Title : Lavenderku
Author : Eka Widiati ( sarangchullpa92)
Genre : Hurt/Comfort & Romance
Warning : Alternate Universe, OOC! (untuk kepentingan plot), Typos, Ceritanya geje XD, Minim dialog

Well,ini fanfic pertama saya yang pake Anime Character. Dan saya masih dalam tahap belajar di dunia tulis menulis ini,jadi mohon bimbingan dari teman teman reader juga author author senior apabila ada kesalahan disini.

LAVENDERKU © eka widiati

Naruto © Masashi Kishimoto

DON'T LIKE DON'T READ

.

Gadis itu, Hyuuga Hinata. Gadis berambut indigo panjang dan tebal dengan wajah manis. Gadis yang kini tengah terbaring lemah diatas sebuah ranjang besar dengan sorot mata penuh muka dan aliran air mata disepanjang pipi putihnya. Tubuhnya terhentak-hentak seiring dengan gerakan -hujaman- brutal dari tubuh seorang pria berambut pirang yang kini tengah menindihnya,menggagahinya.

Aroma alkohol tercium samar menguar dari bibir si pemuda pirang. Kulit kecokelatannya yang berkeringat terlihat mengkilap terkena cahaya lampu. Tampak kontras dengan kulit gadis dibawahnya yang putih pucat. Iris birunya menatap nyalang wajah Hinata. Iris biru yang biasanya cemerlang penuh binar, kini terlihat kelam tertutupi luka, amarah, dan nafsu. Namikaze Naruto, itulah nama si pemuda pirang.

"Sakura-chan."

Lagi. Desahan pelan lolos dari bibir Naruto. Desahan pelan yang mampu membuat Hinata makin tenggelam dalam luka. Hujaman tubuh Naruto makin cepat, hingga membuat Hinata tercekat saat semprotan hangat terasa menyiram bagian dalam kewanitaannya bersamaan dengan ambruknya tubuh Naruto. Demi Tuhan! Dia sedang dalam masa subur saat ini.

Suasana menjadi hening,hanya tersisa suara isakan pelan dari sang gadis Hyuuga. Tatapan matanya tertuju pada lampu yang tergantung ditengah ruangan. Sinar putih lampu menerangi seluruh ruangan, hingga mata Hinata menangkap bayangan sebuah pigura foto yang tergantung disebrang ranjang tempatnya terbaring. Sebuah pigura yang memamerkan dua sosok didalamnya. Sosok pemuda pirang -Namikaze Naruto- nampak tersenyum lebar dengan wajah penuh binar kebahagiaan, tengah merangkul mesra seorang gadis berambut merah muda. Gadis itu kekasih Naruto, Haruno Sakura.

Perih, perasaan itulah yang menggerogoti dada Hinata. Bibirnya melengkungkan sebuah senyum getir. Pikirannya melayang ke beberapa jam sebelumnya. Saat dimana dia tengah berjalan sendirian di sudut taman kota, tempat dimana dia menemukan Naruto tengah berjalan dengan langkah sempoyongan. Ya, pemuda itu tengah mabuk.

Saat itu Naruto berhenti berjalan tepat dihadapan Hinata yang tengah mematung memandangnya. Tatapan mata Naruto tampak tak fokus, jejak air mata tercetak jelas dipipi tannya.

"Hinata-chan."

Gumaman pelan dan sebuah senyum pahit menjadi hal terakhir yang Naruto lakukan, tubuhnya ambruk. Hinata yang kaget hanya mampu menangkap tubuh Naruto kedalam pelukannya. Dan dengan langkah terseok, Hinata memapah Naruto menuju kediaman Namikaze.

Semua terasa berjalan dengan cepat, hingga Hinata berakhir dalam keadaan menyedihkan seperti saat ini. Tubuh telanjang penuh bercak merah dengan darah dan sperma yang mengalir diantara kedua paha putihnya. Dia benar-benar tak kuasa melawan Naruto saat pria muda itu menggagahinya dengan brutal. Dia, gadis lemah berumur 24 tahun yang tak mampu melawan kekuatan pria umur 27 tahun yang tengah mabuk.

Iris lavender Hinata beralih menatap Naruto yang masih terkapar menindihnya. Senyuman getirnya kembali terlukis. Dan dengan perlahan tangan putihnya bergerak membelai lembut surai pirang Naruto.

"Bahkan setelah diperlakukan seperti ini pun,aku tetap tak bisa membencimu Naruto-kun. Kau jahat, kau tau? Sakura yang mencampakkanmu, tapi kenapa kau limpahkan kemarahanmu padaku?"

Air matanya kembali mengalir, tangannya terkepal erat.

"Apa karena aku memendam cinta untukmu kau anggap suatu kesalahan? Karena itukah kau menghukumku seperti ini?"

Isakan kecilnya kini berganti raungan memilukan seiring dengan luka yang makin menghujam ulu hatinya. Mata indahnya perlahan terpejam, tubuhnya kalah dengan rasa lelah dan sakit dihatinya.

- LAVENDERKU -

Saat ini Hinata sedang duduk sendirian di bangku kayu samping kantor tempatnya bekerja. Kedua matanya tertutup dengan kepala menengadah, mencoba menikmati belaian angin sore. Kedua tangan mungilnya memeluk hangat perutnya yang terlihat agak membesar.

Hari ini, hari dimana tepat lima bulan berlalu sejak malam buruknya di kediaman Namikaze. Hinata masih sangat ingat, pagi itu dia terbangun saat merasakan tangan seseorang mengguncang bahunya pelan. Saat membuka kedua matanya, hal pertama yang Hinata lihat adalah ekspresi wajah Naruto yang terlihat shock. Hinata juga masih ingat betul dengan apa yang pertama kali Naruto ucapkan pagi itu. 'Hinata chan apa yang terjadi?'
Perih. Hatinya kembali terasa perih mendengar pertanyaan itu. Apa yang terjadi katanya? Tidakkah dia ingat remua dosanya tadi malam? Seperti itulah jeritan hati Hinata kala itu. Tak ada yang dapat Hinta katakan pada ahirnya. Lidahnya kelu, tenggorokannya tercekat, dan dadanya sesak. Air mata mulai memenuhi pelupuk matanya yang sudah membengkak.

Hinata tersadar dari lamunannya saat merasakan getaran ponsel di saku coatnya. Satu pesan singkat masuk dari Neji -Neji Hyuuga- kakak laki-laki Hinata.

~Hinata kau sudah pulang bekerja? Mampirlah kerumah sore ini, aku, tousan, dan Hanabi merindukanmu.~

Senyum simpul segera terlukis dibibir mungilnya. Benar, sudah lama sejak terakhir kalinya gadis itu pulang ke mansion Hyuuga. Hinata memutuskan keluar dari rumah dan pindah ke sebuah apartemen di dekat kantornya tiga bulan lalu. Tepat setelah Hinata mengetahui dirinya tengah mengandung. Dia sengaja keluar dari rumah karena tak ingin kejuarganya tahu tentang kehamilan diluar nikahnya.

Ingat tentang kandungannya, lagi-lagi malah membuat Hinata kembali mengingat malam terburuknya. Malam buruk yang menyebabkan kehamilannya sekarang.

Hinata mengusap perutnya dengan lembut. Tiga bulan menjalani hidup dengan terus menghindari pertemuan dengan keluarganya dan Naruto. Semua itu dia lakukan karena tak ingin ada yang melihat perutnya yang makin membesar. Bingung tentang Naruto? Tidak perlu. Hinata menghindarinya bukan karena tidak percaya Naruto tak akan mau bertanggung jawab. Hinata percaya, Naruto bukan pria macam itu. Hinata hanya tak mau terjebak dalam sebuah ikatan pernikahan yang hanya berasaskan 'tanggung jawab dan rasa bersalah'.

Hinata memang mencintai Naruto, bahkan sejak mereka masih ditingkat satu saat bersama-sama kuliah di Universitas Konoha. Tapi Hinata tahu, bahwa Naruto masih mencintai mantan kekasihnya, Haruno Sakura.

Ponsel Hinata kembali bergetar. Satu email masuk.

~Hinata chan, kau sungguh tak apa? Kenapa selalu menghindariku? Aku sungguh akan bertanggung jawab saat sesuatu terjadi sesuatu padamu akibat perbuatan tak termaafkanku padamu.~

Hinata hanya mampu menghela nafas lelah. Ini email ke seratus dua puluh yang Naruto kirimkan sejak empat bulan lalu. Setiap hari, dan isinya selalu sama.

"Aku tak menginginkan pertanggung jawabanmu Naruto-kun. Aku mencintaimu. Yang aku inginkan adalah hatimu yang juga mencintaiku. Aishiteru Naruto-kun."

Tidakkah kau terlihat seperti pengemis cinta Hinata?

To be continue.