Sasuke's pov
Malam ini tetap saja hening, yang bisa ku dengar hanya hembusan angin dan binatang malam yang menyanyi untuk menghiasi gelap malam. Sayup-sayup ku dengar suara langkah kaki atau suara klakson mobil yang bersahutan. "membosankan", ucapku pada bintang. Tapi percuma, bahkan bintang pun tidak mau ku ajak bicara dan memilih untuk menutup dirinya dengan awan hitam.
Ku ambil sebatang rokok yang sedari tadi tergeletak di sampingku. Ini mungkin rokok terakhir yang akan kuhisap hari ini, karena kulihat sudah bertumpuk-tumpuk sisa batang rokok yang kuhisap malam ini. Malam ini? ya memang sudah kebiasaanku menghabiskan sebungkus rokok dalam satu malam. Setidaknya, aku senang dengan kebiasaanku ini.
Selesai dengan urusanku, aku kembali ke bawah. Sebelum aku ketahuan kakakku, lebih baik aku segera pergi tidur. Tetapi baru saja aku mau menuruni tangga, tiba-tiba ada yang menghadang jalanku.
"belum tidur, sasuke?" tanyanya.
"cih! ketahuan.." batinku, "apa pedulimu, aniki?" aku balik bertanya untuk membela diri.
"jawab dulu pertanyaanku.." tegasnya.
Menyebalkan, seandainya orang ini tidak lebih tua dariku, pasti aku sudah menyuruhnya enyah dari hadapanku.
"kau tahu aku belum tidur kan?! dan sekarang aku mau tidur!" jawabku dengan nada agak tinggi.
"merokok lagi?! sudah kubilang untuk tidak merokok lagi, kan!!" katanya dengan wajah merah menahan marah.
"tenang saja aniki, aku akan menuruti semua perintah-"
"perintahku kan, sasuke? aku bosan dengan ucapan bodoh yang selalu kau ulang itu.."
Aku diam, memang yang dia ucapkan benar. Semuanya..
"kalau begitu jangan pernah melarangku lagi, itachi.." kulewati saja tubuh yang dari tadi berdiri di depanku.
Tak ku pedulikan lagi wajah yang sudah siap meledak itu. Dia pasti sudah bosan 'melabrakku' seperti ini, tapi mungkin karena aku ini keluarga satu-satunya yang dia miliki dan bisa ia ajak bicara, maka dari itu dia sangat peduli padaku.
Sedih, itu jawaban jika ada yang bertanya apa yang sedang kurasakan saat ini. Tapi aku tahu, kesedihan ini tidak bisa menyaingi rasa sakit yang dirasakan itachi. Rasa sakit, perih, terluka, karena sang adik tidak menganggapnya. Aku bisa lihat dari air mukanya sekarang.
"oyasumi, aniki.." kataku sambil menutup pintu kamar. Dan tinggal menunggu hari esok yang membosankan.
Normal's pov
Pagi hari di kota konoha. Terlihat seorang lelaki yang sedang memanasi mobilnya dan bersiap untuk pergi sekolah. Sebenarnya hal itu dilarang, tapi sayangnya semua itu tidak berlaku bagi keluarga uchiha. Keluarga yang disegani oleh semua penduduk kota.
"aniki, aku berangkat!" teriaknya pada seorang pria yang dari tadi menunggunya di depan pintu. "hati-hati, sasuke.." balasnya.
SMA 90 Konoha
Setelah memarkirkan mobilnya, turunlah seorang pria berambut hitam kebiruan dan bermata onyx dengan kulit putih pucatnya dari mobil tersebut. Baru saja dia melangkahkan kakinya di lorong sekolah, beberapa orang siswi sudah mulai histeris ria menyambut kedatangannya.
Terlihat seorang gadis berambut pink terus memanggilnya, "kyaa!!! Itu uchiha-sama, uchiha-sama" bersama temannya yang berambut kuning panjang. Seolah tidak mendengar semua 'kicauan' itu, dia tetap berjalan dengan tampang stoic-nya.
"teng tong teng tong"
Bel tanda masuk pun berbunyi. Semua murid duduk manis ditempatnya masing-masing.
Greek!! "slamat pagi, anak-anak" seru seorang pria kekar berambut putih. (bukan kakashi, tapi jiraiya. Kakashi silver loh..).
"anak-anakku yang maniiss,,, hari ini kita kedatangan murid baru.."
keributan langsung melanda kelas tersebut.
"tenaang,,!! dia berasal dari kota suna, jadi kalian harus akrab dengannya,ya.. yak, bocah! Kau boleh masuk sekarang" serunya pada anak yang berdiri di depan pintu.
Masuklah seorang lelaki berambut kuning cerah, bermata biru langit, dan berkulit karamel, sangat indah semua perpaduan itu.
"OSH! Halo semua!! Namaku uzumaki naruto, salam kenaal…" sapanya dengan cengiran lebarnya.
"wah, manis ya..manis.." seru para siswi dan sambutan penyesalan dari para siswa.
Sang guru memutuskan untuk menyelesaikan acara pekenalan tersebut.
"nah, naruto. Kau duduk di…. Ah! Sebelah uchiha.."
merasa namanya disebut, uchiha yang dari tadi hanya menoleh keluar jendela menengok ke arah depan kelas dan terkejut melihat orang yang ada disana.
"Dia… gawat!!" sasuke pun kelihatan gugup.
"tak apa kan sasuke, lagipula kau juga butuh teman baru, kan??" Tanya si guru.
". . . Hn." Balasnya singkat.
"silahkan naruto.." ucap jiraiya yang dibalas ucapan terima kasih oleh naruto. Pelajaran pun dimulai.
10.00..waktu istirahat
"hai teman sebelah.." sapa naruto. Yang dipanggil (oleh YME) *author di tendang* hanya melirik sebentar lalu membuang muka. Menimbulkan semburat-semburat urat pada kening naruto.
"hey, aku menyapamu baik-baik kan, SASUKE?!" ucap naruto kesal.
"Hn, dobe?" balasnya.
"kau, kenapa masih memanggilku dobe, temee?!" teriakkan naruto membuat seisi kelas menoleh.
-siiiing-
"HUWAA…..!!!!! BOCAH BARU ITU MENYEBUT UCHIHA TEME!!!!!!" ributlah kelas itu.
Naruto kebingungan dan hanya bisa mengernyitkan alis. Sasuke mulai risih dengan keadaan itu. Kemudian dia menarik tangan naruto dan membawanya keluar kelas. Setelah lumayan jauh mereka berjalan, naruto menarik tangannya.
"hey, teme! Kenapa tarik-tarik sampe jauh dari kelas gini sih?!" Tanya naruto.
Sasuke tak menjawab, kemudian ia membalikkan badannya.
"kenapa kau kesini?" Tanya sasuke dengan tampang stoic-nya.
"aku? Aku mau sekolah!" bela naruto.
"aku serius, dobe!" kata-kata sasuke sukses membuat naruto agak gentar.
Diam tak ada yang bicara..
"a, aku,, aku.."
"KENAPA NARUTO !!!"
"JANGAN TANYA AKU, SASUKE !!!"
Sasuke terdiam, dia terkejut dengan kata-kata yang keluar dari mulut naruto. Dan tidak mengerti maksud ucapan naruto.
"dobe, kau.. apa maksud-" Kata-katanya terhenti.
Dia mematung ketika melihat mata biru indah naruto tergenang oleh air. Dia bingung, apa yang harus dilakukannya saat ini. Dia panik.
"tak apa teme, aku mengerti jika kau tidak suka melihat aku ada disini.."
sasuke kaget. Perih sekali rasanya ketika dia mendengar naruto berkata seperti itu.
"kenapa, kenapa bicara seperti itu?" batin sasuke.
"kau bisa menganggapku tidak ada kan, teme?"
"itu sulit, mustahil, naruto.."
"Oh ya! Aku lupa, kita bersebelahan ya? Nanti aku minta pada jiraiya-sensei untuk menukar tempat duduk ku dengan yang lain saja, biar kau tidak terganggu, Hehe…"
"jangan! Aku tidak mau!"
"eh, tadi juga maaf ya aku membentakmu.. aku memang bodoh! Sampai-sampai mataku kemasukkan debu begini, pasti ini karma karena membentak keturunan uchiha..hahaha….!!"
"jangan tertawa, aku mohon jangan tertawa seolah kau tidak terluka.."
"ya sudah, aku mau melapor ke jiraiya-sensei dulu ya, Jaa~"
"berhenti, tolong berhenti... akh!! Kenapa suaraku tidak mau keluar??"
Sayang, naruto sudah menghilang. Dan kini sasuke hanya bisa mengutuk dirinya sendiri.
"Akh..!! SIAL…!!" erangnya sambil menjambak rambut pantat ayamnya.
Naruto's pov
Sambil berjalan menyusuri lorong, aku terus memikirkan hal yang terjadi barusan. Aku tak percaya kalau sasuke sangat tidak ingin bertemu denganku. Sebenarnya ini hanya perkiraanku, tapi tadi sasuke benar-benar terlihat membenci aku.
Padahal aku kesini ingin menolongnya. Ah! andai saja dia tidak sebenci itu melihatku pindah kesini, mungkin aku bisa mengatakan semua. Semua yang aku simpan selama ini, akan aku lampiaskan semuanya. Dan untuk saat ini, hatiku sudah sakit. Sakit yang sampai membuatku menangis seperti ini.
"huh! aku memang cengeng, haha.. kalo si teme itu melihat pasti dia memarahiku, hahaha….. hik, hik, hiks, hiks, hiks, emm.. duuh,, kenapa gak mau berhenti sih?? Hiks, hiks…….. huwe…!!! temee…"
Aku terduduk di lorong sekolah sendirian. Beruntung, tidak ada yang melihatku menangis cecugukan seperti ini. Kalau sampai ada yang lihat, pasti mereka bertanya dan mau tidak mau harga diriku juga bisa jatuh nanti..(TT.) ya sudahlah,, lebih baik aku tenangkan diriku lalu menemui jiraiya-sensei.
end naruto's pov
Di kelas mereka..
"ma, maaf.. kalau boleh aku tau, namamu siapa?" tanya naruto pada anak yang sedang berdiri di depannya.
"oh,, kenalkan! namaku sai.." jawab anak itu. Anak yang mirip sekali dengan sasuke, sampai membuat naruto gugup.
Lelaki yang bernama sai itu, sangat kontras sekali menurut naruto(?). Kulitnya yang seputih salju, rambutnya yang hitam pekat, dan mata onyx yang sangat tajam namun sangat terlihat lembut. Mungkin itu yang membuatnya tampak berbeda dari sasuke. Dan naruto sangat menikmati pemandangan yang menyejukkan itu. Tanpa sadar dia terus memandangi wajah lelaki salju itu.
"ehm.. naruto?" teguran sai membuyarkan lamunan naruto.
"eh,eh, a, apa?" tanya naruto seperti orang linglung.
"hahaha…. Tidak, tidak, kau lucu sekali..!" seru sai.
"ha? Lucu apanya?". Kebodohan naruto mulai muncul.
"hm.. ya, kau sangat manis…" lagi-lagi senyumnya yang di keluarkan.
Ucapan sai kali ini benar-benar membuat naruto bingung. Apa sih maksudnya?! Pasti itu yang sedang di pikirkan naruto.
"dia bilang aku manis??" pikir naruto.
" Manis.." naruto mulai menangkap pikiran-pikiran aneh.
"HAH?! MANIS..!!!" naruto berteriak dengan frekuensi 500.000 hz.
"iya manis, memangnya kau baru mengerti?" sai agak geli dengan tingkah naruto.
"memang sih aku baru mengerti…" ucap naruto lesu.
"hey, anak baru! Tadi kau kemana dengan uchiha itu?" tanya lelaki dengan rambut berwarna merah hati.
"eh?! tidak,, oh iya! Kalau boleh aku tau, kau siapa?" naruto mencoba mengalihkan pembicaraan.
"aku sabaku no gaara, ketua kelas disini.." ucap gaara datar.
"tato di keningmu,, manis sekali... cinta." Tunjuk naruto.
"…… ini,, Kau mau menukarnya dengan 3 luka di pipimu itu?" tanya gaara sambil mengelus pipi kiri naruto.
"eh? Memang bisa ya?? Bagaimana caranya?" naruto menatap gaara lurus dan heran.
"minta saja, tapi mungkin akan ada banyak kontra yang muncul.." gaara mengatakannya dengan sumringah kecil.
"oh.. tapi,, tidak usahlah, aku suka dengan luka ini.." naruto nyengir.
Greek!!!
"hoo.. sasuke, kau dari mana saja? Anak baru ini asyik loh.." tanya lelaki dengan segitiga merah di pipinya.
Sasuke sama sekali tidak mendengarkannya. Dia seolah hanya memfokuskan otaknya pada bangku yang biasa ia duduki. Tanpa mempedulikan ekspresi naruto yang agak kaget melihat kedatangannya.
"sasuke, maaf ya! Kata jiraiya-sensei aku harus bersabar sampai besok. Soalnya dia bilang lebih baik pindah saat aku sudah mulai akrab dengan yang lain.." jelas naruto dengan nada yang agak pelan.
Ucapan naruto berhasil membuat sasuke terhenti. Terkejutlah dia mendengar yang barusan ia dengar. Bukan karena marah, tetapi sebaliknya. Kesenangan tiba-tiba dia rasakan memenuhi hatinya. Dia mulai memikirkan sesuatu (yang nista) *author ditusuk sasuke*. Ingin sekali dia menghabiskan sisa-sisa jam sekolah bersama naruto. Berdampingan seperti ini, berdekatan seperti ini. Tapi sayang, nama 'uchiha' bertengger manis dalam dirinya. Sehingga dia hanya bisa mengungkapkan kesenangannya dengan,
"Hn."
Naruto hanya bisa tersenyum dengan balasan singkat sasuke yang sudah biasa diucapkannya.
"kau mengusir naruto, sasuke?!"
Bagai mendengar petir di siang hari. Jantung sasuke nyaris berhenti berdetak. Siapa berani mengatakan hal yang tidak mungkin dilakukannya seumur hidup itu? Bagaimana kalau naruto salah paham? Lancang sekali. Tapi suara ini, sasuke kenal suara ini.
"memangnya kenapa, sai?" sasuke berusaha tenang.
"tidak, hanya saja jika kau ingin naruto menjauh darimu, aku akan menerima naruto di sebelahku..!!" ucap sai tegas.
DEG!!
Kemarahan memenuhi hati sasuke. Ingin rasanya dia menebas orang ini dengan kusanagi miliknya! Sayangnya, pedang itu sedang terpajang di tembok rumahnya. Dan tidak mungkin seorang uchiha menunjukkan emosi hanya gara-gara perkataan seperti itu.
Melihat sasuke yang tak bereaksi apa-apa, naruto semakin yakin kalau sasuke benar-benar membencinya. Hal terbaik yang harus dilakukan naruto saat ini adalah,,, menjauhi sasuke.
"bo, boleh sai?" tanya naruto agak ragu
"tentu saja! Aku bahkan seratus kali bisa menerimamu lebih baik daripada orang lain..!!" seru sai.
Naruto diam. Untuk sesaat dia belum bisa memilih. Namun dia memutuskan untuk berbicara.
"bagaimana dengan teman sebelahmu?" tanya naruto.
"suigetsu? dia sempat akrab dengan sasuke, jadi pasti dia tak keberatan.." jelas sai.
"oh, baiklah.. ne, sasuke! aku duduk dengan sai saja deh..hehe.." naruto mengambil tasnya dan menaruhnya di sebelah sai untuk kemudian duduk disana.
Lagi-lagi untuk kesekian kalinya, sasuke hanya bisa terdiam dan melihat punggung itu menjauhinya,, dan menghilang. Yang bisa dia lakukan saat ini hanyalah, menangis dalam hati.
"bahkan untuk berdua selama beberapa jam saja,,, tidak bisa…" batin sasuke.
#$%^&*(??)
Di atap rumah uchiha,
Seperti biasa, sasuke selalu duduk dan menghabiskan setengah malamnya di atas sana. Mungkin hanya tempat itu yang bisa sasuke percaya untuk mencurahkan isi hatinya. Dia mungkin agak gila, tapi memang itulah keturunan uchiha. Lebih baik berbicara dengan tangan sendiri daripada harus berbicara dengan orang lain.(bahkan deidara saja tidak pernah mengajak tangannya berbicara..)*chidori author*
"jangan hanya berdiri disana, kalau mau kesini, cepat!" kata sasuke.
'wah! Kau hebat sekali.." puji pria yang sedang berdiri di belakang sasuke.
"tapi sayang, kau terlihat bodoh jika memegang benda itu." Itachi mendekat dengan kata-kata tajamnya.
"jangan merasa kau itu selalu benar.." jawab sasuke tak mau kalah.
"kau kenapa? … Sedang terluka? Ceritakan saja padaku.." ucap itachi dengan jiwa ke'kakak'annya.
"sudah kubilang, jangan merasa kau selalu benar!" sasuke mulai geram karena kakaknya tahu apa yang sedang dia rasakan.
Itachi menatap sasuke, kali ini dengan tatapan prihatin. Dia paham benar jika otouto-nya ini sedang sedih, terlihat dari sorot matanya. Dia menarik nafas dalam dan menghembuskannya perlahan. Dan mulai berbicara.
"aku tidak tahu apa yang membuatmu sampai kacau begini, tapi jika kau merasa hilang saat sesuatu itu hilang, maka temukanlah apa yang membuatmu hilang, lalu simpan di tempat yang mudah kau ingat, agar kau tidak lagi kehilangan.." ujar itachi.
Hening, sasuke tertegun mendengar ucapan kakaknya. Kenapa kakaknya bisa mengucapkan hal sesulit itu? (padahal gak susah) *jitak author* Bahkan sasuke belum paham benar apa yang di ucapkan kakaknya barusan. Sepertinya hari ini banyak yang sulit di pahami sasuke.
"maksudmu?" tanya sasuke heran
"jangan sampai kau hilang.." jawab itachi.
"kenapa aku 'hilang'?" sasuke makin bingung.
Itachi kembali terdiam. Dia menatap ke arah langit dan tersenyum kecil.
"karena kehilangan.." jelas itachi.
"kehilangan?" sasuke benar-benar bingung.
"sudahlah! Kau bodoh sekali, sasuke.. sana tidur! Ku ambil ini !!" itachi mengambil bungkus rokok yang tergeletak di depannya dan memasukkannya ke kantong celana.
Karena sasuke 'kalah' oleh kakaknya, dia hanya menurut dan pasrah ketika sang kakak mengacak-acak rambutnya.
"tampaknya kau harus mengulang dari awal, sasuke.." ucap itachi.
sasuke pun mulai berpikir,
"hilang, karena kehilangan. ketika itu hilang, temukan apa yang menyebabkan hilang, simpan agar tidak hilang, lalu mulai dari awal…"
muncullah sumringah kecil di wajah sasuke, dia paham sekarang.
Tuberculosis..
*tinju author*
Tbc
