Rizuka: Nih siapa yang bikin cerita ginian?

Ame: Bukan gue

Yamigawa: Apalagi gue

Ririn: Aaa~ Bukan Ririn~

Sora: Gak

Rizuka: Ini cerita siapa?

Ame: Temen gue, hehehe...

M.V. (- Ame): Hah?

Ame: Well, ini cerita bersambung punya temen gue dan dia ngasih izin ceritanya gue pake di FFn. Biar fic Merodine makin beragam, hehehe...

Rizuka: Lemon -w-

Yamigawa: Yaudahlah! Mulai! Mulai!

Ririn: Kalau mau review ya silahkan, tapi please jangan nge-flame ya~ ^w^

.

.

.

Merodine V Presented,

"Love Addict"

Warning: Lemon inside, OOC, abalness, don't like don't read

Disclaimer: I don't own Vocaloid

Rate: M (Lemon inside)

.

.

.

Dua orang laki-laki baru saja tiba didepan gerbang VocaUtau High School. Yang satu berambut blonde dengan sebuah ponytail, bermata azure, dan shota. Yang satunya berbadan lebih besar, berambut biru, dan bermata dark aqua. Mereka berdua berhenti sejenak saat berada didepan gerbang.

"Tahukah kau, Len? Masa SMA itu adalah masa yang paling menyenangkan loh,"

"Hn? Aku sudah sering dengar, tapi apa kesenangan menjadi anak SMA sebenarnya?"

"Kau akan segera belajar hal itu nanti. Hahahaha,"

"Ckck.. Apa yang kau pikirkan, huh?"

"Lihat saja surga didepanmu itu!"

Laki-laki dengan rambut blonde, bermata azure itu menatap kedepannya. Dia melihat banyak siswa-siswi baru berlalu lalang dan gedung sekolah yang mewah. Len, nama lelaki itu, celingak-celinguk mencari yang dimaksudkan 'surga' oleh Kaito, temannya.

"Dimana surganya?" tanya Len pada Kaito.

"Bodoh ah! Lihat tuh siswinya. Sudah cantik, kulitnya mulus, rok mininya pun bikin nggak tahan! Hahahaha," Kaito tertawa sendiri. Sementara Len malah memandangi temannya itu aneh.

"Hanya seperti itu kau bilang surga, huh? Dasar..." Len meninggalkan temannya dan berjalan memasuki koridor sekolah.

"Oh ayolah, Len... Kau pasti akan mengerti apa yang aku maksud," ucap Kaito.

"Perempuan itu untuk dilindungi, bukan untuk dipermainkan, BaKaito." decak Len kesal.

"Coba sekali dan kau pasti akan ketagihan," ajak Kaito.

"Jangan harap," Len kembali meninggalkan Kaito dan mencari ruang kelasnya. Untungnya kelas Len dan Kaito berbeda. Len langsung masuk saja ke kelasnya dan duduk di asal tempat. Bodohnya, Len tidak sadar kalau dia duduk disamping seseorang.

"Anu... Siapa ya?" Len mendengar suara perempuan dari sampingnya. Len pun menoleh dan melihat gadis bermata azure dan rambut blonde yang memiliki wajah yang amat manis. Pita putih besar membuat wajahnya semakin manis. Sekilas memang gadis itu mirip Len.

"Eh, maaf aku asal duduk saja!" Len tersadar dari lamunannya dan segera berdiri dari kursi itu.

"Tidak apa-apa kok. Duduk saja," gadis itu tersenyum sangat manis kepada Len. Semburat merah muncul di pipi Len dan Len merasakannya hangat.

"T-Terimakasih..." Len pun kembali duduk di samping gadis itu.

"Jadi, siapa namamu tadi?" gadis itu kembali bertanya sambil menopang dagunya dengan tangan mungilnya, menatap Len sambil tersenyum.

"Namaku Kagamine Len. Dan... Umm," Len ragu untuk bertanya.

"Namaku? Aku Asane Rin," ucapnya lagi.

"Oh begitu... Ehehe..." Len menggaruk kepalanya yang tidak gatal.

Ting Tong! Bel masuk pertama sudah berbunyi. Semua siswa-siswi baru menuju ruang aula untuk mengikuti upacara penerimaan murid baru. Rin dan Len pun berjalan bersama menuju ruang aula.

"Len!" Len kembali mendengar suara Kaito yang mengejarnya, tapi Len segan untuk menengok.

"Hei, sombong sekali kau," ucap Kaito sambil menepuk pundak Len. Rin menoleh. Terpaksa, Len pun ikut menoleh.

"Ada apa?" tanya Len.

"Wah, gadis yang manis sekali. Kau hebat Len sudah bisa mendapat perempuan di hari pertamamu!" ucap Kaito heboh.

"Diamlah," ucap Len geregetan dan malu karena Rin menatap bingung kepada Len dan Kaito secara bergantian.

"Anu... Aku hanya teman Len dan baru saja kenalan di kelas tadi," ucap Rin.

"Oh, hanya teman ya?" tanya Kaito sambil menyeringai. Kaito tiba-tiba menggenggam tangan mungil milik Rin dan bersimpuh didepannya sambil tersenyum.

"Maukah kau... Jadi pacarku?" tanya Kaito. Rin menatap polos kepada Kaito.

"Kalau nggak? Soalnya aku merasa Len lebih baik," ucap Rin dan membuat Kaito cengo setengah idup.

"Eh?" Len ikutan kaget dengan wajah merah.

"Kenapa?" Rin bertanya dengan polosnya di tengah-tengah ke-ce-ngo-an kedua orang itu.

"Ehm.." Kaito berdiri. "Jadi, intinya kau menolakku ya?" tanya Kaito.

"Ya, begitulah." ucapan Rin yang 'to-the-point'. Membuat Kaito melakukan ritual headbang ke dinding.

"Anu... Tadi kau bilang aku lebih baik. Kenapa, Rin?" tanya Len malu-malu. Dadanya berdegup kencang seiring gerakan bibir Rin yang mulai terbuka.

"Yah, dari kata-katamu, senyumanmu, dan perilakumu, aku yakin kau laki-laki yang baik, Len." ucap Rin. Ucapan tersebut masih terkesan biasa, tapi... "Aku menyukaimu, Len." ucapan yang itulah yang berhasil membuat Len...

"Len, akting pingsanmu gak lucu, tau gak? Len. Len? Len!"

.

.

.

"Dimana... Aku...?" Len perlahan membuka matanya dan dia berada di ruangan berdinding putih. Dirinya sendiri sedang terbaring di sebuah ranjang berwarna putih.

"Baru hari pertama saja kau sudah pingsan di tengah koridor sekolah. Lemah sekali kau," decak seorang perempuan berambut pigtail berwarna merah marun. Wajahnya cukup imut juga.

"Anu... Aku dimana? Dan siapa kau?" tanya Len.

"Aku Kasane Teto. Kau ada didalam UKS sekarang," ucapnya dingin. Len sweatdrop mendengar jawabannya itu.

"Teto... Senpai?" panggil Len pelan-pelan, takut salah ucap.

"Jangan panggil aku senpai. Aku sama sepertimu, baka," ucap Teto. Maksudnya, Teto juga murid baru disana. Len pun mengangguk-angguk dan duduk di tepi ranjang.

"Lalu, kenapa kau bisa berada disini juga?" tanya Len.

"Itu karenamu," ucap Teto kesal.

"Eh?" Len bingung.

"Saat kau pingsan, seorang laki-laki berambut biru panik. Aku yang kebetulan lewat diminta membantunya membawamu ke UKS. Sampai disini, dia dan gadis berpita itu malah meninggalkan aku dan menyuruhku menjagamu," ucap Teto. Len sweatdrop kembali.

"Kalau begitu... Terimakasih ya... Teto-chan," ucap Len sambil tersenyum. Teto tersipu mendengarnya tapi segera membalikkan tubuhnya membelakangi Len.

"Kau menyebalkan," ucap Teto dan berjalan menuju pintu UKS. Teto seperti menengok keluar ruang UKS.

"Kau mau kemana?" tanya Len takut Teto meninggalkannya. Kalau Len ditinggal, bagaimana Len tahu caranya menuju ruang kelas dari ruang UKS ini?

"Aku nggak pergi kemana-mana, baka." Teto mengunci pintu ruang UKS.

"Eh?" Len kembali cengo seperti biasanya. Wajah Teto kini dihiasi dengan semburat merah. Perlahan, satu per satu langkah membuat jarak antara Teto dan Len semakin menyempit.

"Aku akan... Merawatmu..." Teto mulai membuka kancing baju Len satu per satu secara perlahan. Len cengo lagi.

"Uwaa! Uwaa! Kau mau ngapain!" tanya Len panik dan melompat dari ranjangnya.

"Diamlah," decak Teto. Wajah Teto masih kelihatan merah merona.

"Tapi, pakai kembali baju seragammu itu!" ucap Len sambil menutup matanya saat melihat Teto mulai membuka seragamnya sendiri.

"Oh, baiklah." Teto menurut. Tapi saat Len membuka matanya, Teto sudah berada di depannya dan sudah membuka seluruh bajunya sehingga hanya memakai bra yang menutupi dadanya yang indah.

"Te- ...!" baru saja Len mau menjerit, mulutnya ditutup oleh bibir halus milik Teto. Teto langsung mencium bibir Len, memainkan lidahnya didalam mulut Len. Awalnya Len diam, tapi lama kelamaan lidah Len melawan lidah Teto. Saliva mulai mengalir bersama kenikmatan mereka berdua.

"Mmmhh..." Teto mendesah saat melepaskan ciumannya. Sementara Len langsung mengambil oksigen sebanyak-banyaknya.

"Tch. Masih pemula, ya?" decak Teto lagi. Wajah Len memerah.

"Jangan disini, Teto. Bagaimana kalau ada yang menemukan kita?" tanya Len panik.

"Aku nggak peduli. Aku cuma mau kamu sekarang ini," ucap Teto.

"Tapi... Apa kau... Benar-benar nggak apa-apa?" Len mengatakannya pelan.

"Tutup mulut berisikmu itu dan nikmati sajalah," ucap Teto. Len pun mengangguk.

Mereka berdua pun berciuman kembali. Cukup lama mereka berdua berciuman dan mengeluarkan saliva-saliva kenikmatan. Sesekali Len mencoba untuk menyentuh dada Teto yang masih ditutupi oleh bra. Sampai akhirnya Teto memutuskan untuk menaikan bra-nya dan membiarkan Len melihat keseluruhan dada Teto yang indah. Dada yang putih bagaikan susu dan terlihat amat menggiurkan bagi Len.

"Tadi kau menolak. Sekarang malah menatap aku penuh nafsu seperti itu. Baka," ucap Teto. Wajah Len memerah dan tanpa instruksi Len langsung menghisap salahsatu titik di dada Teto.

"Ahh... Oh.. Mmh.. Tidak disana, baka.. Akh.." desah Teto tidak karuan. Len makin memanas. Tangan Len yang lain bermain di dada Teto dengan nakalnya. Terkadang Len menggigit kecil titik di dada Teto dan membuat Teto mengerang nikmat.

"Aaaah... Ah~" Teto terus-terusan mendesah. Sampai akhirnya Len memutuskan untuk menghentikan permainannya sejenak. Teto membuka seluruh pakaian atasnya dan membuangnya asal. Setelah itu tangan Teto mulai meraba selangkangan Len.

"Benda bodoh milikmu itu mulai membesar. Apa tidak sempit, huh?" Teto menekan-nekan milik Len dari luar. Len menelan ludahnya.

"Anu... Aku mulai merasa kalau ini- ..."

"Kau sudah melakukan sejauh ini dan sekarang kau mau pergi, huh?" tanya Teto sambil men-deathglare Len. Len pun akhirnya menurut dan membuka resleting celananya, membuat 'milik' Len itu mengacung dengan kerasnya.

"Orang bodoh sepertimu ternyata... Punyanya besar juga," gumam Teto kagum, tapi tidak lama. Teto pun menjilat dan menghisap milik Len tersebut. Tangannya yang lentik juga bergerak naik turun dan membuat Len makin terbuai dalam permainan Teto. Teto juga sedikit meremas-remas milik Len.

"L-Lebih cepat, Teto-chan... Aaah..." Len ikutan mendesah karena terbuai dalam permainan Teto.

"Tidak perlu menyuruhku, baka," ucap Teto dan mempercepat kocokannya pada milik Len. Teto menghisap titik pusat milik Len dengan lembut dan membuat Len mendesah lebih kencang.

"T-Teto..! A-Aku-...!" Len pun mengeluarkan cairannya di wajah, rambut, serta tubuh Teto. Teto menjilatinya dengan wajah merah.

"Baka," gumam Teto. Teto pun kemudian menaikkan roknya dan memperlihatkan celana dalamnya yang teramat basah. Len tambah terangsang lagi melihat model celana dalam Teto yang lucu berwarna merah marun. Miliknya yang tadi lemas kini kembali bangkit.

"Jangan pikir aku begini gara-gara menikmati kegiatan tadi," decak Teto dengan wajah merah. Len berusaha menahan tawanya melihat gadis tsundere didepannya. Tapi wajah Teto yang seperti itu benar-benar imut dan menggemaskan.

"Kalau begitu, apa lagi yang kau mau?" tanya Len. Teto membuka seluruh rok dan celana dalamnya hingga tidak ada lagi yang menutupi tubuh Teto. Len benar-benar terpukau. Baru kali ini dia melihat tubuh perempuan telanjang secara langsung. Len menelan ludahnya.

"Jangan diam saja, baka. Kau pasti mengerti," ucap Teto. Len tersenyum dan memposisikan tubuhnya membelakangi Len. Len memegang bongkahan pantat Teto yang mulus dan mulai mengarahkan miliknya ke bibir bawah Teto. Milik Len pun mulai masuk perlahan-lahan ke bukit kecil milik Teto. Cairan-cairan hangat mulai dirasakan oleh Len saat miliknya mulai memasuki milik Teto. Len merasakan sensasi luar biasa. Seperti ada otot-otot kuat yang menjepit, membuat milik Len merasa sangat nikmat.

Teto menggigit bibirnya sendiri, menahan sensasi yang juga dia rasakan. Len pun mulai memaju mundurkan pinggulnya. Teto mulai mendesah kembali.

"Sshh.. Akh, ngh... A-Aw.." Teto mulai memaju mundurkan pinggulnya sendiri karena mulai merasakan kenikmatan luar biasa. Gerakan-gerakan yang dihasilkan Teto membuat dadanya ikut berguncang naik turun. Len pun tergoda untuk meremasnya kembali.

"Baka! Ah... K-Kau, a-apa yang- ..!" Teto makin menggeliat karena sekarang tangan jahil Len juga kembali menjamah dada kenyal milik Teto. Teto makin dibuat melayang oleh perlakuan Len tersebut. Len terus memaju mundurkan pinggulnya perlahan. Lama-kelamaan temponya dipercepat dan membuat Teto mendesah semakin liar.

"Aaah~ Bakaaa... Ahh..." Desah Teto.

"Teto... Aku mau..." Len seperti menahan sesuatu. Len pun segera mencabut miliknya dan mengeluarkan cairannya yang teramat banyak ke tubuh Teto. Teto merasakan tubuhnya panas karena diselimuti cairan Len. Dia pun menjilatinya sampai habis.

"Bersihkan punyaku juga, baka," Teto menunjuk ke bukit kecilnya yang masih mengeluarkan cairan. Len pun mulai menjilati milik Teto dan membuat Teto kembali merasa nikmat. Saat Len merasa cukup, Len pun menghentikan kegiatannya tersebut.

Ting Tong! Bel sudah kembali berbunyi dan menandakan upacara pembukaan sudah selesai. Len dan Teto pun segera merapikan diri mereka masing-masing.

"Hei, aku belum tahu namamu." ucap Teto dengan tsundere-nya kembali.

"Namaku Kagamine Len. Sekali lagi, terimakasih, Teto-chan," ucap Len sambil tersenyum. Teto kembali tersipu, tapi malah menjitak Len.

"Baka. Aku benci dirimu," ucap Teto dan langsung keluar dari ruang UKS dan berlari meninggalkan Len yang masih sweatdrop sendiri.

Len pun keluar dari ruang UKS dengan wajah tersenyum. Ternyata apa yang dibilang Kaito benar. Melakukan hal tersebut memang menyenangkan. Len pun berjalan dengan senangnya, tapi tidak lama kemudian dia tersadar.

"Aku ada DIMANA?"

A/N: Len nggak tau jalan balik ke ruang kelasnya, tapi lupa nanya Teto #sweatdrop.

.

.

.

Rizuka: *blushing* N-No comment ah!

Ame: Gapapa 'kan nih kalo diterusin?

Rizuka: Tergantung yang review deh. Kalo banyak ya silahkan lanjut, tapi kalo nggak ya udah cukup ini aja

Ame: Ok! Readers, please review yang banyak ya biar dapet izin nerusin nih cerita! Dijamin makin hot deh chapter-chapter selanjutnya!

Rizuka: Lo ngaco juga ternyata -w-

Yamigawa: Gue dukung Ame!

Ririn: Ririn jugaaaa~!

Rizuka: What the- ...?