.
Note: Mohon maaf sebesar-besarnya kalau fic ini menyinggung beberapa pihak. Saya gak bermaksud, tapi apa yang saya tulis ini hanya bermaksud untuk menghibur.
Note 2: Anggap saja di fiksi ini, yang ada turunan Arab-nya nama mereka tuh nama Arab(?) /plak.
.
.
.
Jamaah itu orang yang shalat di masjid. — Marbot Masjid, 29 tahun.
Jamaah? Alhamdu? Lillah — Ustad, xx tahun.
Jamaah itu orang yang ada turunan Arab-nya. Cakep, tapi bulunya banyak. — Pelajar, tetanggaan sama orang turunan Arab, 15 tahun.
Jamaah? Ya, kira-kira beginilah sepotong kisah mereka.
.
.
.
Disclaimer: All of the characters and NARUTO itself are Masashi Kishimoto'sbut the story is purely mine.
Warning: AU, plot rush, many undeteccable typo(s), OoC, nista, garing gilz, bahasa ga baku, a la Indonesia, versi arab(?), ada konten islami nyempil, etc.
.
.
.
Jamaah Konoha
.
.
.
Namanya Uchiha Sasuke, alisnya tebel kayak mebel bikin sebel. Rambutnya hitam wajahnya seram. Kulitnya putih bak kadaver berjalan. Dia memiliki darah ... Arab tjoy.
Enggak. Bukan mentang-mentang Drama Turki lagi hits di Tanah Air, Author jadi ikut-ikutan bikin fiksi Arab-arab-an. Tapi boleh lah Drama Turki yang ditayangkan di salah satu stasiun televisi pukul setengah dua belas siang yang sering ngaret karena acara gosip—oke stop.
Jadi, Sasuke dari fam Uchiha ini sedang menyuci mobilnya di Minggu pagi yang cerah sampai membuat wajah merah-merah karena gerah. Padahal mobil sport itu sudah terlihat kinclong tapi masih aja dilap-lap.
"Sas, lo ngapain ngelap mobil sampe empat jam? Bisa ilang itu mobil kebanyakan dilap," omel Mikoto mengerutkan alisnya. Mikoto adalah ibu yang melahirkan Sasuke. Arab juga makanya Sasuke gantengnya gak ketulungan. Dapet gen bagus ini orang, Bapak ada Arab-nya, Emak juga.
"Hn," balas Sasuke acuh tak acuh masih fokus ngelap Bebeb-nya.
Mikoto membenahi kerudungnya, "Astaghfirullah, lama-lama lo gue nikahin sama mobil dah," sembur Mikoto greget. Ini anak bungsu satu kayak masih diminumin susu.
"Umi, ke pasar saja sana."
Astaghfirullah ... dosa apa Mikoto punya anak durhaka macem Sasuke. Mana nyusahin, udah umur tiga puluh tiga masih aja jomblo. Udah tua nyebelin pula, minta dikembalikan ke Yang Maha Kuasa. Astaghfirullah, sabar, Mikoto.
"Sas ... dengerin Umi. Ente mau Umi kenalin sama anaknya temen Umi. Nggak apa-apa deh biar ahwal juga, Umi sama Abi udah ikhlas ... biar lo cepet zuwad," Ini jauh lebih baik daripada Sasuke bener-bener menjadi bujang buluk bin lapuk. Padahal kece tapi rese. Ahwal itu orang yang tidak memiliki darah Arab. Karena biasanya jamaah (orang berketurunan arab) hanya akan dinikahkan dengan jamaah agar mempertahankan keturunan.
Ingin rasanya Umi Mikoto mengambil sendal dan menyabet anaknya saat ini. Biar kata ganteng tapi kalo durhaka ga ketulungan gini apa lah artinya. Masa ya, masa Mikoto dikacangin. Sakit hati Mikoto, astaghfirullah ... dosa apa yang telah ia lakukan selama lima puluh tujuh tahun hidup. Apa? Dia belum tua! Belum.
Mikoto mengikuti arah pandang anaknya. Masalahnya anaknya sampe zonk begini. Sok ngelapin mobil tapi matanya memaku pada ... sesosok perempuan yang sedang memanggul ransel.
Wanita yang usianya sudah melewati setengah abad itu langsung cengo. Sasuke ... ngeliatin perempuan. Cantik, tinggi, putih, matanya hijau klorofil memesonakan, dan subhanallah pake kerudung.
Kedua manik oniks Mikoto langsung berbinar seketika. Ia mengambil sendal Swallow dan menyabet bahu Sasuke kencang. "Ahay deh! Lo ngeliatin cewek, Sas?! Itu Arab juga alhamdulillaaah." Mikoto menyebut nama Allah, jejingkrakan saking bahagianya. Mana muka ini cewek medok banget Arab-nya. Berkah ya Allah.
Sasuke memutar matanya bosan, ia berdecih, sembari merapihkan peralatan mencucinya. Gila ini manusia niat banget nampang di depan selama empat jam buat nungguin doi.
"Dari marga mana itu? Kenal di mana Sas? Kok nggak pernah diajak ke sini?!"
Sasuke mengabaikan pertanyaan Umi-nya. Dia membawa masuk ember cuci mobilnya tapi kelakuan Umi-nya yang selanjutnya berhasil membuat Sasuke beku di depan pintu rumahnya.
"NENG, SINI, NENG! YANG BAJU BIRU, TANTE MAU KENALAN NIH!"
Sasuke menolehkan kepalanya dengan tatapan horor penuh teror. Di depannya, perempuan cantik itu berdiri dekat pagar rumahnya. Ia memamerkan senyuman manis sambil berbincang dengan ibunya.
"Maaf, Tante, aku mau ngampus dulu, hehe," ucapnya sopan. Ia menundukkan kepalanya agak merasa bersalah juga sungkan. Dalam hati kebingungan juga sih, mendadak diajak kenalan begini. Mana ini tante kok girang banget ya?
"Yah, tapi nanti main ke sini, ya ... main sama Tante. Namamu siapa, Nak?"
Perempuan yang terlihat memesonakan dari jarak sedekat ini hendak membuka mulutnya.
"Bisikin Tante aja, 'kan yang ngajak kenalan Tante," Mikoto memamerkan senyum rubahnya sambil melirik anaknya di belakang.
Mikoto mengangguk-angguk sambil senyam-senyum saat mendengar nama perempuan itu. Haruno Sakura, tjakep.
"Yaudah, ya, Tante—"
"—Panggil Umi aja, Neng ...," potong Mikoto masih senyum-senyum kalem.
Sakura mengerutkan keningnya, meskipun canggung ia tetap melakukannya. "E-eh, iya, Umi ... Aku berangkat ke kampus dulu, ya, assalamualaikum," pamitnya sembari mencium tangan Umi yang baru ia kenal.
"Waalaikumsalam, hati-hati, ya!"
Iris jelaga milik Mikoto mengekor punggung Haruno Sakura sampai perempuan itu hilang ditelan ujung gang sana.
Seringai licik Mikoto berikan pada anaknya yang masih dalam posisi tidak elit.
"Umi," panggilnya Sasuke pelan nan sopan bak anak sholeh. Pret.
"Hn?" tanyanya acuh tak acuh seperti yang biasa anaknya lakukan. Rasain Sas, emang enak.
"Yang tadi namanya siapa?"
Krik, krik.
"Mau tau?"
Pria tampan itu menganggukkan kepalanya beberapa kali. Sok terlihat tidak antusias padahal mah ...
"Kenalan sendiri, sana!"
.
.
.
.
.
.
.
Rima's Cuap Space: AHAHAHA OOC BIN GADANTA. Ngakak juga ngebayangin mereka ada arab-arabnya :'))
Sebelumnya maaf kalau menyinggung pihak-pihak tertentu. Saya gak maksud kok. Karena kalo saya bikin fiksi ini bertujuan buat menjatuhkan pihak yang saya sebut di atas, sama aja saya menjatuhkan diri saya dan keluarga saya because I'm one of them. Ini murni buat entertaining. Ga maksud lebih. Kalo emang pada gak suka bisa aja saya hapus fiksi ini.
Btw, cerita ini dibuat santai. Gak ada tulisan end atau tbc 'kan? Maksudku yaa bisa aja dilanjut tapi dengan OS atau drabble singkat. Sedapet imajinasi aja h3h3 /plak.
Terima kasih yang udah baca sampe sini! Yes I know, garing maks. But gaada salahnya buat berkarya, 'kan? :) mind to rnr? ;D
