Akakuro Family AU

Kuroko no Basuke © Tadatoshi Fujimaki

Original Story © Cielle Ariadne

Warning : cerita ini bukan milik saya tapi milik Cielle Ariadne dengan judul yang sama. Saya hanya mentranslatenya. Jika ada kata-kata yang di rasa tidak pas, terjemahannya tidak tepat atau typo yang bertebaran harap dimaklumi. Dan juga MPREG.

Saya berharap agar mau membaca fic aslinya silahkan cari "Akakuro Family AU" by Cielle Ariadne

Selamat membaca

"Jika Akashi dan Kuroko mempunyai anak..."

Akashi Seijuurou memperhatikan sekitarnya saat salju secara perlahan mengubah sekelilingnya menjadi putih. Hari ini dia memutuskan untuk pulang jalan kaki menuju apartemennya dari pada menggunakan mobil. Dia tidak tahu mengapa, tapi untuk beberapa alasan dia merasa ingin pulang jalan kaki. Saat dia melewati taman, secarik memori berputar dalam pikirannya. Sebuah memori yang tidak ingin dia ingat. Memori saat dirinya dan Tetsuya putus.

"Mengapa" Tanya Akashi, ini tidak masuk akal menurutnya. Dia yang selalu tahu jawaban tentang apapun, namun tidak untuk kali ini.

Mata biru menatap tak beremosi padanya. "Aku sudah tidak menyukai Akashi-kun lagi." Jawabnya monotone.

"Aku tidak percaya padamu." Sanggah Akashi. Dia tidak ingin mendengarnya. Tetsuya pasti bercanda. Tidak mungkin Tetsuyanya berkata seperti itu padannya. "Aku tidak terima."

"Aku tidak memiliki perasaan apapun lagi padamu, Akashi-kun. Aku tidak ingin bersamamu lagi." Kata Tetsuya "...Tolong jangan buat ini semakin berat bagiku Akashi-kun."

"Aku minta maaf Akashi-kun. Aku tidak ingin melihatmu lagi, selamat tiggal." Setelah itu Tetsuya berbalik. Namun sebelum dia pergi Akashi berkata, "Tidak peduli apapun yang terjadi Tetsuya, aku mencintaimu dan akan selalu mencintaimu." Tanpa mengucapkan apapun si Bluenette melangkah pergi.

Dia tidak bisa menghapus bayang-bayang punggung kecil itu berbalik pergi meninggalkannya. Setiap kali salju turun, memori menyakitkan itu selalu muncul dalam pikirannya.

Saat dia melewati taman yang dekat dari apartemennya, dia berhenti saat matanya menangkap sosok anak kecil berambut merah. Dari penglihatannya sepertinya anak kecil itu sedang menangis. Biasanya dia akan menghindari anak kecil, namun kali ini entah apa yang membuat dirinya mendekati anak tersebut.

"Anak kecil tidak seharusnya berkeliaran di luar saat cuaca seperti ini." Ucap Akashi. Saat anak itu berbalik menghadap dirinya, kerongkongannya tercekat melihat mata anak itu. Matanya heterocromatic sama dengan miliknya. Namun bukan merah delima dan kuning emas melainkan merah delima dan biru langit. Seolah dia melihat potret dirinya saat kecil. Jika orang lain melihat mereka, mereka pasti akan mengira kalau mereka berdua adalah ayah dan anak.

"Dimana orang tuamu? Mengapa kau berdiri di sini sendiri? Kau aka sakit jika terlalu lama berdiri di sini."

"Menjauhlah Mister. Aku tidak butuh bantuanmu." Balas anak kecil itu karas kepala. Akashi jadi jengkel melihat sikap anak itu dan ingin pergi meninggalkannya sendiri, namun sesuatu memberitahukannya, kalau dia harus menemukan orang tua anak ini.

"Beritahu aku dimana kau tinggal. Aku akan mengantarmu pulang." Kata Akashi meraih tangan anak itu. Namun si kecil mengibaskan tangannya tidak ingin dipegang Akashi.

"Papa berkata untuk tidak percaya pada orang asing."

"Jika kau mendengarkan kata Papamu, maka kau tidak akan berdiri di sini seperti orang bodoh yang membeku karena udara dingin."

"Tch," decih anak itu "Aku tidak butuh bantuanmu."

Kesabaran Akashi benar-benar di uji oleh sifat keras kepala anak ini yang mengingatkannya pada Tetsuya. Saat dia melihat anak itu, tiba-tiba terpikir olehnya, "jika Tetsuya dan aku memiliki anak, aku yakin anak itu akan mirip dengan anak ini." Dia tersenyum kecut membayangkannya. Dia langsung membuang jauh-jauh pikirannya itu dan kembali melihat pada si kecil.

"Aku akan membawamu ke pos polisi dan melaporkanmu sebagai anak hilang." Katanya meraih tangan anak itu.

"Lepaskan aku!" Teriaknya "Aku tidak ingin pegi ke sana."

"Aku tidak ingin pulang."

"Mengapa kau tidak ingin pulang?"

"Aku tidak ingin melihat Papa." Balas anak itu.

"Jadi kalian bertengkar" Hal itu lebih ke pernyataan dari pada pertanyaan.

"Bagaimana kau tahu?"

"aku absolut." Balas Akashi.

"Tidak. Aku absolut." Akashi tertawa mendengar balasan anak itu.

"Mengapa kau berfikir seperti itu?" Tanya Akashi.

"Karena aku selalu menang di setiap apapun yang kulakukan. Makanya aku absolut." Seringaian tersemat di bibir Akashi mendengar ucapan anak itu. Anak ini benar-benar seperti dirinya versi mini. Jika bukan mata birunya, dia akan berfikir anak ini adalah saudaranya atau apapun.

"Jadi, mengapa kau berkelahi dengan papamu?" Tanya Akashi menghadap anak itu.

"Karena aku terus bertanya siapa ayahku."

Akashi berhenti, "Ayah? Maksudmu ibu?"

"Tidak. Papa adalah orang yang melahirkanku. Aku terus menanyakan siapa ayahku. Ketika dia tidak memberitahuku, aku lari."

"Hmm" gumam Akashi. Dia tahu kalau di era ini, laki-laki yang melahirkan adalah hal yang normal, namun ini pertama kali baginya menemukan hal itu di sekitarnya. "Dia mungkin punya alasan kenapa ia tidak memberitahukannya padamu."

"Tapi aku ingin tahu."

"Baiklah, aku akan mengantarkanmu pulang."

"Papamu pasti mengkhawatirkanmu." Anak itu tidak menjawab. "Kau ingin dia khawatir?"

"Tapi apakah dia akan memaafkanku?"

"Tentu saja, aku yang akan bicara padanya."

"Oke"

"Jadi dimana rumahmu?"

Akashi berjalan menuju rumah anak itu sambil menggandeng si Redhead kecil. Mereka sampai di apartemen anak itu yang ternyata tidak jauh dari apartemen miliknya. Ketika dia membunyikan bel rumah, tidak ada terdengar sahutan dari dalam. sepertinya tidak ada orang di rumah, namun pintu depan tidak terkunci jadi mereka putuskan untuk langsung masuk ke dalam. Saat masuk, Akashi memperhatikan apartemen kecil itu. Dia tidak terbiasa di tempat yang sempit seperti ini. Seolah mengerti dengan ketidaknyamanan Akashi, anak kecil itu berkata, "Maaf jika apartemen kami kecil. Hanya ini yang mampu Papa sewa."

"Mari tunggu papa di sini." Lanjut si kecil.

"Keberatan jika aku melihat-lihat?" Tanya Akashi

"Tidak masalah" balas anak itu.

Akashi mengelilingi apartemen kecil itu. Tidak banyak yang ada disana selain dapur kecil, ruang tengah kecil dan kamar tidur kecil. tidak banyak yang bisa di lihat, namun pada saat dia berbalik, dia tidak sengaja menyenggol sebuah photo frame sehingga photo frame tersebut jatuh ke lantai. Pada saat yang sama pintu depan terbuka. Dia mendengar anak kecil itu berkata kalau Papanya sudah pulang saat dia mengambil frame tersebut.

Saat dia membalikkan frame untuk melihat foto, dia syok melihat wajah yang begitu familiar baginya.

Badannya membeku saat dia mendengar suara yang familiar menyapa pendengarannya. "Akashi-kun?" Perlahan, dia membalikkan tubuhnya. Dia mematung saat melihat orang yang tidak dia sangka-sangka akan dilihatnya kembali.

Orang yang ada di foto dan orang yang berdiri di depannya saat ini tak lain adalah Kuroko Tetsuya.