Welcome to the Konohagakure Academy

Disclaimer: Masashi Kishimoto gitu lho~

"Jadi inikah tempatnya?" Gumam Naruto pelan.

Ditatapnya bangunan megah yang berdiri kokoh dihadapannya.

Tempat itu nampak sepi. Ia celingak celinguk guna melihat apakah ada orang disana. Tiba-tiba, seseorang berlari ke arahnya. Orang itu memilik bekas codet diatas hidungnya dan memakai rompi warna hijau.

"Kau Naruto Uzumaki?"

Naruto mengangguk.

"Benar. Namaku Naruto Uzumaki. Aku direkomendasikan oleh Jiraiya-sama." Katanya sembari membungkuk.

Orang itu lantas menarik tangan Naruto.

"Ya, ya. Namaku Iruka Umino. Penanggung jawab kesiswaan disini. Kita harus cepat, kelasmu telah dimulai 5 menit lalu."

Naruto berjalan cepat-cepat. Berusaha mengimbangi langkah lebar Iruka. Setelah melewati beberapa tempat yang membuatnya bingung, akhirnya mereka sampai disebuah ruangan dengan plang nama "CLASS A" tanpa imbuhan angka romawi apapun. Iruka mengetuk pintu yang terbuat dari kayu jati berpelitur indah itu. Pintu terbuka, seorang pria berkulit pucat dengan piercing bersarang diwajahnya keluar dari dalam kelas. Mereka berbicara sejenak, kemudian pria yang ternyata bernama Yahiko aka. Pein itu memberinya kode agar Naruto mengikutinya. Naruto masuk ke dalam kelas. Suasana kelas yang semula ribut berubah menjadi tenang. Mereka memperhatikan murid baru yang dibawa wali kelas mereka itu. Pain-sensei berdehem satu kali kemudian berbicara.

"Hari ini kelas kita kedatangan murid baru. Nah perkenalkan dirimu."

Naruto membungkuk pada calon teman-teman sekelasnya itu.

"Namaku Naruto Uzumaki. Mulai hari ini mohon bantuannya."

Terdengar tepuk tangan dibeberapa tempat. Bahkan seorang pemuda bersuit-suit.

"Uzumaki, duduklah ditempat yang kosong."

Naruto mengedarkan pandangnya keseluruh kelas. Dikelas itu ada dua bangku yang kosong. Yang pertama berada disebelah seorang pemuda berambut hitam kebiruan, dan yang satunya lagi disebelah pemuda berambut hitam pekat. Pemuda berambut hitam pekat itu melambai-lambaikan tangannya.

"Nampaknya dia orang yang ramah." Pikir Naruto.

Ia pun menghampiri pemuda itu dan duduk disebelahnya.

"Namaku Sai, salam kenal Naruto." Kata pemuda itu sembari mengulurkan tangannya.

Naruto menerima uluran tangan pemuda itu sembari tersenyum.

"Salam kenal, Sai."

.

.

.

.

Pelajaran pertama hari itu adalah matematika. Naruto menyimak dengan serius penjelasan Pein-sensei. Namun, akhirnya ia menyadari, hampir seluruh murid tak ada yang memperhatikan pelajaran. Ada yang membaca komik, bercakap-cakap, menulis sesuatu, bahkan ada yang tidur. Yang mendengarkan penjelasan hanya dia dan seorang gadis berambut pendek berwarna merah muda.

Naruto menoleh kearah Sai. Nampak pemuda itu tengah sibuk menggerak-gerakkan tangannya diatas selembar kertas.

Pein-sensei nampak tidak peduli dengan suasana kelas yang sedemikian kacau.

Akhirnya bel berdentang. Pertanda pergantian jam pelajaran telah tiba. Tanpa babibu, Pein-sensei keluar dari kelas itu. Naruto membenahi barang-barangnya. Sai mencolek pundaknya dan berkata.

"Lebih baik kau bawa sekalian tas mu, pelajaran berikutnya bukan dikelas kok."

Naruto baru sadar kalau teman-teman sekelasnya keluar dengan tas tersandang dibahu mereka. Ia pun segera menenteng tasnya dan mengikuti Sai keluar.

"Anu Sai, boleh aku bertanya?" Tanyanya sambil terus berjalan.

"Boleh, kau mau tanya apa?"

"Ng, bisakah kamu menjelaskan tentang sekolah ini?"

"Hmmm… gimana ya, terlalu banyak kalau kujelasin satu-satu. Ah, gini aja. Kamu yang nanya, entar aku jawab." Katanya sembari tersenyum. Kesan 'orang ini ramah' makin lekat dibenak Naruto.

"Sebenarnya sekolah ini sekolah macam apa sih? Kok nggak ada tingkatan kelasnya?"

"Begini. Sekolah ini, Konohagakure Academy. Dibangun dengan tujuan mendidik murid-murid yang berbakat dalam bidang musik. Jadi, hanya anak-anak yang hebat saja yang bisa diterima disini. Oh ya, sekolah ini tidak 'menerima' murid, tapi 'mencari' murid. Pihak sekolah langsung menyelidiki anak yang sekiranya masuk dalam kategori 'sangat berbakat'. Karena itulah jumlah murid disekolah ini sangat sedikit. Yah bisa dihitung dalam puluhan. Soal kenapa sekolah ini tidak memakai tingkatan kelas, itu karena pemberian mata pelajarannya sangat sedikit. Hanya tiga pelajaran utama yaitu Matematika, Sains dan Bahasa Inggris. Sisanya olahraga dan ekstrakurikuler. Sebagian besar pelajaran disini dipusatkan pada musik. Jadi, sekolah menyamakan tingkat pelajaran siswanya. Dikelas kita sendiri umur muridnya beda-beda lho. Ada yang 13, 14, 15, 16, 17, 18, bahkan 20. Yah, yang paling besar memang 20. Umurku sendiri 17. Kalau kau?" tanya Sai pada Naruto. Mengakhiri penjelasan panjang lebarnya.

"16. Lalu ada berapa jumlah kelas disekolah ini?

"Ada tiga kelas. Kelas A, B dan C. masing-masing kelas isinya sekitar 20-25 orang. Sekolah lebih mengutamakan kenyamanan muridnya, karena itu sekolah ini juga memakai sistem asrama. Fasilitas sekolah yang lain juga sangat lengkap. Intinya, sekolah mengambil dan mengurus seluruh keperluan siswanya. Asyikkan?"

Naruto terperangah. Betapa hebatnya sekolah ini!

Mereka berbelok dan menaiki tangga menuju lantai 2.

"Kau sendiri, kenapa bisa sampai kesini?" Tanya Sai padanya. Naruto tersenyum tipis.

"Seminggu lalu, aku mengikuti lomba piano dikotaku. Inginnya sih cuma untuk dapat hadiahnya, ternyata Jiraiya-sama mendatangiku dan bertanya apakah aku mau bersekolah disini. Karena saat itu aku tidak bersekolah, jadi… yah begitulah…"

Sai tersenyum simpul.

"Tidak perlu malu. Hampir sebagian besar murid disini sama sepertimu kok."

"Seperti aku?" Tanya Naruto bingung.

Sai berhenti dan menatapnya.

"Kau, yatim piatu kan?"

Naruto tersentak.

"Bagaimana kau bisa tahu?"

"Kan sudah kubilang, sebagian besar murid disini sama sepertimu. Jadi bisa dibilang tempat ini adalah tempat berkumpulnya anak-anak yang tidak cukup beruntung. Surga kecil untuk anak yang tak mempunyai pegangan untuk terus berjalan." Gumam Sai.

"Jadi tempat ini ibarat panti asuhan?"

"Bisa dibilang begitu, tapi tempat ini adalah panti asuhan khusus yang hanya sedikit orang bisa memasukinya. Tapi pada akhirnya, kita juga harus membayar biaya selama kita berada disini. Walaupun bayarannya juga sangat menyenangkan sih."

"Bayaran?"

"Konser."

Naruto bertambah bingung. Tapi sebelum ia sempat beratnya lebih jauh, mereka ternyata telah sampai diruang pelajaran berikutnya. Ruang musik.

"Waww…." Naruto bergumam kagum.

Ruangan itu sangat luas. Berbagai jenis alat musik tertata dengan sangat rapi. Seorang guru nampak duduk disebuah kursi. Ia memakai tutup wajah dan sebuah bandana hitam menutupi mata kirinya.. Naruto dan Sai segera mencari tempat duduk.

Guru itu melihat Naruto.

"Nampaknya ada murid baru disini. Kau yang berambut kuning, maju." Perintahnya pada Naruto.

Naruto melangkah dan berhenti didepan guru itu.

"Namaku Kakashi Hatake. Siapa namamu?"

"Naruto Uzumaki, Kakashi-sensei."

"Alat musik apa yang kau kuasai?"

"Piano." Katanya tanpa ragu.

"Bagus. Kalau begitu, mainkan sebuah lagu untukku." Katanya sembari menunjuk Grand Piano disampingnya.

Naruto duduk dikursi didepan piano itu.

Bermain piano didepan orang banyak sudah menjadi makanan sehari-hari itulah salah satu caranya untuk mencari uang. Ia berpikir sejenak.

Kemudian, jemarinya mulai bergerak. Menari diatas tuts-tuts piano yang berwarna gading.

Nada-nada mulai terdengar . Ia membuka mulutnya dan mulai bernyanyi.

Soshite bouya wa nemuri ni tsuita
ikizuku hai no naka no honoo, hitotsu, futatsu to ukabu fukurami itoshii yokogao
daichi ni taruru ikusen no yume, yume

Gin no hitomi no yuragu yoru ni
umare ochita kagayaku omae, ikuoku no toshitsuki ga
ikutsu inori wo tsuchi e kaesshitemo

Watashi wa inori tsuzukeru
douka konoko ni ai wo
tsunaida te ni kisu wo

Semua orang dalam ruangan itu terkesima. Mereka bagaikan tersihir oleh alunan melodi yang dimainkan Naruto.

.

Akhirnya lagu itu selesai.

Sai bertepuk tangan, diikuti oleh seluruh murid diruangan itu. Ruangan itu riuh rendah oleh aplaus meriah dari semua orang. Namun, ada seorang murid yang tidak ikut bertepuk tangan. Malah, sekarang ia menatap Allen tajam. Pemuda dengan rambut hitam kebiruan.

Kakashi sensei menepuk pundaknya.

"Bagus, kau hebat Naruto."

Naruto tersenyum lebar.

"Terimakasih, sensei."

Pelajaran berlangsung selama dua jam. Pelajarannya cukup menyenangkan bagi Naruto. Ia juga sangat senang saat menyaksikan secara live pertunjukkan spektakuler dari teman-teman sekelasnya itu.

Sungguh hebat.

Nampaknya tak ada seorang amatiran pun dikelas itu.

Tiba-tiba bel berbunyi. Naruto menghentikan gerakan jemarinya. Sai dan gadis berambut pendek yang dilihatnya dikelas tadi menghampiri.

Gadis itu mengulurkan tangannya.

"Maaf baru menyapamu sekarang, Naruto-kun. Namaku Sakura Haruno. Salam kenal."

"Ah, iya." Naruto menerima uluran tangan Sakura.

"Hei, ke kafetaria yuk. Laper nih." Kata Sai yang akhirnya membuka suara.

Naruto mengangguk. Dia memang sudah sangat lapar.

Mereka bertiga berjalan beriringan.

Ternyata benar kata Sai, kedua orangtua Sakura sudah meniggal dunia.

Tempat ini benar-benar seperti panti asuhan.

Hanya saja, ini panti asuhan untuk orang-orang yang istimewa….

.

.

.

Kafetarianya lumayan luas. Dibeberapa tempat, terdapat bangku dan meja panjang . Cukup nyaman.

Mereka segera memesan makanan.

"Emmmm… Kita nggak usah bayar kan?" Tanya Naruto ragu. Ia memang hanya membawa uang seadanya.

Sai tertawa.

"Tenang, sebanyak apapun kau makan, tidak akan ditarik bayaran."

"Baiklah, kalau begitu aku mau ramen ukuran jumbo 20 mangkok."

Pak Ichiraku, si penjaga kafetaria sekaligus koki terbengong-bengong.

"Benar kau bisa menghabiskan semua itu?"

Naruto mengangguk.

"Aku biasa makan segitu sih."

Sai tertawa. Belum pernah ia bertemu dengan manusia karet yang asli selain di anime favoritnya.

Beberapa menit kemudian, pesanan mereka telah jadi.

Mereka segera mencari tempat untuk duduk, namun hampir semua bangku disana penuh. Tentu tidak cukup untuk menampung makanan Naruto yang terlalu banyak itu. Tiba-tiba Sai melihat sebuah bangku yang cukup lengang. Hanya seorang pemuda yang duduk dibangku itu. Ia berlari menghampiri pemuda itu.

"SASUKE!" Sai memeluk pemuda itu dari belakang, membuat pemuda itu tersedak udonnya.

"Lepaskan aku! Sai!" Bentak pemuda itu. Sai hanya cengengesan.

"Aku boleh duduk disini ya, Sasuke?"

"Terserah."

"Oke, kita duduk disini."

Naruto mulai melahap ramennya.

"Oh iya, Naruto. Kau belum berkenalan dengan Sasuke kan? Nah kenalkan, namanya Sasuke Uchiha. Umurnya sama denganku. Spesialisasinya biola."

Naruto mengulurkan tangannya. Namun tidak ada tanda bahwa pemuda itu akan membalas uluran tangannya, jadi ia menariknya kembali.

Suasana jadi agak canggung.

"Eh, Naruto. Selain piano kamu punya bakat apa lagi?" Tanya Sakura berusaha menghilang kan suasana aneh itu. Naruto memandangnya bingung.

"Keahlian?"

"Lho, jadi kamu tidak tahu? Kelas A adalah kelas khusus. Hanya anak-anak yang sangat berbakat yang ditempatkan disitu." Sela Sai diantara suapan spagettinya .

"Khusus?"

"Yah, misalnya Sakura dan Neji..." Sai menunjuk seorang pemuda berambut panjang dimeja tak jauh dari tempat mereka.

"... Memiliki nada sempurna."

"Nada sempurna?" Tanya Naruto bingung.

"Artinya ia bisa membedakan nada hanya dengan mendengarnya saja. Sakura coba contohkan."

Sakura nampak ragu sejenak kemudian mengangguk.

"Coba kau berkata sesuatu, Naruto." Perintahnya.

"Apa?"

"Itu nadanya do re."

"Eh, benarkah?"

Sai tersenyum.

"Itulah bakatnya. Lalu kalau Sasuke, dia bisa memainkan semua jenis alat musik tanpa cela sedikitpun."

"Eh, hebat." Seru Naruto kagum. Pemuda itu hanya memasang wajah cuek dan melanjutkan makannya tanpa bicara apa-apa.

"Yang lebih hebat itu Sai. Dia bisa menghapal semua yang dilihat, didengar atau dirasakannya dalam sekali mencoba." Kata Sakura sembari meminum sedikit strawberry shake nya.

"Hie? Kok bisa?"

Sai hanya tersenyum sambil mengetuk- ngetuk kepalanya dengan telunjuknya.

"Bukannya sombong. Tapi aku punya photographic memory."

"Ah, kukira itu hanya bohongan saja. Ternyata benar-benar ada orang yang mempunyai kemampuan seperti itu."

"Sebenarnya selain aku ada seorang lagi yang mempunyai kemampuan yang sama, dia juga murid kelas kita. Tapi... ahhh... hari ini dia tidak masuk..."

Sasuke berdiri tiba-tiba. Membuat Naruto kaget.

Tanpa berkata apa-apa ia berjalan meninggalkan mereka.

Naruto mengerutkan alisnya.

"Anu Sai. Apakah aku... berbuat sesuatu yang salah?" Tanyanya ragu.

"Ng? Kenapa?"

"Daritadi si Sasuke itu menatapku aneh. Kayanya dia nggak suka sama aku deh?"

Sai tertawa. Ia mengelus rambut Naruto.

"Tenang aja. Sasuke nggak marah kok. Mungkin dia agak sensi karena kamu mirip seseorang..."

"Seseorang?"

Seorang gadis melambai pada Sakura. Ia lantas bangkit dan menatap Naruto

"Ah, Ino memanggilku. Bye Naruto, Sai."

Sakura pergi meninggalkan mereka berdua.

Sai menggamit pundak Naruto.

"Sudah selesai ,kan? Kita pergi yuk?"

"Eh kemana?"

"Pelajaran berikutnya olahraga. Lebih baik kita ke ruang ganti duluan. Soalnya nanti keburu penuh."

Naruto mengangguk paham. Ia membereskan piring-piringnya dan mengikuti Sai.

.

.

.

.

"Oh, ini ruang gantinya?" Naruto menatap keseluruhan bangunan itu.

Berbeda dengan ruangan lain yang tadi mereka datangi yang bisa dibilang 'Waooooww..." Ruangan ini nampak sederhana. Ada beberapa loker dan cermin. Sai memanggilnya. Naruto mendekat.

"Kamu belum dapat pakaian olahraga kan? Nih, pinjam punyaku dulu. Aku punya dua." Sai melemparkan satu setel baju olahraga padanya.

"Ah, terimakasih."

Naruto memakai baju itu. Ukuran tubuh mereka hampir sama. Jadi baju Sai sangat pas ditubuhnya.

"Ayo."

.

.

.

.

"Hoooowwww..." Naruto kembali berdecak kagum ketika sampai digedung olahraga. Gedungnya sangat luas.

Sai tertawa pelan.

"Hebatkan?"

Naruto mengangguk.

Beberapa menit kemudian, murid-murid yang lain datang. Kebanyakan dari mereka mendatangi Naruto dan berkenalan dengannya.

"Kamu juga suka ramen ya, Naruto?" Tanya seorang pemuda bertubuh gempal bernama Chouji.

"Kamu juga harus dipenuhi semangat masa muda, Naruto!" Kata seorang pemuda yang alisnya sangat tebal.

Seorang guru kembali memasuki ruangan. Seorang wanita berambut ivory dengan ukuran dada agak 'waw'.

Murid-murid mendekatinya.

"Hari ini kita akan melakukan tes senam. Lakukan gerakan yang sensei perintahkan."

Murid-murid berbaris. Naruto menempati barisan agak didepan.

Satu persatu murid-murid menunjukkan kemampuannya. Ada yang bisa, ada yang tidak. Naruto merasa melakukannya dengan cukup baik. Sampailah pada giliran Sai.

Ia mulai meloncat tinggi, melakukan putaran 360 derajat dua kali, dan bersalto satu kali.

Murid-murid berdecak kagum.

"Moon Sault nya sempurna!" Seru Lee. Naruto juga terpana melihatnya.

Sai tersenyum dan melambaikan tangannya bak artis tenar. Sensei itu memukul kepalanya dengan papan nilai.

"Adoww! Sakit Tsunade-sensei!" Kata Sai sembari mengusap-usap kepalanya.

"Kalau kau diam disitu terus yang lain nggak dapat giliran."

Sai menyingkir dan mendekati Naruto.

"Selanjutnya."

Sasuke melangkah dengan malas.

Naruto menatapnya.

Pemuda itu menarik nafas sekali dan mulai meloncat,

Semua orang tercengang.

Sasuke melakukan gerakan yang sama dengan Sai tadi, tapi jelas lebih hebat.

Ia melakukan putaran 3 kali dan bersalto dua kali.

Semua murid bertepuk tangan.

"New Moon Sault!" Kata Chouji.

Sasuke berjalan ke sudut lain. Sai mengejarnya.

"Ah, Sasuke curang! Itu kan gerakanku!"

"Che, lagipula bukan kau yang menciptakannya."

"Argghhh! Sasuke curang!"

Naruto tertawa pelan melihat tingkah konyol Sai itu.

Ia menatap pemuda yang kini tengah beradu mulut dengan Sai.

Siapakah dia sebenarnya?

.

.

.

.

Naruto membuka bajunya, digantinya baju itu dengan coat yang biasa ia gunakan. Beberapa orang disekitarnya juga melakukan hal yang sama. Ia melihat Sai tengah menggoda pemuda bernama Sasuke itu. Pemuda itu terlihat kesal, tapi Sai nampak menikmatinya. Pemuda itu melepas baju olahraganya. Naruto tertegun melihat sebuah tato menghiasi pundak kiri pemuda itu. Merasa diperhatikan, pemuda itu menoleh padanya.

"Apa kau lihat-lihat, Dobe."

Darah Naruto naik ke kepala.

"Namaku Naruto Uzumaki."

"Hou? Dobe tetap saja Dobe." Kata Sasuke sembari menyeringai.

Naruto menerjang pemuda itu.

Perkelahian pun terjadi. Ternyata Sasuke sangat kuat. Kemampuan Kendo yang sangat ia banggakan ternyata sangat berguna saat ini. Tapi, tetap saja ia tak dapat meremehkan Naruto. Pemuda itu mampu dengan lincah mengimbangi gerakannya. Dapat menghindar dengan baik dari setiap serangannya. Akhirnya, tangan Sasuke berhasil merobek kerah coat Naruto , dan tangan Naruto berhasil merobek bagian depan coat Sasuke.

Draw.

Tiba-tiba saja Sai sudah berada ditengah mereka. Ia memasang tampang seram.

"Maunya sih aku membiarkan kalian, tapi kalau dibiarkan aku takut kalian tidak dapat mengikuti pelajaran besok. Apalagi Sasuke, besok kau ada acara penting." Katanya sembari menatap Sasuke.

"Che."Sasuke beranjak pergi dari tempat itu sembari membawa baju gantinya.

Naruto memegang pipi kanannya yang agak bengkak terkena pukulan Sasuke tadi. Ia meringis. Sai menghampirinya.

"Seharusnya kau tidak mempedulikan kata-kata Sasuke tadi." Sai memegang pundaknya dan menariknya keluar ruangan. Orang-orang menatap mereka bingung.

Betul-betul hebat anak baru itu.

Hari pertama ia sudah membangunkan macan tidur.

.

.

.

.

.
"Aduhhh.."

"Diamlah sebentar..."

Sai tengah menempelkan plester di pipi Naruto.

Sai nyengir.

"Hebat, Naruto-chan. Kau berani menantang Sasuke."

"Memangnya dia siapa sih!" Tanya Naruto kesal. Ia membayangkan raut wajah Sasuke yang memuakkan tadi.

Sai kembali tersenyum.

"Sasuke itu, terkenal sebagai 'banchou' disekolah ini. Sebelumnya tidak pernah ada yang berani menantangnya seperti yang kau lakukan tadi."

Naruto membuang wajah. Apa pedulinya? Yang jelas ia tidak menyukai Sasuke.

"Hei, kita lihat-lihat sekolah yuk." Kata-kata Sai mengagetkannya.

"Eh?"

"Jam pelajaran sudah selesai. Ayo."

Naruto mengikuti Sai. Naruto tersenyum. Sai jauh berbeda dengan Sasuke. Ia sangat baik.

.

.

.

.

"Tempat ini lapangan bola, karena bermain bola tidak bisa dilakukan dalam ruangan. Lalu yang itu ruangan klub Ikebana. Lalu..." Sai menjelaskan berbagai tempat yang mereka lalui kepada Naruto. Naruto hanya mengangguk-ngangguk. Tiba-tiba, mereka mendengar sebuah suara yang sangat indah. Begitu indah, tenang. Suara biola.

"Indah sekali..." Gumam Naruto.

"Benarkah?" Sai menoleh padanya. Ave Maria terus bergaung.

"Iya, siapa yang memainkannya?"

"Sasuke."

"Eh?"

Naruto menelan ludah. Ia sudah terlanjur memuji pemuda itu.

"Sasuke?"

"Hehe, kau tidak percaya bukan? Tapi memang Sasuke yang memainkannya. Setiap sore, ia akan bermain biola di loteng atas itu..." Kata Sai sembari menunjuk sebuah atap, dengan lonceng besar tergantung diatasnya. Benar juga, suara itu berasal dari sana.

"... hal itu menjadi sebuah hiburan singkat untuk kami setiap harinya..."

Naruto memandang Sai. Kenapa wajah Sai terlihat begitu lembut ketika membicarakan Sasuke?

Langit nampak mendung. Mungkin sebentar lagi hujan.

Tiba-tiba handphone Sai berbunyi.

"Ah dari Jiraiya-sama." Sai menekan tombol Loudspeaker supaya Naruto bias mendengar percakpan mereka juga.

"Halo?"

"Sai, kau bersama Naruto?"

"Ya. Jiraiya-sama." Sai menjawab sambil menoleh pada Naruto

"Oh, kalau begitu tolong suruh dia datang ke kantorku segera untuk mengurus beberapa hal."

"Baik."

Sai menutup handphonenya.

"Nah, kau sudah dengar kan Naruto?"

"Ya. Dimana letak kantor Jiraiya-sama?"

"Kau tinggal ikuti lorong itu, lalu belok kekanan dan naik ke lantai 3. Kau akan segera tahu ruangannya karena kantor Jiraiya-sama memang paling mencolok."

"Bisakah kau mengantarku kesana Sai?"

"Ah, maaf. Sebentar lagi aku harus pergi ke suatu tempat." Sai mengecek jam tangannya.

"Baiklah kalau begitu. Sampai jumpa besok."

"Ya."

.

.

.

.

Naruto menyusuri lorong gelap itu. Ia memperhatikan sekelilingnya.

Gelap.

Ia berbelok ke kanan dan naik kelantai 2.

Disana ada beberapa siswa yang sedang duduk-duduk dikursi yang tersebar disana.

Naruto tidak mengenal satu pun dari mereka.

Mungkin mereka anak kelas B.

Naruto melewati mereka dengan santai.

Tanpa mengetahui, beberapa pasang mata tengah mengawasinya.

Ia menaiki satu tangga lagi kelantai 3.

Ada beberapa ruangan disana.

Ruangan-ruangan itu terkunci rapat.

Naruto melangkah menuju ruang diujung lorong.

Ruang itu memang paling mencolok.

Dipintunya, banyak ukiran-ukiran yang menampakkan betapa kunonya arsitektur bangunan itu.

Ia mengetuk pintu itu dua kali.

"Permisi."

"Ya, masuk." Terdengar sahutan dari dalam.

Naruto membuka pintu dan masuk kedalam.

Seorang pria berambut putih panjang duduk dikursi , dibelakang sebuah meja.

Diatas meja itu terdapat sebuah plang nama yang berwarna keemasan.

'Jiraiya. Headmaster'

"Anda memanggil saya, Jiraiya-sama?"

"Ya. Aku ingin memberikan beberapa perlengkapan sekolahmu." Ia menunjukkan tumpukan baju dan beberapa buku di atas meja.

Naruto mengambil perlengkapan itu.

"Terimakasih."

"Bagaimana, kau sudah dapat teman?" Tanya Jiraiya sembari menyalakan sebatang rokok.

Naruto mengangguk.

"Ya. Semua nya baik-baik."

"Lalu kenapa kau babak belur?" Jiraiya menunjuk pipi kanan Naruto dengan tangan kirinya.

"Ah, ini ada kejadian kecil tadi."

"Begitu?"

Jiraiya bangkit dan berdiri dihadapannya.

"Aku harap kau nyaman berada disini." Laki-laki itu mengelus rambut pirang Naruto.

Naruto merasa bahwa pria itu adalah orang yang sangat baik. Ia rasa ia bisa menganggap orang itu sebagai 'ayah' barunya.

Tiba-tiba handphone pria itu berbunyi.

"Ah, tunggu sebentar." Jiraiya mengangkat handphonenya.

"Halo, ohh Ran-chan? Iya-iya tenang aku pasti datang kok. Malam ini kan? Ah, jangan marah dong. Aku sayang kamu kok Ran-chan. Hahaha..."

Naruto menarik kembali kata-katanya.

"Iya, bye. Love you.."

Pria itu menutup handphonenya dan menatap Naruto.

"Ah, iya. Aku telah menentukan asrama dan teman sekamarmu. Semoga kalian bisa akrab."

"Siapa?" Naruto berharap teman sekamarnya adalah orang yang baik.

Sai mungkin?

Pintu diketuk dari luar.

"Dia sudah datang."

Pintu terbuka.

Rasanya Naruto ingin menjerit.

"Terimakasih sudah datang, Sasuke." Kata Jiraiya sambil berjalan kembali ketempat duduknya.

"Ada apa Jiraiya-sama?"

"Dia akan sekamar denganmu. Tolong bantu dia ya."

Sasuke menatap Naruto dingin. Naruto balas memandangnya dengan tatapan yang tak kalah dinginnya.

"Dobe..."

"Teme..."

"Wah, rupanya kalian sudah saling mengenal ya? Baguslah kalau begitu"

"Aku menolak." Kata Sasuke.

"Aku juga." Naruto membuang mukanya.

"Ah, tapi sayang sekali. Aturan disini satu kamar dua orang dari satu kelas. Dan dikelas kalian hanya kau yang tinggal sendiri Sasuke. Aku tak mungkin membiarkan dia sekamar dengan Sai."

"Lebih baik aku sekamar dengan Sai daripada dengannya!"

"Betul. Lebih baik dia bersama si Bakagaka."

"Sasuke. Kau tahu sendiri kalau aku tak bisa memasukkan seorang lagi kekamar Sai." Jiraiya menghisap rokoknya dan menghembuskan asapnya keras-keras.

"... kau sendiri yang paling tahu tentang itu kan, Sasuke?"

"Che." Sasuke membuang mukanya dan melangkah pergi.

"Jiraiya-sama..."

Jiraiya menggeleng.

"Kalau kau masih mau tinggal disini. Kau harus mengikuti aturan yang aku buat."

Naruto menjulurkankan lidahnya pada Jiraiya.

"Dasar Bakajii!"

.

.

.

.

Naruto mengikuti Sasuke. Pemuda itu sama sekali tidak menoleh kebelakang.

Naruto menggerutu dalam hati.

Akhirnya mereka sampai disebuah tempat yang nampaknya adalah kompleks asrama disekolah itu.

Beberapa orang nampak ingin menyapa Naruto, tapi begitu melihat Sasuke, mereka menunduk dan bergegas pergi.

Sasuke berbelok kekiri. Naruto terus mengikuti.

Mereka naik kelantai dua. Tiba-tiba Sasuke berhenti. Membuat Naruto menabrak punggung pemuda itu.

"Aduh..." Naruto mengusap hidungnya .

"Dasar Dobe, payah."

"Kamu yang tiba-tiba berhenti Teme!" Kata Naruto tidak terima. Sudah nggak minta maaf, malah ngatain lagi. Sumpah ini orang nyebelin banget!

Tanpa berkata apa-apa, Sasuke mengambil kunci dan membuka pintu kamar didepannya.

"Ini kamarku."

"Kamar kita tepatnya, Teme."

Sasuke masuk kedalam kamar itu. Naruto mengikutinya.

Dalam hati , Naruto memuji pemuda itu.

Kamarnya benar-benar rapi.

Sasuke duduk disebuah kursi.

"Mulai dari sini..."

Ia menunjuk tempat tidur sebelah kanan.

"...sampai sini..." Sasuke melingkari setengah lebih bagian ruangan itu.

"...Adalah wilayahku. Kau tidak boleh melewatinya."

Naruto menatapnya sebal.

"Aku tahu."

"Lalu aku tidak suka berantakan. Awas kalau kau membuang sampah atau apapun dikamar ini."

"Aku tahu Teme. Kau kira umurku berapa?"

Sasuke menyeringai.

"Berapa? Kurasa lima tahun?"

Ingin sekali Naruto menerjang Sasuke dan memukul wajah pemuda itu. Tapi ia tahu. Tidak ada gunanya mencari masalah dengan Sasuke.

.

.

.

.

Malam menjelang.

Hujan turun dengan deras.

Petir menyambar-nyambar.

Rasa dingin menyelusup dalam selimut Naruto.

Ia bergerak-gerak gelisah dalam selimutnya

Takut.

Ia takut petir.

Mungkin ini adalah kenyataan yang paling memalukan baginya.

Tapi ia tak dapat memungkirinya.

Ia memang takut petir.

Kedua orangtuanya meninggal pada saat hujan turun dengan deras.

Dan petir menyambar-nyambar.

Persis sepereti hari ini.

Naruto ingat betul hari itu.

Peristiwa itu.

Kecelakaan yang telah merebut nyawa kedua orangtuanya..

"DHUARRRRR!"

"Aaaaaa!" Naruto berteriak keras. Ditutupnya kedua telinganya dengan bantal.

Tiba-tiba, ia merasa sesuatu yang berat naik keatas kasurnya.

Naruto menoleh kesamping dan mendapati Sasuke tengah berbaring menyamping disebelahnya.

"Te..."

Sasuke mendekapnya.

Naruto terkejut.

"Kalau kau berteriak seperti itu terus, aku jadi tidak bisa tidur Dobe."

Naruto ingin marah tapi tidak bisa.

Ia merasakan kehangatan dalam pelukan pemuda itu.

Naruto membenamkan dirinya lebih dalam, didekapan Sasuke.

Harum tubuh pemuda itu membuat perasaannya nyaman.

Ia tak mendengar lagi dentuman-dentuman petir diluar sana.

Ia merasa nyaman.

Matanya mulai memberat.

"Oyasu...minasai...Teme..."

Ia tertidur.

Sasuke menatap pemuda yang kini tertidur lelap itu.

Ia ingin bangkit dan kembali ketempat tidurnya sendiri. Tapi pemuda itu mencengkram piyamanya dengan kuat.

Sasuke berbaring dan menutup matanya.

"Oyasuminasai, Dobe."

TBC


.

.

Fufufufufu~

Ini Fanfict pertama saya di fandom Naruto lho~

(nyebar-nyebarin bunga)

Ehem, sebenernya ini copas dari fic saya di fandom atas, D Gray Man.

Tapi setelah saya pikir2, coba2, tes2 dan (ditendang)

Eh ternyata pas juga lho!

.

.

.

.

Hewww, mana tokoh2 di D Gray Man sama di Naruto ada ajah yang mirip 0

Gampang deh buat copas2 XDD

Naruto: Masa sih?

Mii: Sumpah! Mii jelasin deh kemiripan kemiripannya!

Pertama, Naruto dan Allen Walker!

Naruto & Allen: (tepuk tangan) Plok3

Mii: pertama= Mereka sama-sama pemeran utama lho!(Dihajar Naruto)

Naruto & Allen: Uda tau author dodol!

Mii : Hie, sorryyyyyy Mii lovely ukeeee! (Meluk Allen)

Allen: Jauh2!

Mii: Oke2, daripada tangan mii pegel mending mii langsung ajah.

2. Sama2 keras kepala

3. sama2 cute kalo dijadiin cewek! (Allen n Naruto muntah2)

4. Sama2 jadi uke yg diperebutkan.

5. sama2 doyan makan.

n sama2 suka senyum gaje.

Naruto: Wah, banyak juga ya…

Allen: Kenapa aku jadi uke?

Mii: Tentu saja karena itu adalah wajib hukumnya tauk!

Sai: Selanjutnya persamaannya siapa?

Mii: Ah iya, ngggg(Ngecek daftar) Ah! Kanda Yuu dan Uchiha Sasuke!

Kanda n Sasuke: Memangnya ada?

Mii: Ada dong! Malah kalian yang paling banyak!

Sasuke: Sebutkan.

Mii: Ehem!

pertama, mereka berdua cool!

kedua, mereka ber2 stoik (Sasuke n Kanda saling pandang. 'bener juga ya?')

ketiga, pedang mereka mirip lho! Cuma beda warna aja!

Kanda: (Ngeluarin Mugen) masa?

Sasuke: (Ngeluarin pedangnya yang author ga tau namanya) Iya ya.

keempat, jurusnya sama2 tipe ilusi!

kelima, kalo Kanda ngeluarin jurus ketiga, dimatanya ada tiga titik yang kaya sharingan!

Allen: Apa? Kanda, jangan bilang kalo kamu itu sebenernya dari klan Uchiha?

Kanda: Ya nggak lah!

keenam, ke 2nya punya tato di sebelah kiri! Kanda didadanya sementara Sasuke dipundak kiri deket leher!

Lavi: Wah banyak banget ya.

Sai: (Ngangguk2)

Mii: Eh, masih ada lagi lho~

Naruto: Apa?

Mii: Kanda dan Sasuke…. Sama2 FLEKSIBEL! Bias jadi UKE ato SEME dengan Kata lain mereka SEKE!

Kanda n Sasuke: What the? Omaigad jadi seme aja uda menderita kaya gini apalagi jadi UKE? Gua ga terima!

Mii: Eh tapi banyak juga lho fanfic dengan pair AREKAN di Dgray man dan NARUSASU di fandom Naruto ini (Evil Grin)

Kanda: Hei, Uchiha. Kayaknya ada orang yang perlu dimutilasi disini

Sasuke: Bener, apa sekalian aja kupanggillin Manda?

Kanda: Boleh juga (Nyiapin Innocence)

Mii: Kyaaa! Naruto! Allen! Help meeee! Seme kalian nyeremin!

Kanda: MUGEN HATSUDOU!

Sasuke: AMATERASU!

Mii: Kyaaaaa!


Well Review please?

Gomen kalo ada typo ato salah nama.

Namanya juga copas.