Kimi Wa machigatte iru, Tetsuya
Kuroko no basket © Tadatoshi Fujimaki
Beware of typos and ooc, gak jelas, dan alay
No profits gained
…
Kau… salah, Tetsuya…
...
Seijuuro mendengus kesal, Tetsuya memanglah terlampau bodoh. Sampai-sampai tak dapat membedakan yang mana 'sahabat' dan yang mana 'gebetan'. Sejak SMP dulu, Seijuuro tau bahwa Tetsuya menyukai Aomine Daiki, dan Daiki pun sama. Kalau tidak, mengapa Daiki rela 'menyembunyikan' Tetsuya? Berlatih sehabis latihan hingga malam. Untuk apa?
Seijuuro berkata, bahwa pemakaman Tetsuya sebaiknya di selenggarakan di salah satu mansion nya yang di Tokyo, meski awalnya Daiki sempat menolak, Anggota Kiseki no Sedai yang lain mengiyakan. Ryota serta Taiga menatap Daiki dengan pandangan yang sulit diartikan, seperti rasa iba mungkin?
Drtdrtdrt.
Ponsel Taiga bergetar disaku celananya, pada saat yang sama Satsuki datang membawa sejumlah informasi yang ia ketahui. Setelah mengucapkan kata permisi, Taiga berjalan sedikit jauh untuk mengangkat telponnya. Satsuki mengiyakan, kemudian mengajak anggota Kiseki no Sedai yang lain untuk berdiri sedikit jauh dari Daiki, agar percakapan mereka tidak terdengar.
"Ini…" Satsuki menyodorkan sesuatu, sebuah benda. Surat berwarna biru yang ada dilaci. Ryota terbelalak, "Apa maksudmu Momocchi? Aominecchi bahkan tak berani menyentuh surat itu!" Desisnya. Seijuuro mengambil surat tersebut, Kemudian memberikannya pada Ryota, "Berikan surat ini kepada Daiki." Titahnya. "Nanti."
"Ada apa, Momoi?" Tanya Shintaro.
"Aku menemukan beberapa bukti bahwa pelaku tersebut merupakan teman kami…" Ujar Satsuki. Atsushi berhenti mengunyah cookies. "Apa maksudmu, Sacchin? Jangan menuduh orang." Jawab Atsushi. Seijuuro mengangguk mengiyakan. Momoi menggeleng.
"Pertama, sebelum kecelakaan 'kebocoran tabung gas' terjadi, Mereka mendapatkan tamu. Lalu, tamu mereka—Dai-chan dan Tetsu-kun, mengatakan 'sampai jumpa kembali' pada Tetsu-kun. Aku meminta rekaman CCTV waktu itu pada salah satu pegawai disana." Jelas Satsuki.
"Lalu?"
"Nomor kamar Tetsu-kun adalah 385. Dan yang mengalami kebocoran tabung gas merupakan kamar 405. Kamar disebelahnya, kamar milik Kikue-san, sedang kosong pada waktu itu. Lalu bagaimana ledakan itu dapat terjadi? Dari rekaman CCTV kamar milik Tetsu-kun, suara dari kamar sebelah, kamar Kikue-san terdengar. Normalnya, di kamar yang kedap udara, suara tersebut tak akan terdengar, kecuali orang itu berteriak." Jelas Satsuki panjang lebar.
"Tunggu, terdengar?" Seijuuro bertanya heran.
"Ya, dan pada hari itu, Kikue-san sedang berada di Kyoto. Seharusnya Kikue-san telah mati, namun, ia ada disini." Satsuki menunjuk seseorang berambut hitam panjang dengan wajah dewasa yang terkesan sedih. Kedua tangannya dikatupkan, mendoakan Tetsuya.
"Lalu, siapa yang melakukan hal itu?" Tanya Ryota.
"Sehari sebelum kejadian itu, Kikue-san menyewa seorang maid untuk membersihkan kamar apartemennya. Terlebih lagi, kompor milik Kikue-san merupakan kompor listrik dan ada timer nya. Kemungkinan besar, maid tersebut dibayar oleh seseorang untuk melakukan hal itu." Satsuki menarik nafas dalam-dalam.
"Tunggu, apa itu artinya ada seseorang yang mengincar Tetsuya?" Tanya Shintaro.
"Sintaro, cepat panggil Kaga—ah. Kau sudah ada disini." Seijuuro yang tadinya berniat untuk menyuruh Shintaro untuk memanggil Taiga mengurungkan niatnya. "Aku… dapat rekaman CCTV dari rumah sakit." Ujar Taiga, "Salah seorang temanku memberikannya tadi." Sambungnya lagi. "Mereka hanya memberi rekaman yang terdapat 'kuma-yaro' itu saja…" Taiga menyodorkan sebuah disc .
"Ya, ada yang mengicar Tetsu-kun…" Satsuki berkata, nadanya sedih bukan main.
"Apa maksudmu?" Tanya Taiga, sama sekali tak mengerti.
"Dengarkan saja, Kagami." Seru Shintaro.
Satsuki memejamkan matanya, sebelum membeberkan informasi yang ia ketahui.
"Peristiwa itu… saling berkaitan…"
…
"Bodoh! Aku sangat bodoh!"
Disudut kamar yang gelap, terlihat seseorang yang tengah memukul kepalanya dengan tangannya sendiri.
"Aku tak menyangka aku melakukan hal itu…" Gumamnya.
"Namun… pemuda itu pantas mendapatkannya. Lalu, selanjutnya, Momoi Satsuki, sepertinya ia tau terlalu banyak…" Sosok itu menyeringai lebar.
…
"Daiki…" Suara Seijuuro memanggil Daiki yang tampak terpuruk. Satsuki dan Ryota mengikuti Seijuuro dari belakang, Shintaro datang tergesa-gesa. Diikuti oleh Atsushi. "Kuroko, bukan mati karena bunuh diri…" ujar Shintaro.
"Kalau pun Kuro-chin bunuh diri, hasilnya tak akan serapi ini…" Gumam Atsushi sembari memakan pocky.
Daiki menatap mereka tajam.
"Kami menemukan pelakunya," Ujar Seijuuro.
"Kita mengenalnya dengan baik, Dai-chan…"
"Ini, Aominecchi." Ryota menyerahkan surat biru tua tersebut pada Daiki.
Surat terakhir Tetsuya, eh?
"Ahomine!" Seru Taiga, "Kau tau pelakunya. Kita dapat menangkapnya bersamaan. Aku mendapatkan rekaman CCTV Rumah Sakit. Salah satu jaringanku memberikannya." Taiga menyerahkan sebuah disk bertuliskan '15-10-xxxx'
"Arigato…" Ujar Daiki.
Ia mengingat kembali surat Tetsuya,
01101001 01101100 01111001 00101101 , Aomine-kun.
"Kau salah, Tetsuya…"
…
Tetsuya sangat bodoh, untuk apa kau berspekulasi hal yang tidak-tidak?
Daiki mencintaimu, tau…
…
Setelah terjadi peristiwa pengeboman satu bulan yang lalu, Daiki berubah menjadi lebih serius. Semenjak terjadi pembunuhan yang menimpa Tetsuya, sikapnya berubah drastis. Satsuki sempat khawatir. Ryota sempat memikirkan hal yang tidak-tidak. Shintaro bahkan sesekali berkunjung untuk mengecek keadaan Daiki—ia takut kalau Daiki mengalami trauma, tau. Seijuuro bahkan memasangkan beberapa penyadap serta kamera kecil di apartemen Daiki yang baru. Sementara itu, Atsushi yang menjadi tetangga baru Daiki, selalu menyeretnya untuk makan malam bersama, ada Taiga dan Tatsuya disana. Ternyata mereka satu Apartemen.
Daiki terkadang tersenyum miris, cintanya tak akan pernah terbalas. Bahkan sebelum ia menyatakannya.
"Yo!" Taiga menyapa Daiki kala melihat sosok berkulit tan tersebut masuk.
"Aomine-kun…" Sapa Tatsuya.
"Yo." Balas Daiki.
"Hora, Muro-chin, Kaga-chin to Mine-chin, makanan sudah siap." Atsushi berujar dari dapur, berjalan sembari membawa sebuah panci yang terlihat panas, mudian menaruhnya di steamer yang terletak di meja. Daiki, Tatsuya serta Taiga segera mengikuti Atsushi. Mereka kemudian duduk ditempatnya masing-masing, mengatupkan kedua tangan mereka, "Itadakimasu~"
…
Tetsuya… apa kau lupa bahwa aku mengetahui semuanya?
Apa menurutmu aku bodoh?
…
Akashi seijuuro menyetel ulang rekaman CCTV yang dikopinya dari Daiki. Ia tau jelas bagaimana runtutan peristiwa itu terjadi. Ia tau jelas apa yang ada dipikirkan oleh sosok 'Kuma-san' dan Tetsuya. Mengapa? Tentu saja karena ia ada disana. Seijuuro sadar bahwa Tetsuya menyadari kehadirannya. Namun, sosok 'Kuma-san' lah yang tidak sadar. Tetsuya sempat tersenyum tipis padanya, sebelum pembunuhan itu sempat terjadi.
"Aku tau kau melihatku, Tetsuya…" Gumamnya pelan, "Aku bahkan tau kau tersenyum padaku. Seingatku, senyumanmu tidak semiris itu…" Lanjutnya lagi. Tangannya menggenggam tempat disc. "Kenapa kau malah menyuruhku untuk diam saja, hm?" Seijuuro berbicara sendiri.
"Kau bahkan berani memerintahku, lancang sekali…"
"Namun… mengapa kau rela dibunuh oleh orang itu, eh?" Seijuuro bertanya, nadanya terlihat kecewa. Ia segera mematikan dvd player-nya. Kemudian menelpon Daiki, "Apa kau sudah membuat perkiraan?"
…
Di sebuah kafe, terlihat lima orang yang berasal dari SMP yang sama dan tiga lainnya berbeda. Mereka, Akashi Seijuuro, Midorima Shintaro, Kise Ryota, Aomine Daiki, Murasakibara Atsushi, Kagami Taiga, Himuro Tatsuya serta Takao Kazunari yang dipanggil secara mendadak oleh Shintaro, tengah berdiskusi atas kasus kematian Kuroko Tetsuya yang masih menjadi misteri. Daiki menoleh kea rah jendela menghindari perbincangan yang menurutnya memuakkan, namun yang ia temukan di dekat jendela, merupakan seseorang dengan helai biru muda dengan kulit seputih susu, Mirip sekali dengan Tetsuya. Yang diperhatikan menoleh, merasa rishi. Dan pada saat itu juga, Daiki membelalakkan matanya, "Tetsu… ka?" ujarnya pelan. Kazunari yang cukup peka menoleh kearah yang sama, "Itu Kuroko kan?"
"Hah?" Ryota menoleh, "Bukannya Kurokocchi sudah tiada?" Tanyanya bingung.
"Lalu… itu siapa?" Kazunari masih tetap teguh pada pendiriannya, menunjuk seseorang yang mirip dengan Tetsuya, "Iie, Itu Tetsu…" Jawab Daiki.
"Tetsu-kun?" Satsuki menoleh mulutnya menganga, namun ditutupi oleh tangannya.
"Tetsuya ka?" Tanya Seijuuro.
"Kuro-chin sudah tiada Mine-chin, jangan mengada-ada." Balas Atsushi.
"Murasakibara, jangan berbicara sambil makan dong…" Keluh Shintaro. Ia mengalihkan pandangannya menuju jendela. Disaat yang bersamaan, ia melihat Sosok yang terduga sebagai Tetsuya, tengah berbicara dengan seseorang, "Akashi… apa dia juga terlibat?" Tanya Shintaro.
"Un, Titelnya dirusak begitu saja, mana mungkin ia tidak sakit hati, sekali pun kejadian tersebut lama sekali," Seijuuro berujar dengan yakin.
"Tapi… ia tak akan membunuh Tetsuya…" Seijuuro berujar kembali.
"Kenapa?" Kali ini Tatsuya bertanya.
"Ia merupakan tipe orang yang cuek."
"Menurutku, bukankah dia yang lebih cocok dengan kasus ini? Semuanya berkaitan…" balas Taiga.
"Dan seingatku, orang yang bersama Tetsuya sudah mati beberapa tahun yang lalu…" Balas Seijuuro lagi.
"USO!"
"Apa maksudmu? Mati beberapa tahun yang lalu? Tapi ia ada disini, Bakashi!" Cerca Daiki pada Seijuuro.
"Kau ingin mulutmu ku gunting, Daiki? Dengarkan penjelasanku terlebih dahulu…" Seijuuro mengeluarkan sebuah gunting dari balik saku celananya, Daiki terdiam.
"Sebelumnya, aku ingin kita menuju tempat pemakaman Tetsuya,"
…
Bukannya semua orang dapat berubah pikiran, Tetsuya?
Mungkin, hari ini ia menyayangimu… namun esoknya membencimu…
Begitu juga sebaliknya,
…
Untuk yang pertama kalinya, baik mantan anggota Kiseki no Sedai, Taiga, Tatsuya, dan Kazunari serta Satsuki, dikejutkan dengan suatu peristiwa yang amat sangat tidak baik, dalam artian lain, buruk. Makam Tetsuya telah terbongkar, entah siapa yang berani melakukannya. Baik Daiki maupun Taiga bersumpah akan menghajar orang itu.
"Sudah kuduga…"
Dan mereka semua, menoleh kepada Akashi Seijuuro. Yang ditatap menoleh, "Akan kuceritakan semuanya…"
…
"Hari itu, Aku ingin mengunjungi Tetsuya, untuk menyampaikan sesuatu. Namun, saat aku berada diambang pintu, ada seseorang yang dipanggil 'Kuma-san' oleh Tetsuya. Sosok 'Kuma-san' tersebut tak menjawab meski Tetsuya terus bertanya. Ia tau aku ada disana, kemudian tersenyum… Senyuman yang menunjukkan bahwa ia siap mati."
Sebuah tarikan nafas yang dalam. Mereka—kecuali Seijuuro terbelalak kaget, karena mereka tak menyangka bahwa Seijuuro akan menyimpan rahasia sebesar itu.
"Dosis obat yang diberikan oleh dokter Tetsuya tersebut salah, pernahkah kalian melihat dokter Tetsuya? Masih ingatkah kalian pada pemuda yang bersama Tetsuya? Orang itulah dokternya. Dosisnya terlalu over, hingga Tetsuya tak merasakan apa-apa saat ia di tusuk oleh 'Kuma-san'. Sedangkan tusukan yang berada di jantung tak terlalu dalam, sehingga ak menembus jantung. Sekalipun lambungnya pecah, Pemilik Dokter itu dapat menghidupkan Tetsuya kembali. Karena mereka sebelumnya memberikan racun detrodotoxin yang terdapat di ikan buntal."
"Hah?" Kazunari terkejut, "Mereka mengincar Kuroko, dong? Berarti pembunuhan yang tidak melayangkan nyawa tersebut sudah di rencanakan?" Sambungnya. Sepertinya Kazunari tau banyak tentang mitos tersebut.
Akashi mengangguk.
"Mereka tidak membunuh Tetsuya, hanya menghancurkan saraf ingatannya. Apabila ingatannya sedikit pulih, racun tersebut di suntikkan kembali."
Langit menunjukkan warna Abu-abu, mendung. Di depan makam yang terbongkar, hawa kecanggungan datang. Mereka semua terkejut, tak menyangka bahwa Tetsuya tidaklah mati. Hanya saja ingatannya yang dihancurkan. Terlebih lagi yang melakukannya merupakan rekan Aomine Daiki.
…
"Cih, mereka tau terlalu banyak…" Sosok pemuda mengeluh disebuah ruangan yang berisikan dirinya dan dua orang lain. Tangannya memegang sebuah jarum suntik. Ia berjalan menuju salah satu dari dua orang lainnya, menyunttikkan sebuah cairan yang cukup berbahaya.
"…" Sosok yang dihadapannya kini teliht linglung, pemuda tersebut tersenyum puas.
"Momoi Satsuki, incar dia."
Tak ada jawaban, namun ia menerima sebuah anggukan. Sosok tersebut menyeringai lebar.
"Kena kau.
TBC
A/n: Saaya cukup kaget waktu ada kesalah di FF saya, Love Hurts: Silent love yang berupa unfinished sentence. Kalimatnya harusnya kayak begini : Ada, disana ada sebuah surat. Daiki segera menelpon kantor kepolisian dimana ia bekerja dulu. "Ryo?! Kemari, di rumah sakit, cepat! Ada tugas untukmu!" Seru Daiki. Menurut saya itu awkward banget. FF ini merupakan Side Story plus Sequel-nya.Tee-hee~ Gomeeeeen. Feedback?
TiaraLaz
