Disclaimer:
Semua trademark dalam fanfic ini dimiliki oleh pemegang copyright masing-masing (Kantai Collection oleh Kadokawa/DMM), kecuali plot dan hasil pemikiran penulis. Fanfic ini dibuat hanya untuk hiburan semata dan tidak dimaksudkan untuk mendapatkan keuntungan material apapun.
Peringatan Pengarang:
Fic ini mengandung retcon, info yang diciptakan, dan hal yang tidak canon secara umum. Membaca fic ini dapat menyebabkan ngakak, memiringkan kepala, facepalm, dan dalam kasus ekstrim dapat menimbulkan tersedak. Kehati-hatian pembaca sangat dianjurkan. Penulis berusaha menyajikan komedi, tapi tidak dijamin lucu untuk semua orang.
Jancuk!
A KanColle Drabble Collection
Chapter 1: Bermula dari Sebuah Jancuk
Pagi menjelang di pangkalan Angkatan laut Kure. Houshou baru saja akan membuka restorannya, satu-satunya di dalam pangkalan itu sekaligus tempat yang dituju oleh para Gadis-Armada yang bosan dengan makanan gratis di kantin pangkalan.
"Hai, Bulik Hoshou!"
Sejenak Hoshou tertegun. Ia mendengar namanya dipanggil dari belakang, tapi dengan awalan yang tidak biasa. Pemilik suara itu juga seingatnya sedang tidak ada di pangkalan ini.
"…Ikazuchi-chan?" tanya Houshou sambil berbalik. Benar saja, salah satu dari duet Raiden itu berdiri beberapa langkah di belakangnya, membawa beberapa kantong plastik.
"Iyo~ yok opo kabare?" ujar Ikazuchi sambil tersenyum lebar, sebelum kepala Hoshou yang miring dua puluh lima derajat ke kanan menunjukkan kalau sang perempuan yang lebih tua itu bingung. "Uh, um… Maksudnya, bagaimana kabarnya? Suka lupa kalau aku sudah bukan di Surabaya…"
"Oh," ujar Hoshou dengan ekspresi tercerahkan. "Yah, kabar baik Ikazuchi-chan. Baru kembali dari Surabaya, nampaknya?"
"Iya, tadi malam sampai," balas Ikazuchi sambil tersenyum lebar.
"Itu apa, ngomong-ngomong? Banyak sekali?" tanya Houshou sambil menunjuk kantong-kantong plastik di tangan Ikazuchi. "Terus, Inazuma-can mana?"
"Ina masih tidur, capek katanya. Kata komandan sih, hari ini kami berdua libur," jawab Ikazuchi sambil mengangkat kantong-kantong plastik di tangannya. "Ini? Ini oleh-oleh dari Pakde Timbul. Gila bener deh, orang-orang sana kalo ngasih oleh-oleh nggak kira-kira…"
"Pakde Timbul…?" tanya Houshou bingung.
"Uh, maksudnya Laksamana Timbul. Itu lho, Laksamana Heru Sutimbul yang dulu ke sini studi banding," ujar Ikazuchi sambil tertawa kecil. "Di sana semua orang memanggil dia Pakde Timbul. Artinya kira-kira 'paman mengapung' atau sejenisnya gitu deh…"
"Ooh… pasti beliau disenangi bawahan, kalau begitu," ujar Houshou sambil tersenyum dan mempersilahkan Ikazuchi masuk. "Jadi, yang mana yang untuk saya?"
"Um, sebenernya sih aku mau minta numpang ini di kulkas Bul-… er, Hoshou-san. Di kulkas kantin nggak boleh, terus freezer kulkas asrama udah penuh," ujar Ikazuchi sambil nyengir kuda. "Ini bandeng duri lunak sama bandeng cabut duri. Langsung dari karamba Laksamana Timbul…"
"Err… tunggu, tunggu. Apa itu bandeng?" tanya Houshou bingung.
"Em… Ikan air payau tropis, di Jepang nggak ada. Ini makanan khas dari Surabaya… kalau yang duri lunak, tulangnya bisa langsung dimakan. Kalo cabut duri, itu semacam fillet," ujar Ikazuchi sambil tersenyum dan meletakkan sebagian besar bawaannya di atas salah satu meja. "Dijamin sendiri sama Laksamana Timbul, katanya kalo nggak enak uang kembali."
"Oh…" ujar Houshou manggut-manggut. "Masaknya bagaimana?"
"Digoreng sebentar aja bisa kok Hoshou-san…" ujar Inazuma sambil meregangkan tangan. "Resepnya ada di Ina, nanti dia juga mau ke sini kok."
"Oh, oke," ujar Houshou sambil tersenyum. "Ikazuchi-chan mau ke mana lagi?"
"Nganter jenang buat Komandan," ujar Ikazuchi sambil bersiap keluar pintu. "Di plastik merah juga ada jenang buat Houshou-san kok. Enak kok, tapi agak liat."
"Oh… oke," ujar Houshou sambil tersenyum. "Pintunya ditutup lagi ya, nanti dikira restorannya sudah buka."
"Siap ndan~" balas Ikazuchi sambil tersenyum dan menutup pintu geser itu. Malang, ia tak sadar jari-jarinya masih ada di depan daun pintu yang menutup… dan segera tiga jari itu terjepit diantara daun dan kusen pintu.
"JIANCUUUUK!"
Houshou kembali memiringkan kepalanya sambil tersenyum kecut mendengar teriakan Ikazuchi itu. Mungkin lebih baik dia tak tahu arti teriakan terakhir itu.
A/N: Garing ya? Mungkin. Enjoy~
