empty
01
.
music: cabaret — justin timberlake
Kim Jiwon merasa dirinya sudah sangat gila saat ini. Padahal satu jam yang lalu ia bersumpah dirinya masih menyukai wanita dan yang dilakukannya tadi hanya untuk memuaskan nafsu hormonalnya yang tidak bisa ia lakukan dengan kekasihnya. Pria itu tidak pernah mengira bahwa ia akan merasakan gejolak tabu yang dirasakannya sekarang. Kim Jiwon sekali lagi bersumpah bahwa bercinta dengan sahabatnya—bercinta? Ralat, ia tidak pernah—tidak akan pernah mencintai sahabat yang telah ia kenal sejak dirinya bukan siapa-siapa. Jiwon cepat-cepat mengganti kata 'bercinta' di otaknya dengan 'berhubungan badan' karena ia sangat yakin apa yang mereka lakukan barusan itu sama sekali tidak dilandaskan oleh rasa saling mencintai dan hanya untuk sekedar memuaskan hawa nafsu yang tidak bisa mereka lampiaskan dengan pasangan masing-masing.
Pasangan masing-masing, huh?
Jiwon mendengus sarkastik ketika memikirkan sosok kekasihnya yang sekarang entah berada dimana itu. Jika saja Jisoo tahu apa yang sedang ia lakukan di sini, ia yakin perempuan itu akan menangis dan memutuskannya secara sepihak sekarang juga. But, fuck that. Salahkan dirinya yang memahami prinsip 'no sex before marriage' padahal Jisoo sangat mengetahui bahwa kekasihnya itu bukanlah pria yang sabar menahan birahi hingga waktu pernikahan tiba. Bukan salahnya kan jika ia melampiaskannya dengan orang lain?
Lagipula Jisoo pernah membuatnya berjanji bahwa ia tidak boleh melampiaskan hawa nafsunya dengan wanita lain. Wanita—jadi tidak salah kan jika melampiaskan hawa nafsunya dengan pria lain? Toh ini pun bukan selingkuh atau apapun yang berlandaskan cinta, ini hanya untuk memuaskan hawa nafsu saja. Sekali lagi ia tegaskan, ini hanya untuk memuaskan hawa nafsu saja.
Suara lenguhan kecil berhasil membuyarkan lamunannya dan menariknya paksa ke dalam kenyataan yang sedang ia alami. Sahabatnya, atau bisa disebut sebagai partner one night stand-nya sudah terlelap sejak sepuluh menit yang lalu, tepat ketika mereka berdua selesai memuaskan nafsu masing-masing. Jiwon memandang punggung polos milik sahabatnya dengan pandangan yang sulit diartikan. Dengan lembut ia mengusapkan tangan kanannya ke punggung sahabatnya dengan gerakan vertikal, menyesuaikan diri dengan kurva tubuh milik sahabatnya. Gerakannya yang lembut itu mau tidak mau menghasilkan sang empunya melenguh di tengah tidur nyenyaknya.
I'm not gay. Menyadari perbuatannya sudah melewati batas normal, Jiwon dengan cepat menarik kembali tangannya lalu mengacak-acak rambutnya frustasi. Ia tidak habis pikir hanya dengan melihat sahabatnya tidur nyenyak saja bisa membuat batinnya damai. Jiwon mendenguskan napasnya kasar lalu mencari dimana keberadaan ponselnya, ia yakin Jisoo menghubunginya malam ini.
.
.
.
.
.
.
"Ada acara penting siang ini?"
"Tidak, hanya sibuk mengurusi urusan kecil di kantor saja."
Jisoo mengangguk paham lalu menyeruput black tea miliknya yang sudah mulai dingin. Ia menyilangkan kedua kakinya sambil membuka majalah mode terbaru pekan ini, tidak terlalu peduli dengan apa yang kekasihnya sedang lakukan sekarang.
"Kapan kau akan ke Tokyo?"
Jisoo menyampirkan surai cokelat miliknya ke belakang kedua telinganya lalu menatap Jiwon dengan pandangan heran seolah kekasihnya adalah makhluk aneh yang baru saja ditemukan di bumi.
"Bukannya aku sudah mengatakan lima menit yang lalu bahwa besok siang aku akan take off?"
Jiwon mengumpat dalam hati karena ia yakin kekasih cantiknya itu merasa Jiwon tidak fokus pada dirinya sedari tadi. Well, memang itu kenyataannya, namun tetap saja pria bernama keluarga Kim itu merasa bersalah sekaligus malu ketika kekasihnya itu mengetahui ia sedang memikirkan hal lain dan tidak memusatkan perhatian untuknya saja.
Namun pikiran negatif Jiwon lenyap begitu saja ketika kekasihnya itu tertawa kecil dan menampilkan eye smile miliknya. Jiwon bersyukur kekasihnya tidak ambil pusing terhadap masalah sepele barusan. Jiwon merasa menjadi pria beruntung memiliki kekasih yang selalu berpikir positif seperti Jisoo.
"Anyway, kenapa kau terdengar begitu excited saat aku akan pergi ke Tokyo? Perbuatan buruk apa yang ingin kau lakukan kali ini, Kim Jiwon?"
Jiwon berdeham salah tingkah membuat Jisoo tertawa lepas melihat reaksi kekasihnya.
"Aku tidak pernah melakukan hal buruk, babe~"
Jisoo tertawa melihat tingkah kekasihnya yang tampak seperti anak berumur lima tahun yang merajuk ingin dibelikan robot oleh ibunya. Wanita berusia 24 tahun itu mengusap rambut kekasihnya dengan lembut lalu menatapnya dalam. Jiwon yang menyadari gelak tawa sang kekasih lenyap, menautkan kedua alisnya bingung terhadap reaksi wanita yang telah ia kenal sejak sekolah menengah atas ini.
"Ada yang salah?"
Jisoo menggeleng pelan lalu tersenyum kecil ketika kekasihnya membelai pipinya lembut sambil mata kecilnya menatap lekat di matanya. Melihatnya seperti ini membuat Jisoo ragu akan keputusannya untuk pergi ke Tokyo selama dua minggu. Hell, ia ingin selalu dan terus menghabiskan waktunya bersama dengan pria di hadapannya itu, selamanya, dan hanya akan terus bersama dengannya.
"Berjanjilah Kim Jiwon, jangan pernah mencari wanita lain selama aku tidak berada di dekatmu."
Jiwon merasa sedikit mendapatkan tamparan imajiner pada kedua pipinya sekarang. Ia tersenyum lebar pada kekasihnya lalu memeluk wanita itu dengan erat, seolah mengiyakan permintaan dari sang kekasih tanpa perlu mengucapkan sepatah kata.
Iya, aku berjanji tidak akan menggantikan sosokmu dengan wanita manapun.
—namun aku tidak bisa menjamin tidak akan menggantikanmu dengan pria lain.
Kim Jiwon merasakan dirinya sudah gila ketika Jisoo membalas pelukannya dengan tulus. Jiwon yakin, Jisoo sama sekali tidak pernah berpikir Jiwon akan menduakannya dengan seseorang yang terlalu 'lurus' untuk dijadikan penggantinya selama ia tidak berada di Seoul. Kim Jiwon belum pernah merasa dirinya lebih hina daripada seekor babi selama hidupnya.
Fuck hormones.
.
.
.
.
.
.
.
.
Hanbin mengerjapkan kedua matanya ketika merasakan cahaya asing yang dengan paksa membuatnya terbangun dari tidur lelapnya. Setelah selang beberapa detik 'mengumpulkan nyawa', ia mengitari pandangannya ke sekelilingnya sekarang. Ini aneh. Pertama, ini bukan kamarnya. Kedua, ia tidak yakin pernah berada di dalam ruangan ini sebelumnya. Kepalanya memutar cepat membuatnya mengerang menahan rasa sakit ketika merasakan efek alkohol yang baru dirasakannya sekarang—wait, alkohol?
—Alkohol?
Fuck.
Hanbin membelalakan matanya seratus persen awake ketika matanya dengan tidak sengaja mendapati sosok seorang pria berdiri di balkon kamarnya—ralat, kamar yang ditempatinya— hanya dengan memakai hotel robe—hotel?!
Hanbin memandang punggung pria yang wajahnya tidak bisa ia lihat itu dengan tatapan horror. Baru saja ketika ia ingin bangkit dari tempat tidur hotel yang disinggahinya, Hanbin merasakan nyeri yang amat besar di bagian bawah tubuhnya. Ia mengerang untuk kedua kalinya saat merasakan sakit di kepala dan juga tubuhnya sekaligus. Ia tak habis pikir kenapa dirinya bisa berada di sini, bersama dengan pria asing, (Hanbin menatap horror tubuhnya yang polos tanpa busana) dan, naked.
Pria berumur 25 tahun itu menutup kedua matanya rapat-rapat— berusaha mengingat kejadian demi kejadian yang dilakukannya kemarin hari. Oke, dimulai ketika suffering his ass off di dalam studio rekaman YG dari pagi buta hingga petang, makan siang bersama Hayi dan Donghyuk, kembali ke studio rekaman untuk menyelesaikan lagu yang dikerjakannya selama kurang dari 24 jam, pulang ke rumah, lalu pergi ke acara ulang tahun pernikahan Mino hyung dan Jinwoo hyung yang ke-3 tahun.
Shit, That's it!
Bisa-bisanya pria Kim ini lupa kalau kemarin dirinya kalap meminum dua botol vodka sekaligus hanya untuk melampiaskan rasa stress-nya akibat desakan demi desakan yang dilemparkan oleh pimpinan YG untuknya.
Ingatannya tentang kejadian selanjutnya membuat Hanbin mengerang frustasi. Dia bersumpah tidak akan pernah meminum zat laknat itu lagi ketika pikirannya sedang dipenuhi oleh sesuatu yang dapat membuatnya stress.
Hanbin mengacak-acak rambutnya frustasi lalu memukulkan kepalanya dengan bantal hotel berkali-kali— berusaha melenyapkan kejadian demi kejadian yang menyebabkan dirinya bisa berakhir di dalam ruangan sialan ini.
—bersama dengan, (Hanbin menghembuskan napasnya panjang) Kim Jiwon.
.
.
.
.
.
.
.
T B C
A/N: pertama, ini fanfiksi pertama saya yang bertemakan gay. Kedua, saya tahu EYD saya masih ancur dan berantakan. Ketiga, tulisan saya masih monoton banget dan sama sekali /ew/ gak enak dibaca—. Keempat pairing ini masih jarang bgt disini HAHAHA. Kelima, saya payah dalam berfantasi. Terakhir, saya gak berpengalaman nulis rated M.
oh ya saya juga termasuk orang baru disini, jadi gimana ya— maaf aja deh kalo tulisannya ancur gini /cry/. Rencananya sih ini gamau di post karena emang awalnya saya cuma iseng nulis ketika denger lagunya Justin Timberlake yang Cabaret hahahaha. Berhubung salah satu teman laknat saya minta supaya dipost, so, jadi deh fanfiksi gagal kaya gini. oh ya judul ini saya ambil dari lagunya Winner yang dibuat oleh DoubleB dan Mino hohoho tiga rapper kesayanganku setelah Yoongi dan Seunghoon lol.
oh! saya juga mau thanks to buat teman kesayanganku sepanjang masa /lebay/ alias ResAres! terima kasih banget deh buat kritik dan saran serta ikut ngebantu ngebuat summary cerita ini hahahaha :D
dan juga— /sigh/ saya gabisa janji bakal update cepet— #authorgagal
