Disclaimer: Uta no Prince sama bukan milik Riren. But Little Suprise For You is my original story.
Rate: M
Pair : Jinguji Ren & Hijirikawa Masato slight Ichinose Tokiya & Ittoki Otoya.
Genre : Romance, hurt/comfort, and friendship.
Warning: typo, gak sesuai dengan EYD, adult scene, and many more.
.
.
.
.
LITTLE SUPRISE FOR YOU
RIREN18
.
.
.
.
Seperti biasa hari terasa damai dan tenang. Udara mengalir lembut menyentuh kulit seorang laki-laki muda bersurai sewarna biru dalam samudera. Laki-laki itu duduk di sebuah kursi panjang di taman yang berada di belakang gedung Master Course. Laki-laki itu sedang melamun sambil memikirkan sesuatu, lebih tepatnya seseorang. Seseorang itu membuat kepalanya pusing beberapa hari belakangan. 'Penyakit lama' nya pun muncul kembali meski kini status keduanya sudah resmi menjadi sepasang kekasih. Jika boleh jujur dia merasa marah dan juga sedikit kecewa dengan kelakuan sang kekasih hati. Hijirikawa Masato, nama laki-laki yang sedang pusing memikirkan sang kekasihnya, Jinguji Ren yang mulai berulah lagi yaitu menggoda orang lain, lebih tepatnya perempuan. Masato bukanlah tipe orang seperti Otoya atau Cecil yang selalu blak-blak an. Masato lebih suka diam dan menerima keadaan meski menerima dampak dari menahan hal tersebut.
Sekitar 3 hari yang lalu, secara tak sengaja dia melihat Ren berjalan dengan seorang perempuan cantik berwajah blasteran. Keduanya tampak begitu mesra dengan sang perempuan melingkarkan lengannya di lengan Ren. Tak lupa keduanya tanpak begitu bahagia dengan senyum yang tak lepas wajah keduanya. Tiap kali membayangkan hal itu, Masato selalu merasakan dadanya sesak dan sakit di saat bersamaan. Masato akui dia cemburu pada gadis itu dan marah serta kecewa pada Ren. Padahal Masato selalu setia padanya. Meskipun keduanya terkadang suka beradu mulut karena beberapa hal sepele, yang berakhir pada Ren yang mengalah. Kini Masato merindukan sosok Ren yang suka menggodanya atau menggombalinya. Tanpa sadar setetes air mata jatuh dari kelopak matanya. Tiba-tiba seseorang datang dari arah belakang dan menepuk bahu Masato dengan pelan...
"Masa?"
Ternyata Ittoki Otoya, personil STARISH yang sangat bawel, kepo, tapi bersahabat banget. Otoya merasa aneh dengan Masato dan Otoya merasa semakin khawatir karena tak ada respon dari Masato. Segera Otoya menepuk sekali lagi bahu Masato.
"Masa?ada apa?kenapa kau diam saja?apa kau sakit?"
"Aku tidak apa-apa. Hanya saja mood ku sedang kacau. Maaf Ittoki aku ingin sendiri dulu."
"Masa, jika kau mau bercerita lah kepadaku apa yang kau rasakan saat ini. Jangan memendamnya sendirian. Kita berteman bukan?"
Masato pun mengangkat wajahnya sambil menghapus air mata yang masih menumpuk di pelupuk matanya. Otoya agak terkejut melihat Masato menangis yang entah karena apa. Ekspresi mukanya terlihat sedih dan berbagai emosi yang tak bisa Otota tebak. Secara tak sadar, Otoya memberikan elusan pada punggung Masato, memberikan kekuatan untuk tidak menangis lagi. Tapi, Masato kembali menangis lagi dan membuat Otoya membawa Masato dalam pelukannya.
"Menangislah Masa jika itu membuatmu merasa lebih lega. Menangislah sepuasmu. Setelah itu ceritakan padaku apa yang kau rasakan."
Seketika kemeja yang di pakai Otoya basah pada bagian bahu kirinya. Masato menangis dalam diam, menumpahkan segala kesedihan dan kekecawaannya pada air mata yang keluar. Otoya pun memberikan elusan pada punggung Masato dengan harapan semoga Masato merasa lebih baik.
.
.
.
.
.
Setelah puas menangis, Masato merasa lebih lega dari sebelumnya. Wajahnya tampak sembab dengan hidung yang agak memerah serta mata yang masih terlihat habis menangis. Masato menghirup oksigen dan menghembuskan karbon dioksida keluar.
"Jika kau menanyakan alasan mengapa aku menangis maka aku akan menjawabnya karena Jinguji."
"Kau dengan Ren kenapa?apa kalian bertengkar?"
"Tidak, kami tidak bertengkar. Hanya saja Jinguji membuatku merasa kecewa dan sakit hati."
"Memang Ren berbuat apa?"
"Sekitar 3 hari yang lalu, secara tak sengaja aku melihatnya berjalan bersama seorang gadis. Mereka berdua berpegang tangan dengan mesra dan terlihat sangat bahagia. Karena waktu itu ada di tempat umum aku tak berani menghampiri keduanya. Bukannya apa-apa hanya saja tidak pantas apabila membuat orang banyak merasa risih dengan hubungan kami sekaligus menerima kenyataan terburuk."
"Jadi begitu ceritanya. Masato, dengarkan aku ya. Mungkin yang kau lihat itu adalah sebuah kesalahpahaman. Mungkin saja perempuan itu adalah kerabat atau sauadara jauh dari Ren. Postive Thiking saja. Apa kau tidak percaya pada Ren?"
"Aku percaya padanya tapi setelah melihat hal itu rasa percayaku padanya mulai berkurang. Aku rasa."
"Jangan begitu Masa. Lebih baik kau tanya pada Ren baik-baik soal apa yang kau lihat dan minta penjelasan sejelas-jelasnya dari Ren agar tak salah paham. Bukankah itu lebih baik?"
"Baiklah. Aku akan mengikuti saran darimu Ittoki. Terima kasih sudah mau mendengarkan curhatan ku dan maaf sudah membuat pakaianmu basah."
"Tidak apa-apa. Aku berharap semoga kalian selalu bersama hingga nanti dan tentunya selalu berbahagia juga."
Masato pun bertekad berbicara pada Ren ketika Ren sudah pulang nanti. Masato harap apa yang di duganya adalah salah dan semua bisa kembali seperti semula. Semoga saja.
.
.
.
.
.
.
Tepat pukul 11 malam, pintu kamar Masato, Ren, dan juga Ranmaru terbuka. Ren baru saja pulang sehabis bekerja. Jadwal hari ini sangat sibuk sekali dan memakan waktu istirahatnya. Rasa lelah dan letih pun di rasakan oleh Ren. Ketika hendak ingin berbaring di ranjangnya, dia melihat sang kekasih tidur di atas tatami tanpa alas apapun. Segera Ren menghampiri kekasihnya itu. Ketika menyentuh pipi Masato Ren merasa terkejut sekaligus bertanya dalam hati. Pipi Masato basah dan sembab karena air mata. Dengan perlahan Ren menggendong Masato ala bridal style menuju kasur miliknya. Di taruhnya pelan-pelan tubuh Masato dan Ren ikut berbaring di samping Masato yang sedang tertidur. Tapi, tak lama kedua mata Masato yang masih terpejam mulai terbuka perlahan. Masato pun menoleh ke arah kanan dan betapa terkejutnya dia melihat kekasihnya ada di sisinya. Ren hanya tersenyum simpul dan tak lupa memberikan sebuah kecupan ringan di bibir Masato.
"Tadaima, Masato."
"Okaerinasai, Ren."
"Apa kau menungguku pulang?"
"Ya, aku menunggumu pulang. Tumben sekali kau pulang larut malam."
"Hari ini jadwalku penuh hingga jam 10 malam. Betapa lelahnya hari ini."
"Kau sudah makan?"
"Sudah. Sekitar jam 7 an. Oh, ya, aku mau mandi dulu ya."
"Tunggu..."
"Ada apa Masato?mau ikut mandi bersamaku?"
"Dasar hentai. Aku ingin membicarakan sesuatu denganmu, Ren."
"Baiklah. Tentang apa?"
"3 hari yang lalu, secara tak sengaja aku melihatmu jalan bersama seorang perempuan. Perempuan itu siapa mu?"
"3 hari lalu?. Hmm... aku ingat, perempuan itu adalah teman ku yang menjadi lawan main ku di sebuah acara tv. Apa kau cemburu, Masato?"
"Ya, aku cemburu. Tapi, entah kenapa aku merasa kau tidak merasa bersalah atas sikapmu itu?"
"Merasa bersalah?apa maksudmu?. Aku tidak mengerti. Hal yang wajar bukan jika hanya bergandengan tangan dengan teman sendiri?"
"Wajar ya?. Itu bagimu tapi tidak bagiku. Jadi, untuk hubungan kita lebih baik cukup di sini saja. Aku tidak suka pada seseorang yang tidak setia pada pasangannya."
"Tunggu sebentar, Masato. Apa maksudmu berkata seperti itu?"
"Kau ini bodoh ya, Jinguji?. Intinya hubungan kita berakhir, cukup sampai di sini. Maaf dan terima kasih atas segalanya."
Ketika hendak turun dari kasur milik Ren, secara tiba-tiba tubuh Masato kembali ke belakang karena Ren menarik lalu memeluk tubuh Masato.
"Baiklah. Mari kita putuskan hubungan kita sebagai kekasih karena kita akan memulai hubungan kita sebagai pasangan sehidup semati. Apa kau bersedia, Masato?"
Masato membeku dan terdiam mendengar perkataan Ren barusan. Pasangan sehidup semati?. Jangan bilang maksudnya adalah...
"Ayo kita menikah, Masato. Will you marry me, Masato?"
Ren pun membuka kotak cincin berwarna biru tua yang berisikan sebuah cincin sederhana dengan ukiran M&R di dalam cincin emas putih itu. Masato merasa emosinya bercampur aduk mulai dari kesal pada awalnya tapi kini menjadi bahagia, terkejut, dan terharu. Masato pun memberika jawaban atas pernyataan dan pertanyaan Ren tadi.
"Tidak..."
"Eh? Kena-"
"Tidak salah lagi aku terima lamaran darimu, Ren."
Segera Ren memasangkan cincin itu pada jari manis kiri Masato. Lalu memeluk Masato dan keduanya pun berciuman di bawah sinar rembulan.
"Masato, bolehkah aku memilikimu seutuhnya malam ini?"
"Aku tidak bisa berkata selain berkata ya padamu. Lakukanlah sesukamu, Ren."
.
.
.
.
.
Secara perlahan tapi pasti keduanya pun mulai membuka pakaian yang di kenakan. Ren membuka ikatan obi yukata Masato yang membuat yukata yang di pakai Masato terbuka dan menampilkan tubu Masato yang putih dan mulus. Ren pun memulai ciuman yang panas dengan Masato. Berawal dari saling mengecup bibir secara lembut yang kemudian berubah menjadi pertarungan lidah keduanya. Tentu saja Ren yang memenangkannya. Masato merasakan lidah Ren meliuk dan menari dalam mulutnya yang membuat Masato semakin terlena dalam ciuman mereka. Tak peduli dengan saliva yang keluar dari sudut bibir masing-masing. Keduanya terus berciuman hingga kebutuhan udara menghentikan ciuman tersebut. Ketika Masato masih sibuk menghirup nafasnya, Ren pun mulai mengincar leher jenjang Masato yang putih dan mulus itu. Secara sensual, Ren mencium dan menjilati leher Masato dan hal tersebut membuat Masato mengeluarkan suara indahnya untuk Ren.
"Ahnnn... ja-jangan di si-ahhh.."
"Kau sensitif sekali di sini, Masato. Sebagai hadiah aku akan memberi sesuatu untukmu."
Ren mulai menghisap dan mengigit kecil leher Masato hingga membuat sebuah tanda kemerahan. Tak hanya satu tapi ada beberapa tanda yang di buat oleh Ren dan suara Masato semakin keras terdengar.
Perlahan tangan Ren mulai menelusuri dada Masato hingga berhenti di puncak dada Masato yang mulai mengeras. Di elusnya perlahan dan mulai memutarkannya dengan ibu jari dan jari telunjuknya.
"Nhnnn... Ren..."
"Kenapa Masato?. Kau ingin aku melakukan lebih dari ini pada kedua mungil ini?"
Ren kembali mulai memainkan puncak dada Masato yang satunya lagi dan membuat Masato mendesah semakin kencang.
"Ahnnn...ya... Ren...ahnnn.."
"Baiklah. Nikmatilah pelayanan ku, tuan muda."
Di mulai dengan mencium sekitar puncak dada Masato. Kemudian berubah menjadi jilatan. Desahan Masato semakin kencang kala Ren membuat gerakan berputar pada puncak dadanya dan meliukkan tubuhnya ke arah depan yang tentu saja membuat Ren semakin menggebu untuk bercinta dengan Masato. Selanjutnya Ren mulai menghisap nipple Masato yang berwarna agak kecokelatan. Ren mulai menghisapnya seperti anak bayi yang sedang menyusu pada ibunya. Sementara yang satu lagi sedang di 'manja' kan oleh tangan Ren yang satunya. Desahan Masato semakin membuat Ren ingin langsung ke inti nya tapi Ren tidak mau egois dan membuat Masato merasa senang dan puas atas permainan mereka. Setelah puas dengan kedua nipple Masato, mulut dan lidah Ren mulai bergerak menuju bawah tubuh Masato yang masih tertutupi celana dalam berwarna putih polos. Ren menciumi mulai dari bagian karet yang melingkari pinggang Masato, lalu turun perlahan menuju ke bawah sambil membuka sedikit demi sedikit kaki Masato. Ren merasakan sudah betapa kerasnya 'adik' Masato. Ren khawatir jika Masato akan keluar duluan padahal belum memasuki babak utama.
Tubuh Masato semakin tak bisa diam dan semakin kencang mendesahkan suaranya karena Ren mulai memberikan sentuhan pada 'adik' nya yang tentu saja memberikan rasa nikmat yang tak terkira. Tak lama Ren meretaskan pertahanan terakhir pada tubuh Masato. Ya... kini tubuh Masato sudah telanjang bulat sepenuhnya. Sungguh indah tubuh seorang Hijirikawa Masato, tidak kalah indah dari tubuh seorang gadis. Lihat 'adik' nya Masato terlihat lucu sekali, sudah berdiri sangat tegak mirip tentara dalam posisi siap. Berikutnya Ren pun memberikan sesuatu pada 'adik' Masato. Yes... blowjob.
"Ren... "
"Ya?kenapa Masato sayang?"
"Kau curang."
"Curang?"
"Kau masih memakai pakaian sementara aku sudah tidak pakai apa-apa. Dasar menyebalkan."
"Baiklah. Aku akan membuka pakaianku. Jangan terpesona ya melihat tubuh indah ku."
Ren pun membuka kemejanya dengan cepat dan tampaklah tubuh seorang Jinguji Ren yang terbentuk sempurna dan ideal. Di lanjutkan dengan membuka pakaian bawah yaitu celana bahan pas kaki mulai turun menuju mata kaki. Tampaklah 'adik' Ren yang mulai terlihat tegak dan menggembung di balik celana dalam hitam yang di pakainya. Ren pun melanjutkan rencananya yang tertunda tadi. Ren menundukkan kepalanya menuju 'adik' Masato. Tanpa ragu Ren memasukkanya ke dalam mulut dan mulai melakukan gerakkan maju-mundur. Dampaknya Masato kembali menjerit dan mendesah nikmat.
"Ahhnnn... nikmat...ahhhhnnnn... Ren..."
Ren semakin menambah kecepatan pada gerakannya dan membuat Masato semakin merasa ingin membebaskan yang sejak tadi di tahannya. Tak lupa 'bola' Masato juga ikut di manjakan.
"Ahhhh...Ren... aku... ingin... Ahnnnn..."
Tak lama Masato mengeluarkan cairannya di dalam mulut Ren. Ren pun menelannya dengan senang hati tapi karena terlalu banyak dan deras ada yang keluar dari mulutnya dan ada juga yang terciprat ke wajahnya. Sementara itu Masato merasa pandangan matanya mulai memutih dan terasa berada di dunia yang putih. Ya... Masato telah mencapai orgasme pertamanya. Tentu saja seketika badanya terasa lemas dan lelah seperti habis lari marathon keliling kota.
"Masato... bagaimana rasanya mencapai orgasme pertamamu?"
"Nikmat sekali, Ren. Berikan aku yang lebih dari yang sebelumnya."
"As you wish, dear. Aku harap kamu bersiap dan menguatkan dirimu karena kali ini tidaklah mudah dan sedikit menyakitkan."
"Aku sudah siap dengan apapun."
"Baiklah. Aku akan memulainya."
Ren pun membasahi kelima jari kirinya dengan sebuah cairan bening beroma jeruk dan mint. Perlahan satu jari memasuki lubang kecil milik Masato.
"Aw..."
"Tahanlah... nanti sakitnya akan hilang."
"Ya..."
Satu jari itu memulai gerakan maju mundur di dalam lubang kecil yang semakin mengeratkan jari Ren dari dalam. Tak lama satu jari lagi menyusul memasuki lubang Masato dan jeritan kesakitan Masato semakin nyaring. Setetes air mata jatuh dari pelupuk mata Masato.
"Apa kita perlu menghentikan ini?"
"Ti..tidak. Aku mohon jangan berhenti. Lanjutkan saja."
"As you wish, dear."
Ren pun melanjutkan gerakan pada jarinya di dalam lubang Masato sambil terus mencari titik di mana Masato akan merasa nikmat.
"Ahnnnn... di situ... ya...ahnnnn...Ren.."
"Di sini ya?"
Ren telah menemukan titik di mana Masato memanggil namanya lebih kencang. Di titik itu juga Ren terus melancarkan serangannya hingga membuat Masato kembali mencapai orgasmenya yang kedua. Peluh pun mulai deras mengalir di tubuh dan wajah keduanya. Cairan putih kental terus keluar dari alat reproduksi Masato dan membasahi tangan Ren. Setelah di rasa cukup untuk di masukki, Ren segera membuka celana dalam yang terasa sesak sejak tadi. Dengan cepat Ren membuka celana dalamnya dan kini terlihat 'adik' Ren yang sudah berdiri tegak dan gagah. Masato yang melihat 'milik' Ren hanya bisa terdiam dengan wajah merona hebat. Ren pun mulai melumasi 'adik' nya dengan cairan lubrikasi yang tadi di tuangkan pada jarinya untuk memasuki lubang Masato. Meski sudah terasa lelah, Masato masih dapat melihat dengan jelas 'adik' Ren yang panjang dan besar daripada 'adik' nya sendiri.
"Masato, bolehkah aku memulainya?"
"Ya. Tapi pelan-pelan saja."
"Tenang saja, aku akan lembut memasukinya. Katakan padaku jika terasa sakit, ya."
Masato menganggukkan kepalanya. Ren pun mulai mengarahkan ujung 'adik'nya pada permukaan lubang Masato. Perlahan 'adik' Ren mulai masuk ke dalam lubang sempit Masato. Ren bersusah payah untuk memasukkannya dan baru masuk setengahnya saja.
"Ittai...ittai..."
Masato mulai merintih kesakitan ketika Ren mulai memasukinya lebih dalam. Ren mencium bibir Masato sambil memasuki Masato lebih dalam. Dengan sekali hentakan, 'adik' Ren sudah masuk seluruhnya. Sementara itu Masato pun menangis karena rasa sakit yang di rasakan terlalu sakit dan terasa panas juga. Air matanya pun tak berhenti mengalir dari kedua kelopak matanya. Ren menghentikan gerakkannya sejenak agar Masato terbiasa dan menghilangkan rasa sakit yang di rasakan Masato.
"Maaf. Apa masih terasa sakit?"
"Tidak apa-apa. Ya, masih terasa sedikit. Kau boleh bergerak sekarang, Ren."
"Kau serius?"
"Ya. Tolong penuhi aku, Ren. Aku mohon..."
"Baiklah. Aku akan memenuhimu. Bersiaplah Masato sayang."
Ren pun mulai menggerakkan 'adik' nya keluar lalu memasukkannya lagi ke dalam dengan sekali hentakan. Perlahan tapi pasti tempo gerakan maju mundur yang di lakukan Ren semakin cepat. Semakin cepat semakin keras dan sering Masato memanggil nama Ren dalam tiap desahannya. Ren pun merasa akan sampai pada batasnya dan dia akan mengeluarkan benihnya ke dalam Masato.
"Masato, aku akan segera sampai pada batasku."
"Nnghh...ah... aku...jugahhnnn..."
"Baiklah ayo kita keluarkan secara bersamaan."
Ren pun makin mempercepat tempo gerakkannya. Ren pun telah mencapai batasnya dan tak lama cairan putih kental memenuhi Masato, memberikan rasa hangat dan penuh pasa Masato. Ren pun menghentikan gerakannya secara total dan langsung ambruk di samping Masato. Peluh memenuhi wajah Ren yang terlihat lelah begitupula Masato yang sudah hampir menutup matanya karena sudah sangat kelelahan.
"Aishitteru, Masato."
"Aishitteru yo, Ren."
"Thanks for amazing night, Masato."
"Me too, Ren. Aku merasa bahagia sekali."
"Aku juga, Masato."
Ren pun membawa Masato dalam pelukannya. Mendekatkannya pada dada bidangnya dan menjadikan lengannya sebagai bantal bagi Masato. Kini Ren dan Masato bersiap untuk tidur dengan posisi saling berpelukan dalam balutan selimut tipis. Perlahan keduanya pun terlelap ke dalam alam mimpi. Sungguh malam yang erotis dan panas bagi Ren dan Masato.
.
.
.
.
.
Otoya sedang menikmati sarapan paginya bersama Tokiya, sang kekasih sekaligus room mate nya.
"Otoya..."
"Kenapa Tokiya?"
"Semalam kau mendengar sesuatu tidak?"
"Mendengar apa?"
"Suara yang mencurigakan, seperti desahan atau apalah."
"EH? desahan? Siapa?"
"Ssstt... kecilkan suaramu, Otoya."
"Maaf, suara siapa?"
"Sepertinya dari kamar Ren dan Hijirikawa."
Tak lama yang menjadi bahan pembicaraan sepasang kekasih ini keluar. Seperti biasa Ren terlihat ceria dan menebarkan senyum pada kedua sahabatnya itu. Di sebelahnya ada sang kekasih, Masato yang terlihat agak pucat dan kurang tidur. Tak lupa cara jalannya yang agak aneh.
"Good morning, Ikki, Ichi. Pagi-pagi sudah mesra sekali."
"Good morning, Ren, Masa. Lho? Masa kau kenapa?. Wajahmu agak pucat. Apa kau sakit?"
"Aku baik-baik saja, Ittoki. Sungguh."
"Bolehkah kami berdua ikut sarapan bersama kalian?"
"Tentu saja. Sarapan bersama terasa lebih menyenangkan, ya kan Tokiya?"
"Ya... kau benar."
"Baiklah. Masato kamu mau makan apa?"
"Bubur saja dan air putih."
"Baiklah. Aku akan mengambilkannya."
"Terima kasih dan maaf merepotkan."
"Aku mau ambil minum lagi. Kau mau tambah minum lagi tidak?"
"Boleh. Aku mau orange juice ya."
"Baiklah."
Ren dan Tokiya jalan bersama mengambil makanan dan minuman. Letak tempatnya agak jauh dari meja makan yang mereka tempati tadi.
"Ren..."
"Ya? Kenapa Ichi?"
"Bolehkah aku bertanya sesuatu?"
"Tentu boleh. Soal apa?"
"Apa yang kau lakukan semalam bersama Hijirikawa?"
Ren hampir saja menjatuhkan gelas yang di pegangnya. Pertanyaan Tokiya sukses membuat Ren terkejut setengah mati. Kegiatan tadi malam yang di lakukannya bersama Masato sepertinya agak berisik dan menyebabkan Tokiya mendengarnya.
"Tanpa ku jawab pasti kau tahu, Ichi. Apakah itu mengganggumu?"
"Tidak tapi lebih baik di kecilkan lagi suaranya. Bisa gawat jika yang lain dengar bukan?"
"Iya juga ya. Terima kasih atas saranmu, Ichi. Oh, ya, jangan bilang kau juga sudah melakukannya dengan Ikki ya?"
Wajah Tokiya memerah mendengar pertanyaan usil Ren. Ren pun tertawa melihat wajah Tokiya yang memerah cukup menjadi jawaban atas pertanyaan Ren barusan.
"Cepat juga ternyata. Tak ku sangka Ichi bisa nakal juga."
"Berisik."
Sementara para SEME masih berbincang di dapur, para UKE masih duduk menunggu kehadiran pasangan mereka. Karena suasananya diam, Otoya pun memecahkan keheningan...
"Ne... Masa bagaimana kau dengan Ren?apa sudah berbaikan?"
"Sudah. Kau tidak perlu khawatir lagi. Terima kasih atas saranmu, Ittoki."
"Sama-sama, Masa. Syukurlah jika kalian sudah berbaikkan. Tapi, kenapa jalanmu terlihat agak aneh ya?apa terjadi sesuatu padamu, Masa?"
Masato tidak menjawab tapi wajahnya merah padam akibat mengingat kejadian semalam bersama dengan Ren.
"Jangan bilang kau dan Ren... habis melakukan hubungan sex ya?"
"EH?bagaimana kau tahu, Ittoki?"
Ups. Masato keceplosan atas apa yang terjadi semalam. Tawa renyah Otoya menggema di ruang makan itu. Wajah Masato pun memerah lagi untuk kedua kalinya. Rasa malu lebih mendominasi.
"Aku sudah mengalaminya dan rasanya menyakitkan pada awalnya bahkan aku sampai tak bisa turun dari tempat tidur seharian penuh. Tapi, kau hebat juga bisa jalan sendiri tanpa perlu di papah. Berarti Ren masih bermain dengan lembut ya. Bagaimana rasanya setelah melakukan itu, Masa?"
Masato gelapan dan juga terkejut dengan pernyataan Otoya yang secara gamblang mengatakan bahwa dia sudah melakukan hubungan sex dengan Tokiya bahkan membuatnya hingga tak bisa turun dari tempat tidur seharian. Masato tak menyangka Otoya yang terlihat polos ternyata tidak sepolos yang dia duga, begitupula Tokiya yang ternyata sangat ganas dalam bermain di balik wajahnya yang kalem itu.
"Pada awalnya terasa sakit tapi ketika rasa sakit itu hilang rasa nikmat pun datang."
"Sama sepertiku. Setelah itu terkadang kami suka melakukannya di tempat lain. Seperti di kamar mandi atau di hotel tempat kami menginap. Tenang saja Masa, ketika pertama memang terasa menyakitkan tapi yang seterusnya tidak akan menyakitkan seperti pertama kali."
"Begitu ya. Terima kasih atas infonya, Ittoki."
"Sama-sama, Masa."
Tak lama personil STARISH yang lain datang bersama sang komposer mereka, Haruka Nanami. Tak ada lagi percakapan tentang hubungan sex sesama jenis karena hubungan mereka di rahasiakan dari yang lain dan juga publik. Yang mengetahuinya hanya mereka berempat dan Tuhan saja yang tahu.
.
.
.
.
.
OWARI
.
.
.
.
.
.
Author Note:
Fuah akhirnya selesai juga cerita ini. Sumpah Riren agak gak kuat pas mengetik bagian Masato dan Ren yang sedang melakukan 'itu'. Riren takut feel nya gak dapet dan jadi fail. Jujur ini baru pertama kalinya Riren menulis cerita dengan rate M seperti ini dan rasanya sesuatu sekali. Tapi, Riren masih berjuang untuk belajar menulis lebih bagus tentang BL atau Yaoi #plak. Riren harap cerita ini bisa memuaskan para Fujoshi yang ada di seluruh dunia wkwkwk #plak. Inspirasi cerita di dapat dari kepenatan Riren dalam menghadapi ujian yang masih menanti seminggu lagi dan materinya sangat banyak #curcol. Yasudah akhir kata Riren ucap kan terima kasih banyak karena masih setia membaca cerita buatan Riren yang masih abal-abal dan masih jauh dari kata bagus ini.
Thanks for read my story and review please, minna ↖(^▽^)↗
