Disclaimer: Owned by JK Rowling.

Pairing: DraMione

Notes: Hai, ini fic-ku yang pertama, jadi kalo masih ada kekurangan mohon dimaklumi ya. Ceritanya tentang Draco, Hermione, dan karakter Harry Potter lainnya yang melanjutkan tahun ke tujuhnya di Hogwarts, setelah perang dengan Voldemort. Di sini status darah udah di hapus, hubungan Slytherin sama Gryffindor juga udah membaik walaupun masih ada persaingan. Oia, di sini Draco sama Hermione jadi Ketua Murid Hogwarts. Hmm.. apalagi yah? Duh bingung, mendingan baca sendiri aja deh ya. Happy read all :))

My Enemy, My Rival, and My Love

Pagi itu, Hermione bangun dengan perasaan suntuk. Ia masih mengantuk karena semalam begadang untuk menyelesaikan esai Transfigurasi tentang 'Mengubah Sebuah Kursi Menjadi Seekor Merak' sepanjang satu setengah meter. Sebenarnya Hermione telah menyelesaikan tugas itu dari seminggu yang lalu. Hanya saja, kemarin seseorang – entah benar atau tidak – tanpa sengaja menumpahkan segelas coklat panas pada perkamen tugasnya, saat ia sedang memeriksa tugas itu.

Hermione menghela nafas, ia bangkit dari tempat tidurnya menuju ke arah jendela kamarnya. Dari situ Hermione dapat melihat pemandangan dari ketinggian 200 meter. Saat ini, ia adalah ketua murid, sehingga mengharuskannya tinggal di ruang ketua murid yang memang terletak pada menara tertinggi yang ada di Hogwarts. Ia menikmati hembusan angin yang menerpa wajahnya dan membuat pipinya terasa sejuk.

"Hei Granger, apa kau sudah bangun?" teriak seseorang sambil mengetuk pintu kamarnya.

Hermione segera memakai jubah tidurnya dan membuka pintu kamarnya. Ia mendapati seseorang sedang berdiri di depan pintu. Pemuda dengan rambut pirang platina, wajah – yang menurut gadis-gadis – mempesona, tubuh yang atletis, dan saat ini tengah menampilkan senyum menyebalkannya. Draco Malfoy. Si Pangeran Slytherin, pewaris tunggal keluarga Malfoy yang tampan, sang Cassanova, dan julukan-julukan lain dari – yang menurut Hermione – gadis tak berotak yang memujanya. Dia adalah si Ketua Murid laki-laki, dan dialah yang telah menumpahkan segelas coklat panas ke atas tugas Hermione itu.

"Sudah, kau sudah lihat sendiri kan? Ada apa?" tanya Hermione ketus.

"Hmm... buatkan sarapan untukku." kata Draco, dan cengirannya bertambah lebar saat mengatakan itu.

"Hei! Kau pikir aku ini peri-rumah apa?" kata Hermione marah. "Lagian kan kau bisa turun ke Aula Besar dan mendapatkan sarapan di sana!" lanjutnya.

"Well, aku belum mandi dan aku sangat lapar 'sekarang'" kata Draco lagi dengan penekanan pada kata 'sekarang'.

Hermione mendengus, tapi ia berjalan ke dapur dan mulai menyiapkan sarapan untuk Draco. Ia menggoreng telur dan memanggang roti, ia juga membuat coklat panas. Dan semuanya ia buat untuk dua porsi.

"Hei.. mengapa kau membuat sarapan dalam dua porsi, Granger?" tanya Draco saat Hermione mengantarkan sarapannya ke Ruang Rekreasi ketua murid.

"Yang satunya lagi untukku." jawab Hermione datar.

"Bukannya kau turun ke Aula?" tanya Draco lagi, dan pertanyaannya kali ini membuat Hermione sedikit sebal.

"Aku tidak ke Aula pagi ini, 'seseorang' telah merusak tugasku, jadi aku masih harus memeriksa lagi apakah tugasku itu sudah sesuai atau belum." kata Hermione ketus dan dengan wajah cemberut. Draco menyeringai lebar ketika Hermione mengatakan hal tersebut, dan itu membuat si Ketua Murid perempuan semakin kesal.

Hermione duduk di sebelah Draco untuk memakan sarapannya, sampai ia menyadari satu hal. Draco tidak memakai baju atasan, alias bertelanjang dada dan memperlihatkan tubuhnya yang atletis. Ia hanya memakai celana training panjang berwarna hijau silver. Sebenarnya, Hemione sudah cukup sering melihat penampilan Draco yang seperti itu sejak mereka berbagi ruang Ketua Murid. Tapi tetap saja, Hermione jengah melihatnya.

Ia masih menatap Draco dengan tatapan yang-benar-saja-kau, sampai Draco menoleh kepadanya. "Apa?" tanya Draco.

Hermione menggeleng seolah ada nyamuk yang berterbangan di atas kepalanya. "Apa kau tidak bisa berpakaian yang err.. lebih tertutup?" tanya Hermione.

Draco menaikkan sebelah alisnya sebelum berkata, "Itu hak personalku kan? Kau tak berhak mengaturku, urus saja urusanmu sendiri. Dan lagi…" Draco menggantung kalimatnya, membuat alis Hermione terangkat. "Kau pasti menikmatinya bukan? Di luar sana banyak gadis yang akan membunuhmu, jika mereka tahu betapa beruntungnya dirimu dapat melihat pemandangan seperti ini. Setiap hari lagi." lanjut Draco sambil memamerkan seringai mengejek. Hermione mengeluarkan suara seolah mau muntah sebelum akhirnya menyantap sarapannya.

"Granger?" kata Draco tiba-tiba.

"Apa?" jawab Hermione.

"Bagaimana kabar si Weasley?" tanya Draco yang membuat Hermione tersedak sarapannya. Kemudian Hermione menatap Draco dengan tatapan tidak percaya.

"Ada apa kau? Tiba-tiba bertanya tentang Ron? Emm.. atau kau bertanya tentang Ginny?" tanya Hermione agak sedikit ragu tentang siapa yang dimaksud Draco.

"Well, aku bertanya tentang hubunganmu dengan si Weasley yang laki-laki. Aku jarang melihatmu bersama dia akhir-akhir ini." kata Draco.

"Huh, apa pedulimu!" kata Hermione ketus lalu menyuap lagi roti isi telurnya. Suasanapun menjadi hening. "Kami sudah putus." lanjut Hermione pelan.

"Oh, sayang sekali. Padahal kalian pasangan yang bagus untuk dikerjai." kata Draco cuek, dan kali ini membuat Hermione mendelik sadis ke arahnya. "Kenapa memangnya?" tanya Draco.

"Maaf?" tanya Hermione bingung.

"Kenapa kalian putus?" tanya Draco lagi.

"Aku rasa kami tidak cocok. Ia sulit sekali diajak serius, sedangkan aku? Aku selalu serius menanggapi apapun. Bukan berarti aku tidak bisa bercanda loh." terang Hermione dan menambahkan dengan terburu-buru pada kalimat terakhir. "Kami memutuskan untuk tetap bersahabat seperti dulu saja." lanjutnya lagi.

Hermione memandang Draco dengan perasaan heran. Ia bingung, kenapa Draco tiba-tiba bertanya tentang hal itu kepadanya.

Draco menatap Hermione dengan satu alis terangkat. "Teman-temanku sering membicarakan kalian. Aku hanya ingin tahu kebenarannya saja, bukan hanya sekedar gosip. Apa sih yang kau pikirkan?" kata Draco dengan nada mengejek seolah memberikan jawaban kepada pertanyaan Hermione yang tersirat pada wajahnya.

"Well, tidak... Hanya saja aku baru tahu kalau anak-anak Slytherin juga sangat suka bergosip. Yang laki-lakinya terutama." sindir Hermione.

"Kau pikir aku peduli padamu? Hah, seperti tidak ada seseorang yang lebih baik untuk dipedulikan saja." kata Draco dengan tatapan mencela. Dan saat Hermione memutar kedua bola matanya, Draco menyeringai lebar. Seringai yang menurut Hermione sangat-sangat menyebalkan, namun mempesona bagi gadis-gadis lain.

"Sudah, aku mau mandi. Selamat memeriksa tugas Miss Granger." kata Draco sambil tersenyum jahil sebelum ia bangkit berdiri untuk pergi, mandi. Hermione mendengus kesal melihatnya.

-o0o-

Hermione sudah berada di kelas Transfigurasi bersama dengan yang lainnya. Ia duduk di antara Harry dan Ron seperti biasa. Ia berhasil memeriksa tugas-tugasnya di saat-saat terakhir. Sebenarnya, ia tidak perlu melakukan itu. Ia mengerjakan tugas-tugas itu dengan sangat baik dan detail. Hanya saja, memang sudah sifat Hermione yang selalu merasa ada yang kurang ia jelaskan pada tugas itu. Dan ia menginginka tugas-tugasnya sempurna.

"Duh, tugasku payah. Aku bingung menjelaskan tata cara megubah kursi itu dan segala tetek-bengeknya. Aku sampai memperbesar tulisanku, dan itu terlihat menyedihkan." keluh Ron.

"Aku juga, Ron. Tugas ini membuatku pusing." kata Harry.

"Huh, kalian berdua ini. Selalu saja seperti biasa. Tugas apa sih memangnya yang tidak membuat kalian pusing?" kata Hermione sambil menggeleng-gelengkan kepalanya.

"Yah... mungkin. Kau juga pasti seperti biasa Hermione, menghasilkan tugas dengan penjelasan yang lengkap dan detail." kata Harry mengerling Hermione.

"Oh, jangan lupa. Yang akan menghasilkan nilai Outstanding." sambung Ron sambil nyengir.

Hermione hanya tersenyum mendengar perkataan kedua sahabatnya. Mereka berdua benar. Semuanya tetap seperti biasa, persahabatan mereka masih berjalan baik, walaupun Ron dan Hermione sudah putus dan sempat bertengkar hebat waktu itu, tapi mereka tetap bersahabat, seperti yang dulu mereka lakukan – walaupun memang masih ada yang mengganjal, tapi Hermione yakin akan baik-baik saja. Dan hal baiknya, saat ini hidup mereka lebih tenang tanpa adanya teror dari Voldemort. Harry masih menjalin hubungan dengan Ginny, dan Ginny masih meminta pendapat dari Hermione. Semuanya masih sama seperti dulu.

Namun ada hal yang mengusik Hermione, ia merasa ada yang ganjil. Tentu saja, ia kini adalah Ketua Murid. Ia tidak tinggal lagi di asrama Gryffindor – walaupun ia masih di perbolehkan untuk menginap di sana. Ia harus tinggal di ruang Ketua Murid dan tidur di kamar yang ada di ruang itu. Dan lagi, ia harus berbagi ruangan dengan Draco Malfoy. Musuh bebuyutannya dari kelas satu. Draco memang bersikap 'sedikit' lebih baik kepada Hermione sekarang. Tapi ia masih tetap menyebalkan dan terus mengganggunya seperti dulu dan kadang-kadang juga menggodanya – Hermione memutar matanya mengingat hal itu. Dan Hermione merasa akan ada sedikit perubahan dalam hidupnya karena si Slytherin itu.

"Hermione... kau melamun?" tanya Ron sambil melambaikan tangannya di depanwajah Hermione.

"Oh, sedikit.." jawab Hermione.

"Haaah.. pagi-pagi sudah melamun. Seperti gadis-gadis bodoh itu saja." kata Ron

"Tapi kau suka kan pada gadis-gadis bodoh itu... lagian aku tidak melamunkan sebuah kisah cinta seperti yang mereka lakukan, Ron." kata Hermione dengan senyum menggoda.

"Hah? Apa maksudmu?" tanya Ron bingung.

"Kudengar, kau dekat lagi dengan Lavender Brown. Bukankah dia termasuk gadis-gadis seperti itu?" tanya Hermione, dan senyumnya semakin melebar sekarang.

"Kau tahu dari mana?" tanya Ron gugup.

"Ah, kau seperti tidak tahu saja, di sini kan gosip cepat sekali menyebar. Cepat sekali kau melupakanku, Ron. Kau tahu? Kau menyakiti hatiku. Hahaha..." kata Hermione lagi. Ia tertawa sekarang.

"Apa?" kata Ron, ia tampak sangat kaget dengan perkataan Hermione barusan.

"Ssst... McGonagal datang." kata Harry memotong pembicaraan mereka.

Pembicaraan merekapun terhenti dan mereka mulai belajar yang diawali dengan mengumpulkan tugas yang mereka kerjakan – dengan sindiran bagi mereka yang mengerjakan tugasnya dengan tidak cukup baik. Kemudian, mereka mulai mempraktekan tugas itu dan beberapa murid menciptakan kehebohan karena kesalahan yang mereka lakukan, seperti membuat kursi itu memiliki ekor dan kaki, alih-alih merak. Dan kursi itu berlari kesana-kemari dan menabrak banyak sekali barang-barang dengan tak terkendali, sehingga beberapa murid menjerit ketakutan saat kursi itu berlari ke arah mereka., dan suasana menjadi gaduh.

"Hermione!" panggil seseorang saat pelajaran Transfigurasi usai. Tampak seseorang berambut merah menyala berusaha keluar dari kerumunan murid-murid lainnya. Ron.

"Ada apa Ron?" tanya Hermione.

"Aku mau bicara soal yang tadi." jawab Ron.

"Hmm...?" sahut Hermione singkat.

"Umm... apa kau benar-benar sakit hati?" tanya Ron lagi. Hermione mengerutkan keningnya seketika saat Ron bertanya. Tapi kemudian Hermione memasang wajah ceria.

"Oh Ron... aku kan hanya bercanda. Aku hanya menggodamu."jawab Hermione.

"Tapi, aku benar-benar... kau tahukan? Dengan Lavender..." kata Ron gugup.

Hermione tertawa kecil. Lalu ia berkata, "Ia, aku tahu kok."

"Lalu, menurutmu? Apa tidak apa-apa?" tanya Ron ragu.

"Yah... Lavender memang kadang menyebalkan. Tapi dia tetap gadis yang baik Ron. Ia juga sangat menyayangimu." terang Hermione.

"Jadi kau setuju?" tanya Ron lagi.

"Tentu saja." jawab Hermione sambil tersenyum. Tapi hatinya merasa ada sesuatu yang mengganjal saat ia mengatakan hal itu, namun segera ditepis oleh Hermione.

Tiba-tiba, ada seseorang yang memukul kepala Hermione dengan sebuah buku yang tebal. "Aww..!" jerit Hermione. Dan saat ia membalikkan badannya, tampak sosok seseorang yang membuatnya kesal akhir-akhir ini.

"Hei Malfoy, seenaknya saja kau!" kata Ron, mencoba membela Hermione.

"Ah... maaf mengganggu kalian. Tapi aku harus mengingatkan nona yang satu ini, kalau sekarang adalah saatnya ia bertugas patroli bersamaku." kata Draco datar.

"Seperti kau peduli dengan patroli dan tugas-tugasmu sebagai Ketua Murid saja!" bentak Ron.

"Yah, memang tidak. Tapi aku tidak mau disalahkan saat ada yang melanggar peraturan karena kami tidak patroli gara-gara Nona-Kebanggaan-Gryffindor yang satu ini sedang asik berduaan." kata Malfoy sambil memamerkan seringai khasnya.

Ron sudah mau marah dan memaki Draco saat Hermione menahannya. "Sudah Ron. Abaikan saja omongannya, aku pergi dulu ya..." kata Hermione menenangkan Ron, kemudian ia pergi bersama Draco untuk melakukan patroli.

"Dasar Ferret!" umpat Ron.

Draco dan Hermione berjalan disepanjang lorong Hogwarts. Setelah memastikan mereka sudah jauh dari jangkauan penglihatan maupun pendengaran Ron, Draco mulai bicara.

"Kau membiarkan Weasley dengan Brown? Kau ini sok baik, sok tegar atau memang kau bodoh sih? Pada akhirnya kau pasti akan menangis juga nantinya, lihat saja." ejek Draco.

"Cowok-cowok Slytherin memang tukang gosip ya ternyata, dan tukang nguping" balas Hermione dingin.

"Hah! Aku bertaruh. Kau pasti akan menangis kalau kau sudah melihat mereka jalan berdua dan menunjukkan kemesraan di antara mereka." kata Draco.

"Dan aku berjanji pada diriku agar tidak melakukan hal itu." tantang Hermione.

"Oh, baiklah... jadi kita benar-benar bertaruh ya?" tanya Draco

"Siapa takut." jawab Hermione.

"Dan kau jangan menyesal nantinya." kata Draco lagi.

-o0o-

Hermione menghempaskan tubuhnya ke atas sofa di Ruang Rekreasi ketua murid. Ia lelah sekali. Seharian ini guru-guru di Hogwarts sedang tidak bersahabat, mereka semua memberikan pelajaran yang cukup rumit dan tugas-tugas yang menumpuk. Belum lagi tugas sebagai ketua murid untuk menjaga ketertiban di sekolah, ditambah dengan tantangan dari Draco yang mau tidak mau membuatnya kepikiran. Hermione yang tadinya sudah sangat yakin bahwa dirinya sudah bisa merelakan Ron, sekarang menjadi sedikit ragu.

Ia jadi bertanya-tanya pada dirinya sendiri. Apakah ia sanggup? "Ya." Ada bagian dari dirinya yang berkata demikian.

"Secepat itu?" kata bagian dari dirinya yang satu lagi.

"Ya" katanya lagi.

"Tidakkah kau ingat saat-saat kalian masih bersama dulu?" tanya suara itu lagi.

"Tentu saja. Tapi..." ada jawaban, tapi menggantung di tengah-tengah.

"Kau masih mengingatnya kan?"

"Ia, tapi aku..."

"Kau masih belum melupakannya. Belum benar-benar melupakannya. Itu sudah cukup menjelaskan."

"Menjelaskan apa?"

"Kau tidak akan benar-benar baik-baik saja."

"AARRRRGHHHH..." Hermione menjerit frustasi. Ia mengacak-acak rambutnya dan menutup mukanya dengan kedua telapak tangannya.

"Sedang apa kau?" tanya sebuah suara. "Kau mau membuat rambutmu tampak seperti sarang burung ya? Kupikir seperti semak saja sudah cukup mengerikan." lanjutnya dengan nada mengejek yang dapat membuat seseorang langsung menghajarnya bila tak mampu menahan emosi.

Hermione membalikkan badannya, dan ia menemukan sosok Draco Malfoy tengah menatapnya dengan senyuman mengejek.

"Bukan urusanmu!" bentak Hermione.

Senyum Draco sekarang berubah menjadi senyum sinis kepadanya, "Sudah, mengaku kalah saja." kata Draco.

"Apa?" tanya Hermione, wajahnya menunjukkan dengan jelas bahwa dia bingung.

"Soal taruhan yang tadi" kata Draco lagi, dengan senyuman yang kian melebar di wajahnya.

Hermione menghela nafas panjang, kemudian ia menunduk. "Tidak akan." katanya pelan. Kedua tangannya saling bertaut dan jari-jarinya saling mencengkram erat. Ia mulai merasa marah karena Draco mengungkit-ungkit hal yang ingin ia buang dari pikirannya sejak tadi.

"Hah? Apa?" tanya Draco seolah-olah ia tidak mendengar apa yang barusan Hermione ucapkan.

"TIDAK AKAN!" bentak Hermione kepada Draco. Wajahnya memerah karena marah, dan wajahnya menunjukkan kalau dia lelah.

"Well, kau akan menyesal nanti." kata Draco tenang sambil terus tersenyum kepada Hermione.

"Menyesal kenapa?" tanya Hermione sinis, ia mendelik ke arah Draco. Ia berusaha menahan emosinya.

"Karna kau akan kalah." kata Draco tepat di telinga Hermione, dan suaranya hanya berupa bisikan. Ia lalu duduk di sebelah Hermione.

Hermione berdiri tiba-tiba, tepat saat Draco duduk. Draco dengan santai meletakkan sebelah tangannya di atas sandaran sofa. "TIDAK. TIDAK AKAN! AKU TIDAK AKAN KALAH, MALFOY. TIDAK AKAN! KAU AKAN LIHAT NANTI!" Hermione sudah tidak dapat menahan emosinya lagi. Ia bergegas masuk ke kamarnya dan membanting pintunya, meninggalkan Draco di Ruang Rekreasi sendiri.

"Gadis bodoh." kata Draco setelah Hermione masuk ke kamar.

-o0o-

Draco menutup pintu kamarnya. Ia menatap dinding yang di baliknya adalah kamar si Ketua Murid perempuan sambil tersenyum. Ia sangat senang, hari ini ia mengganggu Hermione habis-habisan. Membuatnya marah adalah kesenangan tersendiri bagi Draco.

Ia sengaja bertanya tentang hubungannya dengan si Weasley itu tadi pagi. Tapi, ia tidak mendapatkan hal yang ia inginkan. Ekspresi gadis itu datar. Tapi Draco tidak percaya begitu saja dengan apa yang ditunjukkan oleh wajah Hermione tadi pagi. Jadi, ia mencoba mengomporinya dengan taruhan tentang apakah ia sanggup melihat mantannya itu dengan gadis lain yang notabenenya adalah mantan si cowok sebelum dengan Hermione. Dan reaksinya di luar dugaan. Gadis itu terlihat gelisah dan kepikiran, namun ia masih tetap berusaha untuk menyembunyikan hal itu. Namun Draco terus saja memancing Hermione. Sampai akhirnya, emosi si gadis meledak. Draco semakin yakin dirinya akan menang.

Draco jadi teringat, saat Hermione bicara pada Ron sewaktu pelajaran Transfigurasi. Tadi ia duduk di belakang The Golden Trio Hogwarts, tapi mereka tidak menyadarinya. Dan ia tanpa sengaja mendengar percakapan mereka. Menurutnya, dari awal Hermione sudah memancing di air keruh. Ia mencoba menggoda Ron dengan bicara tentang Lavender. Wajahnya memang terlihat biasa – terlihat bahagia malah – tapi Draco menyadari ada sesuatu yang ganjil pada ekspresi Hermione. Belum lagi saat Hermione mencoba meyakinkan Ron bahwa akan dia baik-baik saja walaupun Ron kembali pada Lavender. Dan Ron terus saja bertanya pada Hermione untuk meyakinkan Hermione dan dirinya – tentu saja – bahwa semuanya akan baik-baik saja. "Dasar gadis bodoh." kata Draco, dan cowok tidak peka. Tambahnya dalam hati.

Draco melepas jubahnya dan menghempaskan tubuhnya ke atas tempat tidur. Ia memejamkan mata dan menutupi matanya dengan punggung tangannya. Ia mencoba merilekskan tubuhnya yang cukup lelah. Tapi ia tersenyum sendiri. Ia sedang merencanakan apa yang akan diinginkannya dari Hermione sebagai hadiah , ia sudah sangat yakin akan menang. Dan Draco akan memastikan hal itu.

-o0o-

Notes : Huaaah... setelah segala daya dan upaya yang dikerahkan, juga dengan linangan darah dan airmata. Akhirnya Chapter ini selesai juga (lebay, padahal baru 1 chapter). Oia, di sini Lavender Brown nggak mati kayak yang di film Harry Potter ketujuh. Gomen juga nih kalo masih banyak kesalahan, New Comer soalnya .V. Dimohon juga ya kritik dan sarannya. Chapter keduanya, masih belum tau kapan. Baru mulai proses, sama tergantung review-nya. Jadi jangan lupa, di klik Review-nya yah... pleaseeeee *tampang memelas. Hehehe :))