Ini adalah fic pertarungan gaje, siapkan sabuk pengaman demi keselamatan reader.
HAPPY READING ^^
Disclaimer: Pak Masashi Kishimoto Sensei.
Warning: OOC, AU, OC (Monster Danau adalah Oc saiya), Gaje, Gabung, Aneh, Pertarungan kocak, de el el, de es be, e ce te.
By: Uchi Chan Presents.
Once upon time, ono wong loro sing lagi manceng, mereka adalah Itachi dan Hidan. Dengan sangat anteng mereka menunggui kail pancing masing-masing, sudah dua jam lebih mereka menunggui sambil duduk dan terkadang juga tiduran.
"So saka nasi miwo yasa sisani… Jibun rasisa o cikarani…" suara Hidan mulai mengalun "Ma yoina gara demoii…" semakin lama suaranya semakin terdengar aneh karena nada yang dikeluarkan tidak pas dengan ritme asli.
"Kamu itu kalau tidak bisa menyanyi lebih baik diam saja." tegur Itachi yang sudah mulai bosan.
"Haji mani dake… Yume… Mite... Okiru… Sono… Sakinara… Itsuka…" teguran Itachi tak Hidan hiraukan, dia lebih asik menyanyi sambil berbaring di rerumputan hijau. Bau rerumputan mengingatkan ia akan kampung halamannya, ketika ia dan Kakuzu melewati sebuah pinggiran jalan berumput, depan mata mereka terlihat berpuluh-puluh petak sawah yang mulai menguning. Rindunya diriku…
"Terserah kau saja lah…" kata Itachi yang sudah pasrah dengan tingkah kawannya ini. Mau nyanyi, nari, nggitar, de el el terserah ajah.
"Mou ikai!" tiba-tiba Hidan langsung duduk dari tidurnya, setelah ia menyanyikan lirik terakhir dari lagu soundtrack naruto berjudul 'Kanashimi wo yasashisa ni' (Maaf, ya! Liriknya emang saya plesetkan dikit (baca: banyak)).
"Ada apa?" tanya Itachi yang melihat temannya tiba-tiba bangun.
"Gue laper Chi!" jawab Hidan yang ngelus-elus perutnya "Loe tadi kan bawa roti, bagi-bagi dong, Chi!" pinta Hidan yang punya kebiasaan manggil Itachi pake sebutan 'Chi'.
"Iya, tadi aku memang membawa roti tapi, sejam yang lalu sudah kau minta dan kau lahap." terang Itachi. Cowok yang satu ini memang sangat tenang, pembawaan dingin, tatapan yang seolah kosong padahal sebenarnya bermakna sangat lebih, kemudian ucapan yang dia ucapkan juga penuh arti dan mengandung nilai.
"Apah? Jadi udah habis!" tanya Hidan lagi. Sedangkan cowok yang satu ini lebih spesifik dengan sifat semangat, gaya bicara yang seenaknya dan tak pernah memikirkan perasaan lawan bicaranya. Termasuk tipe yang cerewet dan suka bertindak sesuka hati.
"Iya." jawab Itachi singkat.
"Hah…" desah Hidan "Kenapa dari tadi kita gak dapat ikan, sih!" tanyanya yang kemudian merebahkan tubuhnya di rerumputan lagi.
"Mungkin karena kita memancing di tempat yang salah." ucap Itachi. Mata Itachi mulai melihat sebuah tanda yang berada tak jauh dari duduknya, tanda bahwa 'dilarang memancing'. Kemudian Itachi mulai melirik Hidan, ditatapnya cowok yang sedang rebahan dengan tajam (setajam silet!) dan seolah mau berkata -Kita seharusnya tidak memancing di sini-
"Apa sih! Jangan menatapku seperti itu!" bentak Hidan "Lagi pula ini kan danau umum dan tulisan peringatan itu sudah bertahun-tahun yang lalu. Mungkin juga sudah lapuk dan hancur hanya dengan tiupan angin." kata Hidan yang mengalihkan pandangannya ke atas langit bukan untuk memandang birunya langit tapi, untuk menghindari tatapan mata Itachi yang tajam.
Itachi pun juga mulai bosan menatap Hidan maka ia pun ganti memandangi danau tempatnya memancing, teringatlah ia akan masa lalunya. Saat pertama kali ayahnya mengajarkan elemen api 'Gokakyu No Jutsu' itulah salah satu jurus yang dapat ia kuasai hanya dengan sekali lihat.
Tak beberapa lama, tatapan Itachi pada air danau mulai menjadi kecut "Apa itu?" bisik Itachi pelan saat melihat gelembung air bermunculan keluar semakin lama semakin banyak saja.
Sementara Itachi mengamati fenomena aneh tersebut, Hidan malah mulai mengalunkan lirik soundtrack Naruto berjudul 'Nakushita Kotoba'. Tapi, belum sempat Hidan mengucapkan sepatah kata, Itachi sudah menarik lengan Hidan "Ayo pergi dari sini." kata Itachi agak panik dan masih terus menarik-narik lengan Hidan supaya bangun dari tidurannya. Tapi, jangankan bangun bergeming saja tidak.
"Hoy! Loe tuh kenapa sih!" tanya Hidan yang melihat temannya ketakutan kayak habis ngeliat rohnya Sasuke saja.
Udah mau marah aja pada Itachi yang menarik-narik lengannya. Sebelum sempat Hidan memukul Itachi karena sebel, Itachi sudah terlebih dahulu memegang kepala Hidan dengan kedua tangannya dan lalu mengarahkan ke danau. Kemudian terlihatlah oleh Hidan seekor monster naga hijau dengan 8 tentakel panjang layaknya seekor gurita (Bayangin aja kayak Hachibi tapi, kepalanya jadi naga, hayoo, kalo pada gak bisa bayangin, gue becek-becek *ditimpuk aqua galon sama readers*).
"A...Apa itu?" tanya Hidan kaget melihat moster perpaduan antara naga dan gurita. Kemudian Hidan mulai menatap Itachi lagi.
"Ayo kita pergi." ucap Itachi agak panik.
"Tunggu dulu," balas Hidan "Kita tangkap saja makhluk itu, itung-itung buat oleh-oleh pulang ke Markas." tambahnya.
"Ide buruk, aku tak mau makan monster." bantah Itachi mual.
"Tapi, kalo kita pulang dengan tangan kosong, Kakuzu dan ketua pasti marah." tegur Hidan mengingatkan ancaman dari Kakuzu dan Pein.
"Kalo kalian gak dapet lauk buat makan malam, kalian bakalan mendapat hukuman!" bentak Pein memperlihatkan wajah seramnya.
"Dan uang gaji kalian akan aku potong." tambah Kakuzu sadis.
"Iya sih! Tapi, kan..." Itachi jadi bingung.
"Sudahlah! Lagian kasian juga warga di sini nanti jadi gempar karena tiba-tiba muncul monster ." tambah Hidan yang langsung mengeluarkan sabit bermata tiga miliknya.
"Kita ini pemain antagonis, kenapa kamu malah membantu penduduk?" tanya Itachi.
Tapi, Hidan sudah mulai lari ke arah monster tersebut dan berusaha membacoknya.
JLEEEEB
Mata sabitnya mengenai salah satu tentakel monster tersebut, akan tetapi serangan Hidan tak mempan kerena tubuh monster danau itu ternyata amat keras. Bahkan sabit milik Hidan sampai terpental.
"Heh, keras sekali tubuhmu." desah Hidan melangkah mundur.
"Hidan, minggir!" teriak Itachi memperingatkan.
Sekarang giliran Itachi yang tampil, dia mulai membentuk segel dan menyemburkan elemen api 'Gokakyu No Jutsu'
BWHOOOOOSSSSSS
Serangan Itachi mulai membakar tubuh monster itu, bahkan air danau pun ikut terbakar.
"Apa berhasil?" tanya Hidan H2C.
"Tidak, masih belum." ucap Itachi tenang. Dia langsung membentuk segelnya lagi, kali ini Itachi bermaksud menggunakan Amaterasu.
BWHOOOOOOOOSSSSS
Amaterasu membakar bara api Itachi yang sebelumnya hingga membuat air danau menguap. Kedahsyatan api hitam tersebut membuat Hidan jadi mundur beberapa langkah ke belakang.
"Apa berhasil?" tanya Hidan agak kecewa kerena dia tidak kebagian aksi cool.
"Entahlah." jawab Itachi ngos-ngosan.
"Apa kau sudah mau ambruk? Padahal baru dua jurus." ucap Hidan meremehkan.
"Hidan, minggir!" teriak Itachi mendorong Hidan ke belakang
BLAAAAAR
Dalam sekejap, serangan sebuah tentakel hampir saja mengenai Hidan kalau saja Itachi tak mendorongnya ke belakang.
"Hey, kau tidak apa-apa?" tanya Hidan pada Itachi yang masih terkapar di dekatnya.
"Ya, aku baik-baik saja." jawab Itachi mulai bangun.
"Hum, aku tak mau bilang ini. Tapi, thanks dah nolongin aku." kata Hidan agak malu-malu.
Itachi cuma membalas dengan senyuman pada Hidan.
"Heh? Kenapa kau malah tersenyum? Tak seperti kau saja." ucap Hidan meremehkan.
"Kau sendiri sama saja, tak biasanya bilang terima kasih." balas Itachi. Hidan cuma buang muka.
"Baiklah,! Kita lawan monster jelek itu sekali lagi." usul Hidan mulai semangat.
"Ayo!" balas Itachi tak kalah semangat.
Mereka berdua pun melaju ke arah monster setengah naga dan gurita tersebut.
'Akan kuhabisi kau dengan ritual Dewa Jashin ku.' pikir Hidan.
Dia langsung siapkan sabitnya " Kali ini, tamatlah riwayat mu!" teriak Hidan. Dia segera mengayunkan sabitnya dengan kekuatan penuh.
KRETEK
KRETEEEK
Bukan monster itu yang K.O, justru malah sabit Hidan yang retak.
"Apah? Kenapa malah sabitku yang retak!" teriak Hidan kaget.
"Dasar tak pernah belajar dari pengalaman." ucap Itachi yang kini bersiap menyerang.
'Pertama, kecoh perhatiannya.' pikir Itachi melemparkan shuriken berjumlah banyak ke arah monster danau itu. 'Kedua, saat lawan terkecoh kita menyusup diam-diam.' pikir Itachi langsung berlari maju melewati tentakel monster dan menuju ke bagian kepala. Sekarang dia berniat memberikan genjutsu pada Monster Danau tersebut. "Terakhir, lumpuhkan lawan dan habisi." bisik Itachi mengeluarkan Mangekyo Sharingan, menatap mata monster danau itu dan memberinya serangan mental. "A...Apa itu?" bisik Itachi sejenak sebelum mengeluarkan genjutsunya.
DUAAAK
Monster itu mulai kalang kabut tapi, Itachi sendiri malah terlempar kerena terkena hantaman salah satu tentakel Monster Danau yang keras. Rasa sakit menghujam tubuhnya.
"Sial." desahnya yang jatuh dengan kepala di bawah "Tenagaku..." tambahnya yang tak bisa menggerakkan tubuhnya setelah terkena hantaman tentakel monster yang begitu keras.
"Gawat! Kenapa dia malah mau jatuh seenaknya begitu sih!" ucap Hidan sebel dan segera berlari ke arah jatuhnya Itachi untuk menangkapnya.
Akan tetapi, belum sempat Hidan menangkap Itachi yang terjatuh monster tersebut malah sudah melilit Itachi dengan tentakelnya.
"Apa!" teriak Hidan kaget "Sekarang cuma aku yang bebas!" kata Hidan langsung ambil ancang-ancang untuk menghantam Monster Danau tersebut.
"Ukh," Itachi mulai kehabisan napas karena lilitan tentakel Monster Danau tersebut amatlah erat.
"Tenang saja, aku akan segera menolongmu. Sabar saja, ya!" ucap Hidan mulai mempercepat laju larinya "Kalau Itachi punya jurus, aku punya semangat!" teriak hidan mengepalkan tinju.
DUUUAAAAAK
Pukulan Hidan mengenai Monster Danau itu dan dalam sekejap, kepalan tangan Hidan pun langsung mengucur darah.
"Sial!" desahnya kesal dan mundur beberapa langkah kebelakang "Aku masih belum selesai tau!" teriaknya kembali lari menuju Monster Danau tersebut lebih kencang.
"Hi... Hidan pa... Pakailah otakmu sedikit..." ucap Itachi terengah-engah.
"Cih, kau itu diam saja! Aku juga sudah pakek otakku!" bentak Hidan seraya berlari dengan napsu membunuh menuju Monster Danau tersebut "Sayangnya, otakku yang tak mau jalan." bisiknya.
Sekarang Hidan akan mencoba sekali lagi menghantam Monster Danau tersebut.
DUUUAAAAASSSH
Kreek
Serangan Hidan sangat keras tapi, tak sekeras kulit Monster Danau itu.
"Sial," desahnya dan langsung mundur untuk menjauh dari monster tersebut.
Tangan Hidan mulai menucur darah lebih deras dan sepertinya salah satu tulang jarinya ada yang retak.
'Dipukul dari manapun, tubuh monster itu tetap keras.' pikir Hidan mengambil napas.
'Hidan bodoh!' batin Itachi yang melihat temannya sudah kepayahan 'Sial, lukaku dipertarungan melawan Sasuke masih belum sembuh, kalau kugunakan Susano'o malah akan berbahaya. Tapi, kalau tak kugunakan aku dan Hidan akan mati konyol di sini.' pikir Itahi.
Disaat dia sedang berpikir dan menentukan pilihan yang akan diambilnya, tiba-tiba dia ingat akan sesuatu yang aneh. Sesaat sebelum ia menggunakan genjutsu pada monster tersebut, dia melihat sebuah mata di dahi Monster Danau terebut. Mata itu seperti sebuah permata yang memiliki warna merah, mungkinkah itu kelemahannya.
Jika itu memang benar, akan sangat bagus tapi, kalau pun salah, tak ada ruginya jika mencoba untuk menyerang permata itu.
Itachi kemudian mulai berteriak pada Hidan walaupun, rasanya udah sesak untuk bernapas "Dan... Serang permata yang ada... Di dahi monster itu..." kata Itachi terengah-engah.
Hidan yang secara kebetulan melihat ke arah Itachi jadi berpikir sejenak, 'Kayaknya Chi ngomong sesuatu tapi, ngomong apa sih? Bisik-bisik gitu, gue kan kagak denger.' batin Hidan berkerut kening dan masih ngeliat mulut Itachi yang komat-kamit.
"Duh, diliat dari gelagatnya kayaknya si Hidan gak ngerti aku bicara apa, gimana caranya supaya dia mengerti apa yang aku bicarakan? Sementara aku tak bisa bersuara keras." gumam Itachi.
Tak beberapa lama, Itachi mulai menatap jidat Monster Danau tersebut, dia terus menatapnya dan menatap. Membuat Hidan juga melihat apa yang dilihat oleh teman Uchiha nya tersebut.
Sesaat Hidan tak melihat apa-apa tapi, akhirnya dia bisa melihat sebuah batu permata di dahi monster tersebut. Itukah yang ingin Itachi tunjukkan?
Hidan mulai menatap itachi dan Itachi pun mengangguk sambil tersenyum mantab.
"Baiklah, aku mengerti!" teriak Hidan seraya berlari melewati salah satu tentakel Monster Danau tersebut.
Dia terus berlari hingga mencapai kepala, kemudian terlihatlah oleh Hidan sebuah permata merah berkilauan di dahi monster tersebut. Hidan mulai mengepalkan tinjunya dan dengan satu pukulan keras.
DUUUAAAAK
Dia berhasil memukul permata tersebut hingga retak dan nampaknya itu memang kelemahan Monster Danau tersebut. Karena sekarang monster Danau itu mulai kalang kabut kesakitan, bergerak-gerak tanpa haluan yang jelas.
Dan tanpa sadar, Monster Danau itu melempar Itachi yang telah dililitnya tadi hingga terlempar jauh di udara kemudian mendarat dengan keras di tanah.
"ITACHII!" teriak Hidan. Ia mulai berlari menjauh dari monster yang masih kehilangan kendali tersebut. Menuju Itachi yang tekapar di tanah.
"Hey, kau baik-baik saja?" tanya Hidan seraya menggoncang-goncangkan tubuh Itachi yang kini belum bergerak.
"GRAAAAAW!" lengkingan suara Monster Danau tersebut hampir dapat meremukkan gendang telinga Hidan jika ia tak segera menutup ke dua telinganya.
"Terlalu berbahaya di sini, aku harus cari tempat yang agak aman." kata Hidan melihat sekeliling dari tempatnya duduk.
Terlihat sebuah hutan agak jauh dari pemukiman dan tempat itu lumayan cocok untuk menyelmatkan diri, bukan berarti kabur.
Hidan segera membopong tubuh Itachi dan membawanya menuju hutan tadi sementara, dari belakang mereka terlihat Monster Danau menghantan sekelilingnya tanpa kontrol. Tapi, kemudian mulai mengejar Hidan dan itachi.
Hidan sih bisa lari tapi, Itachi masih belum sadarkan diri, kalau ditinggal bakalan langsung mati dalam sekejap.
"Hey, bangun! Disaat penting begini jangan malah enak-enakan tidur dong!" teriak Hidan pada Itachi yang masih terlelap.
DHUUUAAAAR
Tentakel monster tersebut hampir menghantam Hidan namun, untungnya meleset beberapa centi. Kemudian malah membuat Hidan dan Itachi langsung terlempar masuk ke dalam hutan.
"Untunglah kita selamat..." kata Hidan menghembus napas lega. Dia lalu menatap Itachi yang berada di sampingnya "Hey, bangun." kata Hidan menepuk-nepuk pipi Itachi. Namun, Itachi masih belum bergerak 'Jangan-jangan dia mati.' akhirnya pikiran itu mulai muncul di otak Hidan.
Ia segera mendekati Itachi untuk memeriksa detak jantungnya, terasa berdetak namun, lemah.
"GRAAAAAA." suara Monster Danau itu mulai terdengar makin lama kian mendekat ke arah mereka yang sedang bersembunyi di balik sebuah pohon.
Hidan segera mendekap Itachi untuk menghilangkan hawa keberadaan mereka sehingga, tak diketahui oleh monster tersebut. Tapi, suara geraman Monster Danau itu malah semakin mendekat saja.
Bagaimanakah nasib mereka berdua selanjutnya?
WAIT FOR NEXT STORY
Aduh, super aneh, ya? hehehe xp
