"Taehyung?"
Jimin menghampiri pemuda dengan surai pirang yang kini tengah duduk dan berfokus pada sebuah laptop yang menyala redup. Pemuda yang dipanggil hanya berdeham singkat, tak berniat menanggapi lebih panjang.
"Taehyung lihat aku."
Jimin berucap lembut saat kini dirinya berada tepat di samping kekasihnya, Kim Taehyung. Pemuda bersurai pirang itu mendengus singkat sebelum mengalihkan pandangannya dari layar dan menatap Jimin datar.
"Apa? Cepat, aku sedang sibuk."
Taehyung mengarahkan tangannya pada sekotak rokok yang berada diatas meja, mengambil satu buah dan melirik Jimin singkat. Ia menyalakan batang nikotin tersebut dan menyesapnya kuat. Membiarkan asap beracun mengisi paru-parunya.
Jimin terbatuk singkat.
"Kita...selesai?"
Jimin memainkan surai pirang milik Taehyung yang mulai memanjang. Matanya ia pejamkan tiap kali asap rokok berhembus dari kedua belah bibir milik pemuda tersebut. Jimin tak pernah suka rokok.
"Apa lagi yang kau harapkan? Kau punya Hoseok, aku punya Jungkook."
Taehyung menghembuskan asap rokoknya pelan sebelum menatap Jimin dalam.
"Mungkin kalau kau tidak mengkhianatiku, kita akan baik-baik saja sampai detik ini."
Jimin menggigit bibirnya kuat. Taehyung tersenyum miring. Ia membawa jari-jari panjangnya pada wajah Jimin, memberikan elusan lembut pada sebelah pipi yang kini bertambah tirus itu.
"Aku tidak pernah berkhianat. Kau, kau lah yang selama ini selalu pergi dengan Jungkook setiap malam. Kau yang selama ini selalu menyelinap keluar saat aku telah tertidur, itu kau! Kau duluan yang memulainya!"
Jimin menaikkan suaranya. Tangan mungilnya ia gunakan untuk membungkus milik Taehyung yang masih berada di pipinya.
Taehyung terkekeh pelan. Matanya menghilang seiring bertambah kencang kekehan yang ia keluarkan.
"Rupanya kau tahu hmm? Kini aku merasa seperti seorang bajingan."
Jimin bisa melihat setetes air mata keluar dari manik pemuda di hadapannya. Taehyung menangis, di saat harusnya ialah yang menangis.
"Kau memang bajingan. Sejak dulu selalu seperti itu."
Kali ini tawa Taehyung pecah. Jimin menghembuskan nafasnya pelan.
"Ya, aku memang terlahir bajingan."
Taehyung menggenggam tangan mungil milik Jimin, mengecupnya singkat.
"Aku bajingan, aku tak pantas untukmu. Kau tak pernah tau Park Jimin, kau tak pernah tau seberapa keras aku berjuang agar bisa terlihat sejajar denganmu. Kau tak pernah tahu seberapa iri aku dengan pemuda Jung yang kastanya setara denganmu itu. Kau-"
Jimin menubrukkan bibirnya pada milik Taehyung. Membuat pemuda itu bungkam dalam keterkejutan. Jimin memagut bibir Taehyung singkat sebelum melepasnya.
"Pernahkah aku memintamu untuk setara denganku? Aku mencintaimu karena kau adalah Kim Taehyung! Bukan karena kastamu sama denganku, bukan karena kau sejajar denganku! Tidakkah kau mengerti itu tuan Kim?"
Jimin menatap Taehyung kecewa. Semua ketulusannya selama ini seolah diinjak-injak.
"Aku tidak mengerti, dan tidak mau mengerti. Kau pikir berapa banyak orang diluar sana yang mengatakan jika kau seharusnya bukan untukku hah!? Aku pun mencintaimu karena kau adalah Park Jimin! Tapi apa harga yang harus kubayar untuk mencintaimu? Ini berat Park Jimin, berat."
Taehyung berdiri dari duduknya, mengusap wajahnya kasar.
"Keluar."
Jimin membelalakkan matanya terkejut.
"KUBILANG KELUAR!"
Taehyung berteriak kencang. Tangannya ia genggam kuat di samping tubuhnya.
Jimin tersenyum miring.
"Baiklah jika itu yang kau inginkan. Selamat tinggal Kim."
Jimin berbalik, hendak berjalan keluar dari apartemen milik Taehyung sebelum pemuda itu memanggilnya.
"Park Jimin, kau tahu kalau aku selalu mencintaimu."
Jimin tersenyum getir, setetes air mata jatuh dari maniknya.
"Ya, aku juga mencintaimu Kim idiot Taehyung."
A/N: Hy guys! Jadi aku balik dengan FF dari kapal minorku:") Semua FF disini nantinya hanya oneshoot atau twoshoot aja ya..
See you next time
