"Jongdae hyung, kajja! Yang lain sudah menunggu di bawah," Sehun mengingatkan –lebih tepatnya berteriak- pada satu hyungnya yang masih berada di dorm. Delapan hyungnya yang lain sudah menunggu didalam van, jadwal mereka hanya latihan di gedung SM untuk hari ini.
Kenapa Sehun belum menuju van? Salahkan posisinya sebagai maknae, yang membuatnya hampir selalu saja mendapat urutan mandi serta bersiap paling terakhir. Tentang Jongdae, Sehun tidak tahu mengapa hyungnya itu masih disini. Biasanya dia yang paling semangat memulai kegiatan di pagi hari.
"Kau duluan saja, Hun. Sebentar lagi aku selesai," terdengar suara Jongdae yang tak semelengking biasanya, namun bukan Sehun jika ia peka, maknae itu tak menyadari keanehan dari hyungnya yang satu itu. Setelah mengiyakan perkataan Jongdae, Sehun melenggang keluar dorm. Kemudian menunggu hyungnya di depan lift –sekalian menunggu lift terbuka.
Beberapa detik berikutnya, Jongdae menutup pintu dorm lalu menyusul Sehun. Ehm tapi ada yang sedikit berbeda dari sosok cerah itu. Matanya terlihat sayu, tubuhnya sedikit menggigil padahal ia menggunakan sweater ditambah jaket tebal (padahal ini baru awal musim dingin), bahunya naik turun seiring paru-parunya yang mencari udara. Entah apa yang salah dengannya, sekali lagi Sehun memang sungguh sangat tidak peka. *garis bawahi enam kata terakhir*
Ting!
Pintu lift terbuka dihadapan dua member Exo itu. Sehun melangkahkan kaki ke dalamnya lalu disusul Jongdae. Sehun tak mengucapkan sepatah katapun, karena biasanya Jongdae yang memulai perbincangan. Sehun hanya tak tahu harus membuka percakapan dengan topik apa. Jika hyung manis-yang sekarang ada di dekatnya itu- tidak memulai pembicaraan, Sehun menarik kesimpulan jika Jongdae-ie hyungnya tak ingin diganggu. Namun pada kenyataannya, Jongdae yang berada di belakang Sehun sedang bersandar pada dinding besi lift itu sambil memijit pelipisnya. Untuk kesekian kalinya, Sehun tidak peka.
Ting!
Pintu lift terbuka. Dua member Exo itu sudah sampai di lobby apartement. Van mereka ada di parkiran depan, dengan member-member yang pasti sudah menggerutu karena menunggu seorang Sehun dan juga Jongdae. Takut diamuk massa-hyungdeul- Sehun mempercepat langkahnya menuju van.
"Sehun-ah ppali!" teriak Chanyeol dari dalam van.
Sehun hampir saja membuka pintu van ketika baekhyun menginterupsinya "Hey mana Jongdae? Jangan bilang dia sengaja berlama-lama untuk mengerjai kita."
"Ah! Dia tadi bersamaku?" Sehun menoleh ke belakang. Tak menemukan sosok yang dicari, ia masuk kembali ke lobby, melirik kanan kiri mencari keberadaa hyung yang tadi bersamanya.
"Oh God kemana dia sebenarnya?" gerutu Sehun. Sesaat kemudian Sehun mengintip ke lorong tempat lift yang ia naiki tadi.
Sehun membulatkan matanya, Jongdae ada disana. Bersandar pada dinding sambil memegangi dadanya, sekali lihat saja Sehun tahu hyungnya itu sedang sesak nafas. Dengan cepat Sehun menghampiri Jongdae yang terlihat sangat lemas. Tiba-tiba sebongkah perasaan khawatir, takut, merasa bersalah menohok hati Sehun melihat hyung yang paling disayanginya seperti itu. Kemana saja sedaritadi kau Oh Sehun?
"Sehun-ah" Jongdae memanggil sehun, oh bukan itu hanya terdengar seperti bisikan.
Sehun meletakkan kedua tangannya di bahu jongdae, membantu menguatkan hyung nya itu, berharap rasa sakit Jongdae bisa tersalur sebagian pada dirinya. Bahkan tarikan nafas Jongdae saat ini terdengar begitu menyakitkan bagi Sehun.
Hah ...
Hahh ...
Hahhh ...
BRUK!
Jongdae jatuh ke pelukan Sehun, tak sadarkan diri. Sehun panik, tidak tidak tetapi ia sangat panik. Sehun mencoba menggendong Jongdae yang tentu saja ukuran tubuhnya lebih mungil darinya. Bukan hal yang sulit ternyata. Sehun segera kembali ke dorm lalu merebahkan tubuh Jongdae perlahan ke ranjang milik hyung manisnya itu.
Drrrrt drrrrt drrrrt
Ponsel Sehun bergetar, ternyata dari Suho Hyung. Sehun segera mengangkatnya panggilan itu, namun ...
"Yak Sehun-ah kemana saja Kau?!"
"Mianhaeyo hyung, Jongdae hyung pingsan jadi aku membawanya kembali ke dorm."
"Hah bagaimana bisa? Lalu sekarang bagaimana?"
"Aku juga tidak tahu, hyung. Kalian pergi saja latihan, aku akan menjaganya."
"Kau yakin Hun-ah?"
"Aku yakin, Hyung. Sudah sana pergi saja, Jongdae akan marah pada dirinya sendiri jika kalian tidak jadi latihan hanya gara-gara dia sakit."
"Bilang saja Kau ingin mencari kesempatan."
"Yak hyung-ah!"
Tit. Sambungan telefon diputus sepihak oleh Suho. Sehun melempar ponselnya ke ranjang di seberang ranjang milik Jongdae.
Sehun tersadar akan keadaan Jongdae, dengan sigap Sehun membenarkan kepala Jongdae dibantalnya. Membungkus tubuh Jongdae dengan selimut tebal. Lalu mengambil termometer untuk mengukur suhu badan.
"Aigoo. Kau benar-benar sakit Hyung," pada termometer di mulut Jongdae tertera angka 38.90C. Sehun mengambil baskom berisi air juga kain bersih untuk mengompres Jongdae. Semoga saja ini bisa menurunkan suhu dan mengurangi rasa sakitnya, pikir Sehun.
Lebih dari tiga puluh menit Sehun tertidur dalam posisi duduk sedangkan kepalanya direbahkan di sisi ranjang Jongdae, tak lupa tangannya menggenggam tangan hangat milik hyung yang sekarang posisinya sangat dekat dengannya itu. Di menit ke empat puluh dua Sehun bangun.
Tangan kanannya masih setia di genggaman Jongdae. Tangan satunya lagi tergerak untuk mengusap surai coklat yang halus itu. Sehun selalu menikmati saat-saat ia dekat dengan Jongdae. Sehun tahu, Jongdae memperlakukannya sama dengan member yang lain tidak ada yang dibedakan ataupun diberi perlakuan spesial.
"Kau tahu Hyung? Oh tidak ya, aku kan belum memberitahumu hehe. Bagiku Jongdae Hyung itu seperti jelmaan malaikat. Aku selalu merasa tenang jika di dekatmu. Melihat senyummu, diperlakukan baik olehmu, itu selalu membuat jantungku berdegup kencang Hyung. Tidak apa-apa, aku tahu Hyung hanya menganggapku dongsaeng, sama seperti yang lainnya. Yang penting Jongdae Hyung selalu disampingku itu cukup."
"Oiya jangan sakit lagi, Hyung. Aku tahu kau suka diam-diam berlatih dance sendirian bukan? Kau juga suka telat bahkan lupa untuk makan. Tolong jangan memaksakan diri seperti itu. Kau bisa mengajakku untuk latihan bersama, kan? Kita satu tim Hyung, jangan menanggung semuanya sendirian."
"Jika hyung seperti ini, hyung membuatku merasa bersalah. Karena aku sudah berjanji pada diriku sendiri untuk selalu menjaga Hyung."
Sehun berani berucap seperti ini karena Jongdae masih belum sadar.
"The important thing is I Love You, Hyung."
Sehun terdiam. Tenggelam dalam lamunannya lagi. Sampai ...
"Sehun-ah," seorang Oh Sehun sangat mengenal suara ini.
"Hyung, akhirnya kau bangun," Sehun tersenyum layaknya anak kecil mendapatkan kembali mainannya yang disita.
"Kau tidak ikut latihan, eoh?"
"Tidak. Aku ingin menemani Hyung saja," Sehun memijit lengan Jongdae manja.
"Maafkan aku membuatmu tidak mengikuti latihan."
"Shuut," Sehun meletakkan jari telunjuknya di depan mulut Jongdae sambil beranjak berdiri, "Bukan salahmu Hyung. Oiya, apa hyung ingin sesuatu?"
"Tidak ada. Cukup temani aku disini," Jongdae menarik kembali tangan Sehun agar maknae itu mendekat padanya.
.
.
.
.
Sebaiknya author buat versi Sehun pov serta Jongdae pov? Atau tidak?
Ditunggu reviewnya~
Dont be silent readers and plagiator :)
