? Laki-laki atau perempuan? Atau banci? pfftt.. Kuroko tertawa dalam hati.

"Berisik Reo." Kali ini suara dari laki-laki yang persis duduk disampingnya. Laki-laki berambut semerah darah. Entah kenapa Kuroko merasa nyaman berada disamping si surai merah tersebut. Padahal kenal saja tidak. Kuroko kemudian memperhatikan laki-laki tersebut dari ujung kepala sampai ujung kaki. Surai semerah darah, mengenakan jaket senada dengan warna rambutnya. Kakinya dibalut dengan celana jins berwarna hitam dengan sepasang snikers berwarna putih.

Tampan dan sempurna.

Dahi Kuroko mengernyit ketika melihat si surai merah mengenakan kacamata hitam. Kuroko lalu mengerjap pelan. Diperhatikannya langit diatas sana. Mencari-cari keberadaan sang surya. Tidak nampak. Jelas tidak nampak. Ini kan musim dingin dan bukannya musim panas. Matahari tertutupi oleh gumpalan kapas tebal berwarna putih. Lalu kenapa orang tersebut mengenakan kacamata hitam?

Sepertinya ada yang salah dengan orang ini? Pikir Kuroko

'Mungkinkah dia buta? padahal tampan.' Satu hela nafas meluncur dari bibir Kuroko.

Nak. Jangan menilai orang hanya dari penampilannya saja. Mungkin laki-laki tersebut adalah your future husbando nak.

"Reo-nee! Geser dong duduknya. Sempit nih.!" Laki-laki berambut kuning menggerutu sambil mendorong bahu si banci.

"Duh. Kotarou jangan dorong-dorong dong." Teriak si banci tidak terima.

Terjadilah adu dorong-mendorong yang membuat si surai merah kesal setengah mati. Dirinya menjadi korban keabsrudan kedua temannya.

"Hiyaa...!" Laki-laki berambut kuning yang dipanggil si banci dengan sebutan 'Kotarou' mendorong sibanci dengan sekuat tenaga. Sibanci yang tidak siap dengan dorongan maut dari Kotarou langsung terdorong kearah si surai merah. Sedangkan si merah yang terkena dorongan dari sibanci tanpa sengaja menyenggol laki-laki berambut biru yang duduk disampingnya sampai membuatnya terjatuh.

BRUK

"Ittai."

"Ehh?! Suara siapa itu?" Si banci celingukan ke kanan dan ke kiri. Sepertinya tiga makhluk absrud-mungkin dua, karena yang satunya hanya korban-itu sedari tadi tidak menyadari adanya Kuroko disitu. Ya memang sih, Kuroko itu memiliki hawa keberadaan yang tipis. Atau bahasa kerennya misdirection, yang membuat dirinya sulit terdeteksi(?) dan sering terlupakan oleh teman-temannya.

"Doumo." Kuroko berucap sedatar papan talenan.

"Eehhhh...!" Mereka bertiga shock ketika melihat laki-laki cantik yang sedang goleran dijalan. Padahal kan salah mereka sampai-sampai Kuroko jatuh dari bangku.

"Sejak kapan kau disini?" Si surai merah mengeluarkan suara yang menggentarkan hati author /disepak/ ralat/ si surai merah mengeluarkan suara yang tidak kalah datar dari Kuroko. Tapi Kuroko bisa merasakan ada sedikit rasa keterkejutan dari nada bicara laki-laki tersebut.

"Hey cantik. Sini Oneechan bantu berdiri." Si banci bangkit dari duduknya dan membungkuk kearah Kuroko sambil mengulurkan tangannya.

Cantik?

Apa Kuroko tidak salah dengar?

Dirinya yang manly(?) Dan tampan mempesona ini dipanggil cantik? Jangan bercanda kau banci sialan!

Gah! Walaupun tubuh Kuroko itu mungil untuk ukuran laki-laki dan tidak mempunyai abs, tapi sesungguhnya Kuroko itu lelaki tulen. Percaya deh.

Kuroko dongkol setengah mati. Oleh sebab itu dirinya tidak menerima uluran tangan si banci.

"Kenapa cantik? Kamu tidak usah takut. Oneechan bukan orang jahat kok." Si banci tersenyum lebar. "Perkenalakan. Nama Oneechan itu Mibuchi Reo. Biasa dipanggil Reo-nee. Kamu juga boleh panggil Oneechan kok hehe." Si banci yang ternyata bernama Mibuchi Reo itu tersenyum semakin lebar. Memberikan efek silau pada Kuroko.

"Nah. Yang ini namanya Sei-chan. Nama lengkapnya Akashi Seijurou." Kali ini Mibuchi menunjuk si surai merah yang hanya ditanggapi dengan raut muka datar-walaupun laki-laki yang menurut Kuroro itu buta- Ntah kenapa Kuroko bisa merasakan jika laki-laki berkaca mata hitam itu tengah menatapnya tajam.

'Buta tidak sih?' Batin Kuroko. Ingin memastikan sendiri sih. Tapi tidak jadi.

"Kalau yang rambutnya kuning itu namanya Hayama Kotarou."

"Hallo." Kotarou nyengir sambil melambaikan tangan dengan semangat.

"Doumo." Masih sedatar papan talenan.

"Hey cantik sejak kapan kamu disini? Terus nama kamu siapa?"

"Sejak kalian belum datang kesini. Dan jangan panggil aku cantik! Aku ini laki-laki tau! Dan namaku Kuroko Tetsuya." Sungut Kuroko.

"Maaf aku tidak sengaja mendorongmu. Apa kau tidak apa-apa?" Akashi kali ini yang mengulurkan tangannya. Berniat membantu Kuroko berdiri.

'Baik-baik saja gundulmu. Sakit nih pantatku!" Kuroko misuh-misuh dalam hati.

"Ya. Aku baik-baik saja." Lain dihati, lain dimulut.

Kuroko lalu menerima uluran tangan Akashi yang membuat Mibuchi merengut tapi juga terkikik layaknya nenek sihir. Membuat Kuroko merinding.

"Kuroko kau mau kemana sendirian saja? Nanti ada yang menculikmu loh. Kamu kan manis hehe."

Kotarou sepertinya perlu di ignite pass nih. Sudah tahu kalau Kuroko itu laki-laki. Masih aja dibilang manis.

Kau memang manis anakku T.T

Alis Kuroko berkedut. Menandakan jika dirinya sedang kesal. "Aku mau pergi ke supermarket."

"Wahh... kalau begitu kita bareng saja Kuroko-chan. Boleh kan Sei-chan?" Mibuchi mengapit lengan Kuroko penuh semangat.

Chan?

Ampuni hamba Ya Tuhan. Kenapa hamba harus bertemu dengan orang-orang absrud begini. Batin Kuroko penuh kesedihan.

"Ya."

Singkat. Padat dan Jelas.

Akashi sekali.

Skip Time

"Tadaima."

"Okaeri. Oh kau sudah pulang Kuroko." Himuro membantu membawa kantong belanjaan yang ada ditangan Kuroko. Bukankah dirinya hanya menyuruh Kuroko untuk membeli coklat? Tapi ini kok kantong belanjaannya lebih dari satu.

"Kau membeli sesuatu Kuroko?"

"Ya Niisan. Aku membeli beberapa cemilan." Kuroko melepaskan mantelnya dan menggantungkanya di belakang pintu.

"Souka. Temanmu ada yang mau main?"

"Ha'i. Kagami-kun nanti datang untuk kerja kelompok."

"Hoo.. hari ini teman-teman Niisan juga akan datang."

"Mengerjakan tugas kuliah?"

"Yap."

"Baiklah. Aku ke kamar dulu Niisan. Nanti kalau Kagami-kun datang suruh ke kamar saja."

"Yes sir!" Himuro memberikan pose hormat sebelum Kuroko berjalan menaiki tangga untuk menuju ke kamarnya yang ada di lantai dua.

Sementara itu. Di waktu yang sama, tetapi berbeda tempat.

"Kenapa kalian sangat lama?" Laki-laki bertubuh tegap dan berkulit kecoklatan bersidekap ketika melihat tiga temannya yang ternyata adalah Akashi, Mibuchi dan Kotarou.

Mibuchi nyengir "Maaf. Tadi kami ber-"

"Bertemu malaikat jatuh." Celetuk Akashi.

"Hah?"

Akashi melengos menuju kamarnya dilantai dua meninggalkan teman-temannya yang sedang cengo.

Akashi ngetroll sodara-sodara.

"Kalian sudah pulang? Kemana Akashi?"

"Oh Mayuzumi. Akashi naik ke kamarnya."

"Bukankah kita akan mengerjakan tugas kuliah bersama di rumah Himuro. Lebih baik kalian cepat berkemas. Bawa seperlunya saja." Mayuzumi terlihat sedang membereskan buku-bukunya dan memasukan laptop kedalam tas punggung berwarna hitam.

"Ha'i ha'i."

Beberapa menit kemudian Akashi turun sambil membawa tas gendong. Akashi sepertinya habis ganti baju. Sekarang Akashi mengenakan tshirt berwarna putih polos dibalut dengan jaket hitam dan celana jins panjang yang dibagian lututnya robek-robek, serta snikers berwarna putih dengan corak merah. Oh, Akashi sudah tidak mengenakan kacamata hitam lagi. Memperlihatkan sepasang manik dwiwarna-merah emas- yang nampak tegas dan setajam silet.

Ganteng sekali.

"Kau sudah siap Akashi." Mayuzumi mulai menggendong tasnya dan diikuti oleh yang lainnya.

"Tunggu." Akashi menatap Mayuzumi intens. Dirinya baru sadar jika Mayuzumi memiliki warna rambut yang sama seperti seseorang yang ditemuinya dihalte tadi. Seseorang yang-sepertinya-telah mencuri hatinya. Pemilik manik azure yang sangat mempesona. Saat menatap manik azure tersebut, Akashi merasa dirinya tenggelam dalam lautan biru yang damai. Indah, membuat Akashi enggan untuk berpaling. Seperti malaikat tanpa sayap yang ditakdirkan untuknya.

Jangan-jangan...

Mayuzumi yang ditatap seintens itu oleh Akashi merasa risih. "Kenapa kau melihatku seperti itu Akashi? Jangan-jangan kau menyukaiku ya? Maaf saja Akashi, aku sudah milik Nijimura."

"Dalam mimpimu Chihiro." Akashi berucap sarkas.

"Pfftt." Mibuchi dan Kotarou hampir saja terbahak-bahak. Tapi tidak jadi ketika melihat Akashi membawa gunting merah.

.

.

.

"Jadi ini rumah Himuro-chan? Ngomong-ngomong ini pertama kalinya kita belajar dirumah Himuro-chan kan? Biasanya dirumah Sei-chan. Eh, tapi Mayuzumi pasti sering kesini." Mibuchi memperhatikan rumah minimalis berlantai dua yang sepertinya terlihat nyaman. Halamannya juga rapi. Banyak bunga-bunga yang ditanam didalam pot juga di tanah. Di bagian pojok taman ada bunga sakura, dan dibawah pohon ada ayunannya.

"Ayo masuk." Mayuzumi membuka gerbang ber-cat putih dan berjalan didepan.

Ting Tong

"Ha'i!"

CEKLEK

"Oh kalian sudah datang rupanya. Ayo masuk."

Setelah mempersilahkan teman-temanya masuk. Himuro membawa mereka ke ruang tamu. Terlihat buku-buku berserakan dan laptop yang menyala. "Duduklah. Akan kubuatkan minum."

"Kotarou. Keluarakan cemilannya." Nebuya mencolek bahu Kotarou.

"Ada di dalam tas Reo-nee."

Himuro kembali dengan membawa 6 jus jeruk dan 3 kaleng biskuit serta dua kantong keripik.

"Ayo mulai belajarnya."

Ting Tong

Ahelah.. Baru saja Himuro mendaratkan pantatnya, sudah ada yang memencet bel saja.

"Biar aku saja yang membukanya Himuro."

"Terima kasih Mayuzumi."

Sementara diluar-didepan pintu-nampak laki-laki tinggi berambut merah-hitam sedang menunggu pemilik rumah untuk membuka pintu. Laki-laki tersebut mengenakan jaket berwarna merah maroon dengan celana jins berwarna putih, serta snikers hitam. Dibahunya tersampir tas selempang(?)berwarna hitam.

CEKLEK

"Yo Tatsu- eh, Mayuzumi?"

"Kagami rupanya. Silahkan masuk. Himuro ada diruang tamu."

Mayuzumi membuka pintu dan mempersilahkan laki-laki bernama Kagami masuk. Sepertinya mereka sudah saling mengenal. "Sankyu."

Kagami lalu melepaskan sepatunya. Dahinya mengernyit melihat banyak sepatu asing(?)yang berjejer rapi. "Ada tamu?"

"Ya. Sedang mengerjakakan tugas kuliah."

Kagami mengangguk. "Souka."

Setelah melepas dan merapikan sepatunya, Kagami langsung berjalan keruang tamu. Kagami terlihat sudah hafal dengan seluk beluk rumah Himuro.

"Yo Tatsuya."

Himuro menoleh ketika mendengar suara yang tidak asing lagi. Siapa lagi kalau bukan Kagami. "Kau sudah datang Taiga."

"Dimana Kuroko?"

"Dia ada dikamar. Langsung naik saja."

"Baiklah."

Kagami lalu menaiki tangga sambil berlari. Sementara Himuro kembali melanjutkan tugas kuliahya.

"Tatsuya."

"Ya Akashi?"

"Siapa laki-laki itu?"

"Oh.. Dia temanku saat di Amerika dulu. Dia juga teman dari adik sepupuku."

"Himuro-chan punya adik sepupu? Aku baru tahu." Mibuchi mengetuk-ngetuk meja menggunakan pensil.

"Ya. Aku punya adik sepupu Reo. Dia juga adik sepupu Mayuzumi."

"Ehhhh...?!"

"Kenapa laki-laki tadi menyebut nama Kuroko?" Akashi penasaran. Bukankah Kuroko adalah nama malaikat tanpa sayap yang ditakdirkan untuknya? Ataukah ada nama Kuroko yang lain.

/Akashi kau percaya diri sekali./

/tentu saja. Akashi Seijurou adalah seorang yang absolut./

/ha'i ha'i/

"Memang namanya Kuroko. Kuroko Tetsuya." Kali ini Mayuzumi yang menjawab.

"HEEHHHH...?!" Teriak Mibuchi dan Kotarou.

"Kenapa? Kalian mengenalnya?" Nebuya menatap kedua temannya yang absrud.

"Ya. Aku, Kotarou, dan Sei-chan bertemu Kuroko-chan dihalte saat akan ke supermarket." Mibuchi tiba-tiba terlihat berseri-seri.

"Benar. Kuroko terlihat sangat manis dengan pipi memerah karena kedinginan." Kotarou teringat akan Kuroko yang pipinya memerah. Membuat dirinya tersenyum lebar.

Akashi menatap Kotarou dengan pandangan menusuk. Berani sekali dia membayangkan malaikat tanpa sayapnya sambil cengar-cengir. Mati saja kau Kotarou.

Mayuzumi dan Himuro saling berpandangan setelah melihat reaksi dari Akashi.

'Mungkinkah Akashi menyukai Kuroko?' Batin keduanya.

Mibuchi terlihat sedang menulis sesuatu di kertas. Lalu setelah selesai menulis, ditunjukannya apa yang ditulisannya ke arah Mayuzumi dan Himuro. Serangkai kalimat menggunakan huruf kapital semua.

KUROKO TETSUYA ADALAH MALAIKAT TANPA SAYAP MILIK AKASHI SEIJURO.

Ah.. sepertinya dugaan Mayuzumi dan Himuro benara adanya.

Akashi terdiam. Pikirannya tertuju pada laki-laki bernama Kagami itu. Ada hubungan apa antara dia dan malaikatnya. Sepertinya mereka sangat dekat.

Oh dirinya baru ingat. Pantas saja Kuroko dan Mayuzumi terlihat mirip. Ternyata mereka saudara.

"Tatsuya?"

"Ya, Akashi? Kenapa?"

"Kau bilang jika kalian bersaudara. Maksudku kau, Kuroko dan Chihiro. Tapi kenapa hanya Chihiro saja yang terlihat mirip dengan Kuroko?" Akashi mendadak jadi kepo. Dirinya merasa harus tahu lebih banyak tentang Kuroko.

"Hmm.. itu karena Mayuzumi adalah kakak sepupu Kuroko dari pihak ibunya Kuroko, Sedangkan aku dari pihak ayahnya." Himuro menjelaskan sambil menatap teman-temannya. Fokusnya hanya pada Akashi sebenarnya.

"Himuro-chan. Aku ingin bertemu dengan Kuroko-chan." Mibuchi kedip-kedip. Bikin eneg Himuro kalau boleh jujur.

"Benar. Aku ingin bermain game bersama dengan Kuroko." Kotarou mengeluarkan PSP dari dalam tasnya.

"Selesaikan tugas kalian. Dan jangan ribut terus." Mayuzumi berucapa datar.

Kakak sama adik sama saja. Batin Mibuchi dan Kotarou.

.

.

.

Jam sudah menunjukan pukul sepuluh lewat lima belas menit. Tapi anak-anak kece yang nampak sibuk didepan laptop tidak memperdulikan jika malam sudah semakin larut. Hanya satu orang yang sedari tadi tengah terlihat memandang lantai dua.

'Cih. Kenapa laki-laki itu belum pulang? Inikan sudah malam. Apa yang sebenarnya sedang mereka lakukan. Awas aja kalau sampai ada apa-apa sama Kuroko.' Akashi ngedumel dalam hati.

"Akashi kalau kau ingin bertemu dengan Kuroko naik saja."

"Tidak."

"Heh..? Kenapa? Sei-chan malu ya ketemu sama Kuroko-chan cie cie." Mibuchi cekikikan.

"Urusai."

"Sampai besok Kuroko!"

Drap Drap

Terdengar langkah kaki yang sedang menuruni tangga, yang ternyata adalah Kagami. "Oh kalian belum pada pulang ternyata. Tatsuya, Mayuzumi, aku pulang dulu."

"Hati-hati dijalan Taiga."

"Ya."

"Akashi. Kau sudah selesai dengan tugasmu?"

"Kenapa? Kau ingin melihatnya Chihi-"

"MAYUZUMI NIISANN!"

Ucapan Akashi terpotong oleh teriakan dari lantai dua. Siapa lagi kalau bukan Kuroko. Eh? Kuroko berteriak? Kenapa memangnya?

"Mayuzumi kau mengerjainya lagi." Himuro menghela nafas ketika melihat Mayuzumi menyeringai.

"Kenapa memangnya Himuro?" Kotarou kepo.

"Tidak. Bukan apa-apa."

"Bhuuuu.."

"Akashi."

"Apa?"

"Kau sudah menyelesaikan tugasmu kan? Tolong bantu Kuroko sebentar."

"Bantu apa? Kenapa harus aku?" Akashi mendengus.

Himuro berdecak. "Aku tahu sedari tadi kau memperhatikan kelantai dua terus. Kau ingin bertemu dengan Kuroko kan?"

BINGO!

Akashi diam. Kotarou dan Mibuchi cekikikan sambil ciee ciee. Nebuya khusuk mengerjakan tugas. Dirinya tidak terlalu perduli masalah kisah cinta Akashi. Yang paling penting untuk Nebuya adalah makan banyak. Karena jika perut kenyang, hatipun senang. Jadi tidak ada yang namanya baper-baperan. Setidaknya begitulah menurut Nebuya. Sedangkan Mayuzumi sibuk dengan smartphonenya. Mungkin sedang chating dengan pacar tercinta yang sedang kuliah di Amerika sana. Mayuzumi terkena LDR karena kekasihnya menuntut ilmu di negeri paman sam. Sedangkan dirinya di negeri sakura.

"Baiklah. Dimana kamarnya."

Sesungguhnya Akashi sangat bersyukur punya teman seerti Himuro. Dia orang yang peka akan sekitarnya. Ya memang sih sudah sedari tadi Akashi ingin sekali bertemu dengan Kuroko. Tapi dia tidak mau bilang. Gengsi dong.

"Kau naik saja. Nanti ada pintu yang tulisannya Kuroko. Itu kamarnya." Himuro kembali melanjutkan mengerjakan tugasnya.

"Hm." Akashi kemudian berjalan menaiki tangga untuk menuju kamar Kuroko.

"Akashi."

Baru menginjak anak tangga ke tiga. Dirinya berhenti karena panggilan Mayuzumi.

"Apa lagi?"

"Hati-hati."

Akashi mendengus kemudian melanjutkan langkahnya. Hati-hati kenapa? Memangnya dia mau menyeberang jalan raya? Atau mau pergi ketempat yang jauh? Dia kan cuma mau bantuin Kuroko karena suruhan Himuro. Ya walauoun sesungguhnya Akashi ikhlas sih. Hitung-hitung PDKT gitu. Lumayan udah dapet restu dari Himuro haha.

Akashi kini sudah berada dilantai dua. Celingak-celinguk mencari kamar Kuroko. Ada empat kamar dilantai dua. Akashi menghampiri satu-satu. Kamar pertama tidak ada nama pemiliknya. Akashi kemudian membukanya. Sedetik kemudian dia berdecak kagum melihat isinya. Bertumpuk-tumpuk buku, novel, komik, berjejer rapi dirak berwarna hitam. Ada juga lemari es berukuran sedang disamping lemari buku Kemudian meja beserta kursi pun ada.

'Mungkin ini perpustakaan. Mayuzumi kan maniak novel. Dia pasti menyimpannya disini.' Batin Akashi sambil kembali menutup pintu kamar.

Melanjutkan langkahnya. Kamar kedua bertuliskan 'Himuro Tatsuya'. Akashi coba membukanya. Dan ternyata dikunci. Berdecak, kemudian dilanjutkan kamar ketiga. Bertuliskan nama si pemiliknya 'Mayuzumi Chihiro'. Akashi tidak tertarik dengan kamar Mayuzumi. Dirinya sudah bisa menebak jika kamar Mayuzumi itu suram. Lalu sampailah dia di kamar terakhir. Kamar paling pojok bertuliskan 'Kuroko Tetsuya'.

"Jadi ini kamarnya. Kenapa bau vanilla?"

CEKLEK

Akashi membuka pintu kamar tersebut, tanpa permisi dan tanpa mengetuk pintu terdahulu.

BRUGH

Akibatnya dia mendapat hadiah dari sipemilik kamar berupa timpukan kamus bahasa inggris. "Ouch."

"Niisan! Kenapa kau suka sekali menjahiliku sih?! Dimana kau sembunyikan novelny-eh?"

Cerocosan makhluk biru terhenti ketika melihat Akashi mengusap-usap hidungnya. Sakit rasanya kena timpuk kamus bung. Mana kamusnya tebel lagi.

"Loh? Kok Mayuzumi Niisan sekarang jadi pendek? Rambutnya bukan perak lagi, tetapi merah. Mukanya juga jadi ganteng. Kau habis operasi plastik ya Niisan?" Makhluk biru berucap polos.

Akashi mendelik. "Aku memang bukan Chihiro. Dan aku memang tampan."

Sempet-sempetnya narsis.

"Oh. Lalu kamu siapa? Kenapa masuk kamarku? Yang paling penting apa yang kamu lakukan dirumah ini? Jangan-jangan mau maling ya?" Kuroko menodongkan tongkat baseball didepan Akashi.

Twitch

Mau maling? Akashi Seijuro dibilang maling? Mana ada maling setampan dan seabsolut dia. Ditambah lagi dia itu kurang tinggi. Mana bisa jadi maling. Sebelum bisa kabur, udah kena keroyok warga karena tidak bisa lompat pagar atau tembok ckck.

'Sabar Akashi, sabar.'

"Kau tidak mengingatku?" Akashi menunjuk wajahnya sendiri.

"Ngg." Pasang pose mikir sambil miringin kepala. Akashi berasa pengen langsung nubruk dan langsung 'iya-iyain' Kuroko. Duh Kuroko jangan pasang pose seperti itu. Kasihan Akashi.

"Eto.. Akashi Seijuro-kun?"

Akashi tersenyum kecil "Ya."

"Yappari." Kuro angguk-angguk. "Sedang apa Akashi-kun disini?"

"Panggil aku Sei-kun."

Kuroko merengut. Orang nanya bukannya dijawab malah nyuruh-nyuruh. "Tidak mau."

"Harus mau Tetsuya."

"Kok maksa."

"Karena aku ini absolut."

"Kalau aku tidak mau Akashi-kun mau apa?"

"Nanti aku cium."

BLUSH

Kuroko merona. Apa-apan sih makhluk cebol berambut merah ini. Modus banget deh. /dilempar gunting/

Kuroko menggeleng-gelengkan kepalanya. Tiba-tiba dia merasa pusing. Jantungnya juga berdetak tidak normal. Perutnya tetasa digelitiki oleh ribuan kupu-kupu. Sakit kah dia?

"Jawab dulu pertanyaanku. Sedang apa Akashi-kun disini?."

"Oh. Sedang mengerjakan tugas kuliah bersama kedua kakak sepupumu dan temanku." Akashi masuk kamar Kuroko dan duduk diranjangnya.

"Akashi-kun kenal dengan Himuro Niisan dan Mayuzumi Niisan?"

"Ya."

"Apa Akashi-kun bersama deng Mibuchi-kun dan Hayama-kun?"

"Tetsuya. Kau mengingat nama mereka tapi kenapa tidak mengingat namaku?" Diem-diem Akashi ngambek. Mengutuk kedua teman absrudnya.

"Habis Akashi-kun terlihat berbeda. Waktu itu Akashi-kun mengenakan kacamata hitam. Aku pikir Akashi-kun itu buta. Makanya aku sempat heran melihatnya. Kenapa Akashi-kun memakai kaca mata hitam, padahal kan ini bukan musim panas." Kuroko ucapanmu nusuk banget di kokoro Akashi.

Udah dibilang maling. Sekarang dibilang buta. Ngenes amat Akashi.

Ngomong-ngomong ini pertama kalinya Kuroko melihat Akashi tanpa kacamata hitam. Akashi memiliki mata dwiwarna yang menyorot tajam. Sesaat Kuroko tepesona melihatnya.

Akashi berdecak. Ternyata selain polos dan punya hawa keberadaan yang tipis. Kuroko juga termasuk orang yang bermulut tajam. Kata-kata yang keluar dari mulutnya sering kali nusuk lawan bicaranya.

"Tadi kenapa berteriak sambil memanggil Chihiro?"

"Oh iya! Akashi-kun ayo bantu cari novelku. Aku tidak bisa tidur sebelum membaca novel."

"Kalau aku bacakan dongeng mau?"

"Memangnya aku anak kecil apa."

"Tetsuya memang kecil kok."

"Seperti Akashi-kun tidak kecil saja."

"Tetsuya panggil aku Sei-kun."

"Tidak mau."

"Harus mau."

"Kalau aku bilang tidak mau ya tidak mau."

"Kalau aku menemukan novelmu panggil aku Sei-kun." Akashi menyeringai.

Mata Kuroko memicing. "Kalau nolong yang ikhlas dong."

"Terserah. Kalau Tetsuya tidak mau juga tak apa." Akashi mengangkat bahu cuek. Membuat Kuroko mendengus. "Baiklah."

Kalau tidak menyandang marga 'Akashi', mungkin dirinya sudah jingkrak-jikrak karena bahagia. Capek juga sih debat sama orang keras kepala macam Kuroko. Tapi Akashi rela kok. Selagi bisa melihat wajah cemberut malaikatnya. Lucu dan imut.

Akashi kemudian membantu mencari novel milik Kuroko yang disembunyikan oleh Mayuzumi. Lagi pula kapan Mayuzumi bertemu dengan Kuroko? Bukankah sedari tadi mereka bersama di ruang tamu? Ah, dirinya hampir lupa. Mayuzumi juga memiliki hawa keberadaan yang tipis. Sama seperti Kuroko. Untung Himuro enggak ya.

"Tetsuya, inikah novel yang dicari?" Akashi menunjukan novel berjudul Secret Pool dan mempunyai cover berwarna biru tua.

"Kyaaaaa.. novelku." Kuroko merebut novel dari tangan Akashi lalu memeluknya. Seperti memeluk kekasih yang telah lama berpisah. Membuat Akashi iri saja. Dia kan juga pengen dipeluk Kuroko.

"Karena aku sudah berhasil menemukan novelmu. Maka mulai sekarang Tetsuya harus panggil aku Sei-kun." Akashi bersidekap sambil melihat Kuroko yang masih memeluk novelnya.

"Ha'i ha'i. Terima kasih Sei-kun." Kuroko tersenyum sambil memiringkan kepalanya. Jari telunjuk dan jari tengahnya membentuk huruf 'V', atau yang biasa disebut dengan peace.

Akashi kamu sehat?

Author ngerasa diabetes liat Kuroko pose begitu. \\\

Akashi tersenyum melihat tingkah Kuroko yang seperti anak kecil. Dirinya bersyukur bisa bertemu dengan Kuroko. Malaikat mungil berambut biru yang imut.

Akashi mengacak surai biru Kuroko. "Sama-sama Tetsuya. Kalau begitu tidurlah. Aku akan segera turun dan bergabung dengan yang lainnya."

"Sei-kun. Boleh minta alamat emainlya?"

"Sini berikan handphone Tetsuya." Kuroko lalu memberikan smartphone berwarna putih.

"Nah sudah."

"Arigatou Sei-kun. Jja ne~." Kuroko kemudian menutup pintu kamarnya dan berjalan kearah ranjangnya. Bersiap untuk membaca novel lalu tidur.

Akashi menghampiri teman-temannya yang sedang goleran di ruang tamu. "Sedang apa kalian? Ayo pulang."

"Loh dimana Kuroko-chan." Mibuchi celingkukan mencari si biru.

"Tetsuya ingin membaca novel kemudian tidur." Akashi membereskan buku-buku dan laptopnya.

"Akashi kenapa kau memanggil Kuroko dengan nama kecilnya?" Mayuzumi menatap Akashi curiga.

"Memangnya kenapa Chihiro? Bukankah aku memanggil kalian semua dengan nama kecil." Akashi menatap datar Mayuzumi.

"Tapi kali ini kau mencurigakan."

Akashi tidak meladeni omongan Mayuzumi. Dirinya tengah sibuk dengan buku dan laptopnya. "Kalian bertiga cepatlah."

Semuanya telah selesai mengerjakan tugas masing-masing. Himuro dan Mayuzumi kemudian mengantar teman-temannya sampai depan rumah.

"Hati-hati dijalan. Jangan ngebut."

"Tatsuya kau seperti ibu yang mengkhawatirkan anaknya."

"Setuju dengan Sei-chan."

"Baiklah kami pulang dulu. Sampai bertemu besok." Kotarou melambai-lambai.

"Mayuzumi kau akan menginap?"

"Ya. Sudah malam juga. Pasti sudah tidak ada bus yang beroperasi lagi."

"Baiklah."

Walauopun Mayuzumi bersaudara dengan Himuro dan Kuroko. Tapi dirinya tinggal terpisah dengan kedua saudaranya. Namun, Mayuzumi sering kali menginap dirumah Himuro. Itu sebabnya ada kamar khusus buat Mayuzumi dirumah Himuro.

Drrrtt Drrtt

Akashi merasakan ada getaran disaku celananya. Mengambil smartphone dan mengeceknya. Ternyata dari Kuroko.

"Hati-hati dijalan Sei-kun. Oyasumi ^^."

Akashi tersenyum. Seneng banget rasanya dapet email dari Kuroko.

Akashi lalu mengetik balasan untuk Kuroko. "Ya Tetsuya. Oyasumi. Have a nice dream."

Send.

"Dari siapa Sei-chan? Kok Sei-chan kelihatan seneng banget." Mibuchi berniat mengintip smartphone Akashi. Tapi terlambat. Sudah masuk kantong. Mibuchi merengut jadinya.

Akashi iseng menatap kelantai dua. Tersenyum kembali ketika melihat Kuroko tengah melambai ke arahnya sambil tersenyum kecil. Akashi lalu membalas lambaian Kuroko dan kemudian memasuki mobilnya.

'Semoga kita bisa bertemu lagi Tetsuya. Saat itulah kau akan menjadi milikku.'

TBC

Nyahahaha.. hadir kembali dengan fic super gaje :D

Sebelumnya ingin mengucapkan terima kasih banyak buat readers yang sudah mau baca ya. Err kalau ada sih XD

Fic ini saya persembahkan untuk anak saya Akashi Seijuro yang hari ini berulang tahun ^^ happy birthday anakku. Semoga bertambah tinggi, makin ganteng dan makin absolut :v langgeng terus bareng Tetsuya ^^ Love You :*

A/N (2): mungkin fic ini bakal jadi Twoshoot atau lebih. Tergantung mood nulisnya :D

RnR

Jja ne~~