Wiii, fic baru nih! Jelek kagak jelek tetep Tomat publish. Gara-gara ini nih, *nyikut Jambu* selalu nyuruh buat apdet kilat. Padahal kagak tau ape? Ceritanya masih ancur, abal, gaje,banyak typo dan gak ada humor sama sekali.
Tapi, apa boleh buat? Gak apdet ntar jadi dikit ceritanya . Langsung aja deh, ya? Eits, ini humornya Tomat gak tau nyambung apa gak. Jadi bagi yang review mohon kritik dan sarannya untuk chap depan. Oia, request para reviewer udah aku turuti :D A/N nya di tengah-tengah cerita udah aku apus, jadi sekarang semuanya gak keganggu lagi! Horeeee *orang gila*
Rela Masuk Pesantren © Tomat Jambu
Naruto © Masashi Kishimoto
Summary : Sasuke rela masuk pesantren demi Sakura agar dia direstui berpacaran oleh abah Sakura. Mampukah ia sekolah di pesantren dan menghadapi berbagai cobaan dari Allah SWT?
Happy Reading ^^, Don't Flame!
If you don't like, don't read please cause the humor is gaje!
Jembatan kecil di sungai yang tenang ini, berdirilah seorang anak laki-laki berumur sekitar empat belas tahun. Anak itu terlihat bingung dan tidak tahu apa yang akan dilakukannya. Saku celananya menjadi tempat bersembunyi kedua tangannya yang sudah berkeringat.
'Aduh, bagaimana ini? Aku harus menyatakan cinta pada Sakura besok. Atau aku keduluan dengan anak-anak lain!'
Sejenak dia terdiam karena mendengar seseorang memanggilnya. Suaranya familiar di telinganya karena setiap hari ia mendengar suara itu.
"Sasukeeee! Cepat masuk rumah!" teriak seseorang yang tak lain dan tak bukan adalah ibu Sasuke. Huuuh, Sasuke mendengus kesal. Aduuh, ibu, seharusnya ibu mengerti sedikit aku sedang mengatur rencana untuk pernyataan cinta besok.
Sasuke melangkah menjauhi jembatan kecil di sungai itu menuju rumah yang tak jauh dari tempatnya. Dari jauh, ibunya sudah menunggu Sasuke dari gerbang komplek Uchiha. Dengan berkacak pinggang, ibunya terlihat marah karena Sasuke tidak pulang-pulang. Asal pas lebaran pulang, gak apa-apa kan bu?
"Apa yang kau lakukan disana malam-malam begini, ha?" teriak ibu dengan suara beribu-beribu oktaf. Meskipun suaranya sangat kencang, Sasuke sama sekali tidak menutup atau melindungi telinganya dari auman singa.
"Berpikir" jawab Sasuke santai. Jedeng! Langsung saja di dahi ibunya muncul urat-urat berbentuk perempatan yang mengerikan dengan background ibunya bergambar api neraka.
"Apa? Apa aku salah jika aku berpikir? Aku kan punya otak" lanjut Sasuke. Kini urat-urat itu bertambah banyak seiring dengan perkataan santai dari Sasuke.
Tiba-tiba, ibu Sasuke menaikkan lengan baju kiri dan kanannya menampakkan otot-otot dan tattoo Hello Kitty-nya plus dengan hiasan bunga-bunga berwarna merah. Sasuke yang melihat otot ibunya—bukan tattoonya—langsung bergidik takut. Bagaimana tidak takut, lhawong saat membuka lengan bajunya tiba-tiba otot-otot itu berbunyi seperti suara meriam siap perang.
BUAGH!
BRAKK!
MEONG!
JEDUG!
WIIINNNGG!
BRUAAAK!
KLONTANG!
KRIK KRIK!
JEDEEER!
Sasuke jatuh. Tetapi bukan jatuh di tanah atau di mana. Tetapi jatuh di tempat tidur. Ya, ternyata pukulan, tonjokan, tampolan, dan tendangan dari ibunya membuat ia melayang dan jatuh tepat di kamarnya. Kalau jatuh di kamar Sakura tidak apa-apa, tapi ini di kasur kamarnya yang dihuni binatang-binatang kecil tak berguna bagi nusa dan bangsa sehingga punggungnya sangat sakit.
Sasuke memegang lebam di pipinya hasil tampolan si berotot Mikoto Uchiha. Sasuke meringis saat tangannya memegang lebam di sekujur tubuhnya. Dasar ibu sinting, anak ganteng begini masih aja dijadiin bahan latihan pembesaran otot. Sasuke masih ingat, dulu saat TK sering sekali ia melihat kakaknya di pukuli oleh ibunya karena sering ketahuan mengintip nenek Tsunade. Karena kenakalan kakaknya itulah, sekarang tubuh ibunya berotot melebihi Ade Namnung. Maksudnya, Ade Rai.
Sasuke mencoba merebahkan dirinya di kasur yang sudah hilang tingkat keempukannya. Punggungnya yang sudah hancur dan sudah tidak bisa disatukan lagi itu terasa sakit sekali saat terbaring di kasur bobroknya.
BRAAAKK!
Tiba-tiba sesosok monster—eh, sesosok wanita berotot muncul di ambang pintu dengan muka garang dan tanduk merah di kepalanya. Sasuke melihatnya hanya bisa pasrah karena tahu apa yang akan terjadi.
"Sudah cukup, bu. Aku sudah lelah ibu pukuli. Aku mau tidur!" rengek Sasuke. Ibunya hanya memandang Sasuke dengan senyum menakutan plus dengan gigi taring dan air liur yang menetes tak henti-henti. Tak ketinggalan suara ala monster yang membuat Sasuke berteriak bak seorang putri kerajaan yang akan diculik oleh monster hutan.
SKIIP SKIIIP SKIIIIP!
Sasuke menutup kepalanya dengan bantal karena takut dengan sosok ibunya yang entah kenapa bisa seperti itu. Tapi bagaimanapun juga, sosok itu adalah ibunya. Perut ibunya dulu adalah rumah Sasuke. Sasuke tidak bisa langsung menganggap sosok itu adalah bukan ibunya sendiri. Bisa-bisa Sasuke jadi anak durhaka dan dikutuk jadi tai. Ugh..
"Ampuuuun!" teriak Sasuke dari dekapan bantalnya.
"Cepat tidur." Sasuke terdiam. Dia tidak mendengar suara mengerikan seperti tadi. Yang didengar hanya suara biasa. Dan itu suara..ibunya! Sasuke memiringkan kepalanya pelan-pelan dan mata onyxnya menangkap sosok wanita cantik dan seksi dalam balutan gaun pendek berwarna merah menyala.
Mata Sasuke membelalak. Tidak mungkin! Ini sangat tidak mungkin! Tadi dia melihat sosok monster dengan gigi taring dan air liur yang menetes, tetapi kini ia melihat sosok wanita cantik dan seksi dengan gaun merah yang minim. Lengkap dengan asesoris kalung yang bling-bling dan gelang yang bling-bling-bling.
Sasuke tidak bisa menutup mulutnya karena makhluk indah di depannya ini. Wanita itu terlihat berpose dengan erotis. Lekuk tubuhnya yang indah dan kaki yang jenjang membuat Sasuke lupa kalau wanita itu adalah ibunya sendiri.
"Bagaimana bisa ibu berpakaian se-seperti itu?"
"Tanya saja pada asistennya Tomat yang rada soak itu. Cepat tidur. Ibu tidak bisa memberi pelajaran padamu kalau berpakaian seperti ini" kata ibu setelah menutup pintu kamar Sasuke. Sasuke mengusap air liur yang sempat menetes karena saking tergodanya dengan pakaian ibunya tadi. Setelah mengusap airnya, Sasuke membaringkan tubuhnya dan menutup mata selamanya..e—eh! Bukaaaan, menutup matanya sampa nanti pagi.
'jelas saja ibu tidak bisa memberiku pelajaran dengan baju seperti itu, atau tidak nanti malah ibu yang aku beri 'pelajaran'' Sasuke berkata dengan suara rendah dan senyum mesum membayangkan.. E—eh! Ini bukan rate-M, Sasuke! Jaga pikiranmu! Dan ingat, Sasuke. Itu adalah ibumu sendiri.
Bel berbunyi sebentar lagi, dan Sasuke masih berada di teras rumahnya menunggu kakaknya yang masih sarapan. Entah untuk keberapa kali Sasuke melihat jam tangannya. Pukul tujuh kurang lima menit. Ya, hanya lima menit. Ya, ya lima menit. Hmm..lima menit. Hhh..eh? A—APAAA? LIMA MENIT? AAAA! TERKUTUK KAU, ITACHIII! AAAKKUU TERLAMBAAAT! Batin Sasuke menjerit.
Itachi keluar dari rumah dengan wajah tak berdosanya. Tangannya yang sibuk dengan tusuk gigi dan menusuk-nusukkan benda itu ke sela-sela giginya. Sasuke yang melihatnya hanya bisa menggeram. Wajahnya kini sudah berwarna merah menyala dan panas. Di sekelilingnya muncul api-api gaje berwarna pink(?). Itachi memandang Sasuke yang masih bertahan dengan api-api pink membuat Sasuke terlihat sedikit agak macho.
"Oh, ya Sasuke! Adikku yang paling ganteng. Hehe..Hari ini aku tidak bisa mengantarmu ke sekolah karena ya..kau tahu, kan? Mobil rusak dan ayah belum sempat mem—"
BUAGH!
"ITACHI BAKA! KAU TIDAK TAHU KALAU AKU SUDAH SANGAT TERLAMBAT KARENA KEBODOHANMU YANG TIDAK PERNAH HILANG! CEPAT KAU GANTI RUGI! ANTARKAN AKU KE SEKOLAH SEKARANG ENTAH DENGAN CARA APA! CEPAAAT! AKU BISA TERLAMBAAAT!" teriak Sasuke yang hanya dibalas sangat kelewat santai oleh Itachi.
"Tidak mau. Salahkan saja sekolahmu karena membuat patokan waktu masuk sekolah jam tujuh. Itu jadinya kau terlambat, ayam"
"DASAR BAKAAA ANIKIIIII!"
"Itu aku"
"AAAAAA!"
Sasuke memukul kakaknya berkali-kali sampai kerutan di wajah kakaknya bertambah seribu kali lipat. Itachi tenang-tenang saja kalau kerutannya bertambah, karena kalau Itachi marah maka kerutan itu semakin bertambah seribu seribu seribu kali lipat.
Sasuke berlari menyusuri komplek rumahnya dan berlari melewati gang, melompati benda-benda yang berserakan di jalan, mengabaikan sapaan para penggemarnya, menerobos orang-orang di jalanan dengan gaya slow motion. Sehingga terlihat dramatis. Keringat yang bercucuran menetes terkena angin. Sasuke berteriak saat menerobos kerumunan orang di jalan agar terlihat seperti seorang pemenang (gak nyambung banget?)
Rambut hitamnya berkibar dan di belakangnya terlihat beratus-ratus penggemarnya menyemangatinya. Lengkap dengan pom-pom, spanduk bertuliskan 'GO SASUKE! :*', speaker toa yang terus berteriak 'kau bisa, Sasuke!', juga tidak ketinggalan suitan-suitan dari para cewek-cewek. Bahkan ada salah satu cewek yang membuka kemejanya dan yang ada adalah tank top seksi bertuliskan I LOVE SASUKE.
Tapi itu semua bukan apa-apa bagi Sasuke. Yang terpenting sekarang adalah bagaimana cara agar Sasuke bisa tepat waktu sampai di sekolah tanpa ketahuan oleh kang Kotetsu dan kang Izumo. Bisa mati kalau mereka mengadu pada Nek Tsunade, cewek idaman Itachi juga kepala sekolah Sasuke bahwa Sasuke datang terlambat datang ke sekolah. Turun pamor!
Sasuke berlari kencang menerobos apapun yang menjadi penghalang Sasuke untuk datang ke sekolah tepat waktu. Tong sampah, penjual kerak telor, penjual mainan, ustad yang sedang dakwah, orang yang sedang ngupil, orang yang sedang be'ol, orang yang sedang beranak dalam kubur(?), orang lagi senam, orang lagi nafas, semua ia lewati apapun jenisnya. Dengan cepat tangannya mengusap keringat yang membasahi wajah dan bajunya. Gerbang sekolah sudah terlihat dari kejauhan. Untung saja jarak sekolah dengan komplek Uchiha tidak terlalu jauh. Jadi Sasuke tidak perlu berlari terlalu jauh.
Sasuke berhenti. Dia cukup lelah, padahal jarak sekolah tinggal beberapa langkah lagi. Sasuke membungkukkan badan dan membuang nafas kelelahannya. Dia mengusap keningnya dari keringat yang membuat Sasuke terlihat lebih keren. Keringat yang ditimpa sinar matahari membuat badan kekar Sasuke sedikit mengkilat-kilat. Nafasnya tidak teratur. Setelah berhasil mengatur nafasnya, ia mulai bicara pada seseorang.
"Bang, becak! Anter sampe sekolah ntu, bang! Capek banget nih!"
GUBRAAAKK!
Sasuke baka! Tinggal beberapa langkah lagi malah naik becak? Dasar ayaaaaam!
Sasuke naik ke becak dengan perasaan lega. Dia tidak tahu kalau di belakangnya banyak penggemarnya yang memasang wajah kecewa. Karena mereka kira Sasuke akan berlari ke sekolah dengan kerennya, kok jadi naik becak? Yang keren kan jadinya si abang becak, bukan Sasuke.
Gerbang sekolah sudah sampai di depan mata. Terlihat kang Izumo dan Kotetsu sedang asyik menggeser pagar sekolah yang tingginya na'udzubillah. Sasuke yang melihatnya langsung berteriak histeris. Mendadak saja dunia serasa berubah menjadi slow. Sasuke turun dengan gaya slow motionnya. Keringat yang mengucur deras menetes dengan penuh perasaan. Abang becak terus berteriak saat Sasuke turun dari becak untuk menuju sekolah tercinta.
Sedangkan fans-fans Sasuke di belakang masih setia meneriaki Sasuke. Bagaimanapun juga Sasuke harus bersekolah biar pinter. Fans yang baik. Masih dengan slow motionnya, Sasuke berlari sambil sesekali tangannya mengusap keringat di dahinya. Tas selempangnya ia lemparkan dengan sekuat tenaga ke dalam halaman sekolah melewati pagar sekolah yang tinggi. Kang Izumo dan Kotetsu hanya heran melihat sebuah tas kumal melintas di atas kepala mereka.
Sasuke berlari terus dan terus sampai ia lupa bahwa ia belum membayar harga becak tadi. Tapi pikiran itu belum terlintas, yang ada di otaknya kini adalah bagaimana caranya masuk sekolah+kelas tanpa kena poin dari guru BK(kayak sekolah author?). Sasuke berteriak kencang tanpa peduli kini bau mulutnya lebih lebus daripada bau ketek dan kentutnya.
"J A N G A N T U T U P P A G A R N Y A ! ! ! !"
Kini bukan gerakan Sasuke yang slow motion, tetapi suaranya pun berubah sama. Dengan sekuat tenaga Sasuke mengerahkan kekuatan kakinya agar sampai di halaman sekolah. Ya, hanya halaman sekolah saja Sasuke senang jika sudah menginjaknya. Bahkan jika hanya idung mancungnya yang berhasil melewati pagar, Sasuke sudah senang bukan kepalang. Kang Izumo menengok ke arah teriakan Sasuke. Dia hanya bengong melihat idola sekolah bisa terlambat seperti sekarang.
"Eh, eh. Itu Sasuke, kan? Sasuke Uchiha? Anak tenar nan cakep itu! Kok terlambat, ya?" ucap Izumo dengan muka sinis dan nada bicara yang dibuat seperti ibu-ibu rumpi. Kotetsu kontan menengok ke arah Sasuke yang bercucuran keringat dan sebagian seragamnya sudah basah kuyup melebihi basah kuyup karena kena hujan. Kotetsu menengadah memendang langit dengan wajah yang sepertinya sedang mengecek seseuatu. Entah apa itu.
"Hari ini cerah. Tapi kenapa si Uchiha itu basah?" tanya Kotetsu dengan bodohnya. Jelas saja basah, orang Sasuke keringetan ampe segitunya. Coba aja peres ntuh baju, mungkin dapet satu truk tanki.
Sasuke mengusap keringat di dahinya yang penuh dengan keringat kotor dan tak diinginkan. Saat Sasuke berlari dengan penuh wibawa itu, terdengar soundback We Are The Champion yang diputer odong-odong pesenan author. Sejenak Kotetsu dan Izumo diam terpaku mendengar musik dangdut itu. Dasar kagak mbois jadi orang, jelas-jelas ntu bukan lagu dangdut!
Sasuke melompat tinggi mencoba menggapai pintu pagar yang jarak antara pagar bagian kanan dan bagian kirinya tinggal satu millimeter. Dengan melayang di udara, Sasuke mencoba untuk memanjangkan tangannya agar cepat sampai dalam menggapai tujuan. Tapi karena tangan Sasuke tidak punya kekuatan untuk panjang dengan sendirinya, mau tidak mau Sasuke mengandalkan suaranya agar Kang Izumo dan Kotetsu tahu tujuannya.
"AAAAA!"
Dengan bodohnya, kaki Kotetsu tersandung batu tak berguna. Langsung saja badan Kotetsu oleng dan akhirnya tangannya menggeser pagar dan pagar itu sukses menutup dengan sangaaaat smepurna. Sasuke yang melihatnya lansung berhenti melakukan aktivitasnya melompat di udara. Tepat saat jarak tangan Sasuke dan pagar itu tinggal sejengkal, eeeh malah si Kotetsu menutup pagarnya dan sama sekali tidak peduli dengan nasib Sasuke.
BRUK!
Sasuke jatuh ke tanah dengan muka lemas. Seharusnya yang berada di dalam sekolah adalah dirinya, bukan tas kumalnya. Kotetsu memandang Sasuke heran.
"Ada apa? Kau kenapa lemas begitu?" tanya Kotetsu.
"Bodoh! Kenapa kau tutu pagarnya? Si Uchiha ini tidak bisa masuk, tau?" gertak Izumo. Hahaha, bagus kaaang! Gua suka gaya loe! Omeli ntuh temen lu yang kelewat sledeng.
"Aku tadi tidak sengaja tersandung batu ini, makanya tanganku tergeser dan menutup pagarnya!" Kotetsu tidak mau kalah. Tangannya menunjuk-nunjuk batu tak berdosa di bawahnya. Terlihat batu itu sangat kasihan karena di tuduh mencelakakan Sasuke.
Sasuke berdiri dengan badan yang masih sangat lemas. Dia sangat tidak suka perdebatan. Langsung kedua tangannya membekap mulut kedua penjaga gerbang KHS itu. Saat suasana sudah stabil dan tidak ada perdebatan lagi, Sasuke menjauhkan dari mulut-mulut bau itu.
"Biarkan aku masuk ya, kang?" pinta Sasuke dengan wajah memelas dari luar sekolah. Kini posisi Sasuke berada di luar lingkup sekolah, sedangkan Kotetsu dan Izumo berada di dalam lingkup sekolah.
"Tidak bisa! Pagarnya sudah menutup. Jadi kau tidak bisa masuk!" hardik Kotetsu dengan garang. Padahal itu sama sekali tidak membuat Sasuke takut. Sasuke hanya memasang wajah semakin memelas.
"IIIHHH, AKANG RUMPI DEEH! Kalau saja akang tidak menggeser pagarnya, mungkin pagar itu tidak menutup" bela Sasuke. Izumo hanya manggut-manggut mengiyakan.
"Jangan salahkan aku. Salahkan batu ini!" tunjuk Kotetsu pada batu di bawahnya.
"Dia masih kecil! Jangan dituduh seperti itu!" Sasuke tetap tidak mau kalah.
"Tapi ini salahnya. Kalau dia tidak ada, mungkin pagar ini tidak akan menutup!"
"Tapi kan yang menutup itu tangan akang, bukan batu imut itu!"
"Penyebab utamanya dia, bukan aku!"
"Akang!"
"Dia!"
"Akang!"
"Dia!"
"DIAAAAM!"
Kotetsu dan Sasuke yang dari tadi berdebat tak jelas langsung diam melihat Izumo dan sekelilingnya basah seperti abis hujan. Mungkin kalau Izumo tidak menghentikan perdebatan ini, mungkin akan terjadi banjir tujuh tahun tujuh abad.
"Baik, Sasuke. Kali ini kuberi keringanan. Kau boleh masuk. Lagipula, tasmu ada di dalam. Jadi kau tidak sepenuhnya terlambat" Izumo menerangkan pada Sasuke dengan sangat bijaksana. Kontan saja Sasuke berteriak histeris dan tak ketinggalan penggemarnya di belakang yang lebih histeris. Sasuke masuk menerobos pagar dan menciumi pipi kang Izumo.
"Bukan mukhriiim!" Kotetsu yang melihatnya langsung berteriak bak wanita yang melihat hal aneh. Meskipun begitu, Sasuke tidak menghentikan kelakuan tanda terima kasihnya. Izumo hanya diam saja mendapat perlakuan dari orang cakep. Mumpung ada kesempatan, jangan disia-siakan. Setdaaah, sama aja si Izumo ini!
"Makasih ya, akaaaang! GUA DOAIN NAIK KELAAAS! JAA!" ucap Sasuke sebelum menjambak rambut Kotetsu saking benci dan dendamnya karena tidak mengijinkan dia masuk. Sasuke melambaikan tangannya dan berjalan santai menuju halaman sekolah berniat mengambil tas selempang. Haaa, untung saja Sasuke melempar tas itu ke dalam sekolah. Kalau tidak mungkin hal yang tidak diinginkannya terjadi.
Sasuke menunduk mengambil tas birunya. Kini seragam basahnya agak kering karena cukup lama terkena angina. Dengan santai dan tanpa rasa takut, ia berjalan melewati koridor sekolah yang luas dan bersih. Di kanan kiri ada rak-rak murid tempat meletakkan barang-barang. Sasuke berjalan menuju salah satu rak bertuliskan Sasuke Uchiha. Di bawah tulisan itu ada sebuah logo kipas merah dan putih lambing keluarga Uchiha. Kepalanya menengok ke rak sebelahnya yang bertuliskan Sakura Haruno dan berlambang lingkarang pitih. Dia tersenyum. Dibukanya rak itu dan warna biru cerah menyambut siapa saja yang membukanya. Di dalam rak itu sendiri di beri warna biru mengingat itu adalah warna kesukaan Sasuke.
Sasuke meletakkan tasnya dan mengambil buku pelajaran hari ini dan sebungkus permen Mentas. Sasuke berjalan menjauhi rak setelah dia mengunci rak. Sebelum ia menuju kelasnya, dia berhenti di depan rak sebelahnya. Ia masukkan sebuah amplop berwarna biru laut ke dalam rak tersebut. Setelah itu, Sasuke berjalan di koridor lagi. Koridor yang sepi itu terdengar sayup-sayup dari para guru yang mengajar di setiap kelas. Dia bersiul-siul ria mengingat telah melaksanakan tugas mulia.
Sasuke berhenti di depan pintu kelas bertuliskan Class XI-A. Sasuke melirik ke kaca tembus pandang di pintu itu. Kaca kecil itu memudahkannya melihat aktivitas guru di dalamnya. Dilihatnya guru perak itu sedang menulis sesuatu di papan. Sasuke membuka bungkusan permen Mentas dan mulai melancaran aksinya.
Sasuke membuka perlahan pintu coklat itu dengan sangaaat pelan sampai guru perak itu sama sekali tidak menyadari kalau ada yang datang. Seluruh teman Sasuke diam. Mereka tahu aksi apa yang akan dipraktekkan Sasuke. Dengan berjalan berjinjit, Sasuke berjalan mundur. Sasuke sedikit bergembira karena sampai ini guru perak itu tidak tahu bahwa di belakangnya ada muridnya yang sedang berjalan mundur dan siap melanjutkan aksinya kapan saja. Dengan hati dag dig dug, Sasuke tetap berjalan dengan hati-hati agar gurunya tidak mengetahui posisinya sekarang. Tapi kalau gurunya menegok ke belakang dan mendapati Sasuke dengan posisi seperti itu, gurunya akan menyuruhnya duduk. Kalian tahu posisinya, kan?
Saat guru perak menengok ke belakang, Sasuke berhenti dan mencondongkan badannya ke depan agar terlihat seperti orang yang akan 'meninggalkan' kelas. Bukan akan menuju kelas. Dengan begitu, sang guru akan berkata 'mau kemana? Duduk sana!' hahaha! Ups, lihat gurunya menengok! Sepertinya guru itu mau bicara!
"Sasuke? Terlambat?"
DEG
Tidak semua berjalan dengan baik, kau tahu?
Te and Be and Ce :D
Astaghfirullah al adzim, kenapa cerita dan endingnya seperti ini? Kenapa tanganku bisa menulis cerita tak berguna ini? Ah, emang gua pikirin. Yang penting apdet meskipun dikit yang review ni cerita, ha ha :D oia, kadang aku masih bingung kenapa bisa berpikiran menulis cerita yang jelas-jelas sangat jelek T.T
KRITIK and SARAN, but NOT FLAME silahkan angkat tangan di review, ^^
Chap depan :
"Sas, kayaknya kita gak bisa jadi deh"
"Kenapa?"
"Abah kurang suka ma cowo yang bukan err—anak pesantren"
"Hah? Anak pesantren?"
Okelah kalo begetooo :D sampai jumpa chap depan, semoga bisa bertemu lagi!
Fandini P.
