= just your usual fairytale, not =
.
.
.
Hetalia: Axis Powers © Hidekaz Himaruya
Just Your Usual Fairytail, Not © yarnballVandal
.
( — fairytales au. ooc. multiple parodies. human names use. uncreative title. phail humour. messy dictions. bad writings. yadayadayada you guys know i'm suck — )
.
.
.
Dahulu kala, berdirilah sebuah kerajaan makmur di tengah-tengah pegunungan dingin bersalju bernama Soviet Empire. Walaupun sedikit terisolir, kerajaan itu adalah kerajaan yang makmur dan ditakuti oleh kerajaan-kerajaan lain. Soviet Empire dipimpin oleh seorang kaisar bertangan besi yang bijaksana bernama Czar Nicolas Braginsky, atau lebih dikenal sebagai General Winter di medan perang. Czar Nicolas mempunyai seorang permaisuri, yang tidak terlalu penting disebutkan namanya karena dia hanya menjadi cameo numpang nama. Keluarga kerajaan dianugrahi dua anak, satu putri dan satu pangeran. Putri pertama bernama Yekaterina Braginskaya, seorang putri yang menjadi stereotipikal sweetheart princess yang biasa kalian tonton di film animasi produksi kastil bersinar dan lampu yang berjalan. Pangeran kedua bernama Ivan Braginsky, seorang putra mahkota yang biarpun tampan namun menyimpan hawa mengerikan yang dicurigai diturunkan dari sang ayah.
Kehidupan di Soviet Empire berjalan dengan sangat tenang tanpa guncangan berarti. Pemberontakan kecil di perbatasan dimatikan semudah meniup api lilin. Serangan dari negeri seberang dipatahkan dengan mudah seperti menginjak ranting. Sampai akhirnya, sang permaisuri kembali melahirkan satu lagi putri untuk kerajaan mereka dan seluruh rakyat bersuka cita. Sayang, suka cita ikut diselubungi duka karena permaisuri-tanpa-nama pun meninggal selagi melahirkan sang putri ketiga.
Putri tersebut dinamakan Natalia Arlovska Braginskaya, dinamakan dengan tiga suku kata karena dia—seperti yang bisa kalian lihat di summary tadi—ditaruh di bagian karakter dan tentu saja dia tokoh utama, dan tokoh utama harus mempunyai nama yang panjang dan indah. Sebagai perayaan kelahirannya, Czar Nicolas mengadakan pesta besar-besaran untuk seluruh negeri dan rakyat pun berpesta pora dengan penuh suka cita—karena hanya dalam perayaan-perayaan seperti inilah pihak kastil dengan berbaik hati membagikan vodka gratis di jalanan.
Perayaan yang disiapkan dengan sangat singkat itu berlangsung cukup lama, walau dengan sedikit kericuhan karena Pangeran Ivan sempat menghajar tiga orang aneh yang mengaku-ngaku sebagai peri dan memaksa masuk untuk memberi berkah pada sang putri yang baru saja lahir ("kalian kira sayap itu akan membuatku tertipu, hah? aku bukan pangeran bodoh, dasar penipu!"). Namun selain itu, pesta berjalan dengan tenang.
Sampai seseorang tiba-tiba muncul di tengah-tengah singgasana istana tempat pesta diselenggarakan.
"Hohohohoho, kalian berani sekali mengadakan pesta tanpa mengundangku, hei Raja angkuh!"
Namun bukannya mengusirnya langsung atau menatapnya dengan ngeri, para tamu yang hadir berbisik-bisik melihatnya, menunjuknya dengan jari-jari gemuk yang dipenuhi cincin opal jelek, dan malah ada yang tertawa di balik kipasnya yang pinky-pinky banci. Dan saat itu, barulah sang penyihir sadar bahwa dia masih memakai kostum sekundernya: kaus satin yang hanya menutupi separuh bagian atasnya dan bagian bawahnya sampai paha, sepasang sayap putih kecil yang sulit bekerjasama kalau diajak terbang sejauh 10 mil ke atas, sepatu kulit bertali dan jangan lupa, tongkat sihir imut imut maho.
"Diam kalian semua!" penyihir itu membentak, namun tidak ada yang menurutinya. Entah karena kostumnya yang memalukan, suaranya yang masih belum mencapai pubertas atau alisnya yang sampai enam pasang. Mungkin tiga-tiganya. Sang penyihir menggeram dan dia melayang di atas mereka semua, berputar-putar di sekeliling kandelier berlian yang menggantung tepat di atas singgasana. Kedua bibir melengkung membentuk garis angkuh saat akhirnya semua orang menatapnya dengan tatapan horor. Makanya, jangan menghakimi buku dari sampulnya.
"Oh, aku sampai lupa untuk memberikan hadiah pada sang putri!" sang penyihir terkikik dan langsung melesat menuju tempat sang putri, dimana Czar Nicolas langsung menghunus pedangnya dan mengarahkannya pada leher sang penyihir. Sang penyihir terkekeh, kedua manik hijau mengilat bagaikan kucing. "Tenang saja, Czar yang baik hati, aku tidak akan melakukan apapun pada putrimu yang berharga... untuk saat ini."
Sang penyihir kembali melayang ke atas memutari kandelier, dan mengarahkan tongkat sihirnya pada sang bayi. "KAU, putri dari Czar Nicolas— ... err, siapa namanya? Oh—KAU, putri dari Czar Nicolas, Natalia Arlovskaya Braginskaya—"
"Hanya Arlovska, kau penyihir bodoh!"
"DIAM KAU. Natalia Arlovskaya Braginskaya—kuhadiahi kau paras yang rupawan, suara yang merdu dan akal yang brilian, namun kau hanya akan mendapatkan semua itu dalam kurun waktu 17 tahun! Saat umurmu menginjak 17, maka kau akan mati karena tertusuk peniti!"
"Peniti kek, cari yang elite dikit napa?"
"—oh, kurang elite ya? Baiklah... kau akan mati karena menginjak kecoa!"
Sebelum ada tamu yang protes karena kutukannya menjadi semakin tidak elite, penyihir beralis tebal itu tertawa alay dan menghilang begitu saja di tengah asap putih yang berkilauan.
Seluruh tamu terdiam, tidak sanggup berkata-kata—entah karena shock atas kutukan yang baru saja diberikan pada sang putri atau masih tidak percaya ada penyihir berpakaian seronok seperti tadi. Czar Nicolas terduduk lemas di singgasananya, menatap sang bayi kecil dengan sayu sementara kedua anaknya yang lain segera berdiri di sampingnya, berusaha menenangkan sang ayah yang sudah kelewat tua.
"Apa yang harus kita lakukan..." Czar Nicolas berbisik merana. "Kita harus mencegah Natalia agar dia tidak mati..."
Sesosok peri secara tiba-tiba muncul di tengah ruang singgasana, namun yang ini tidaklah mirip seperti penyihir berpakaian seronok dengan kutukan tidak elite seperti tadi—malah, peri itu tampak seperti salah satu peri yang dihajar Pangeran Ivan tadi, masih lengkap dengan lebam di mata kanan dan pergelangan tangan kiri yang bengkok dengan sudut yang abnormal.
"AH, UDAH TELAT YA?" peri itu berteriak, entah karena merasa suaranya terlalu kecil atau memang pita suaranya sudah dilengkapi dengan Dolby stereo bersuara mantap. Dia masih misuh-misuh, berjalan setengah pincang ke arah keluarga kerajaan sembari mengacungkan tongkat sihirnya.
"MAKANYA SIAPA SURUH LO BUAT NGEHAJAR GUE, IDUNG BESAR SIALAN. UDAH GUE BILANG KALO GUE MAU NGASIH HADIAH BUAT ADEK LO DAN SEKARANG—LIAT, ADEK LO KENA KUTUK KAN JADINYA? LO JUGA SIH, NARATOR SIALAN. NGAPAIN LO NYELIPIN DI CERITA KALO SI PANGERAN SIALAN INI NGEHAJAR GUE? GUE YAKIN 100% DEMI KUDA PONI MERAH MUDA GUE KALO ITU GA ADA DI SKRIP—"
.
.
.
— piiiiiiiip —
.
— please wait while we're searching for a new fairy cast —
.
.
.
Sesosok peri secara tiba-tiba muncul di tengah ruang singgasana, namun yang ini tidaklah mirip seperti penyihir berpakaian seronok dengan kutukan tidak elite seperti tadi—malah, peri itu tampak seperti salah satu peri yang dihajar Pangeran Ivan tadi, masih lengkap dengan lebam di mata kanan dan pergelangan tangan kiri yang bengkok dengan sudut yang abnormal.
"E-Err... a-apakah sudah terlambat?" peri kecil itu gemetar, kedua manik violet menatap ragu para keluarga kerajaan yang berkumpul di sekitar singgasana Raja. Dia menelan ludah dan berjalan pincang menuju keluarga kerajaan, tongkat sihir dipegang erat-erat jikalau sang pangeran memutuskan untuk mematahkan lehernya kali ini. Untungnya, tidak ada satupun orang yang bergerak selagi dia berdiri di depan kereta bayi, dimana sang putri sedang tertidur lelap tanpa mengetahui kutukan apa yang telah menghinggapinya.
Peri itu menghela napas, dan berbalik pada sang Raja. "Maafkan saya, Yang Mulia, tapi... kekuatan sihir Kirkland terlalu kuat, kami para peri tidak bisa membatalkannya..."
Suara gemeretuk jari membuatnya cepat-cepat menambahkan, "—ah, tapi saya bisa menetralisirkannya agar Putri Natalia tidak mati!" seketika semua mata mengarah padanya, dan peri mungil itu menelan ludah. "Ehm—err, Baginda... dari yang berhasil saya lihat saat Kirkland mengutuk putri Anda, dia salah mengucapkan nama tengahnya. Hal itu akan membuat kutukannya menjadi tidak terlalu efektif dan dengan kekuatan saya, saya bisa membuat putri untuk tidak mati. Tapi kutukan itu akan tetap ada, maka... di ulang tahunnya yang ke-17, saat putri menginjak seekor kecoa, dia akan tertidur dalam waktu yang lama sampai seorang ksatria gagah berani menyelamatkanya."
Semua orang di ruang singgasana menghela napas, kecuali Yekaterina yang mendesah dan menatap adiknya dengan tatapan mengawang. "Seperti dongeng..."
"Mungkin karena cerita ini memang parodi dongeng?" gumam peri itu, mendengar gemeretukan jari untuk kedua kalinya dan gemetar hebat.
"Baiklah, kalau memang hal itu yang akan terjadi..." Czar Nicolas bangkit dari singgasananya dan berdiri menghadap seluruh tamu yang ada. "Aku umumkan perburuan kecoa di seluruh kerajaan! Jangan sampai ada satu ekor kecoa pun lolos! Musnahkan mereka semua—terutama di daerah kastil dan sekitarnya! Mulai saat ini, aku sahkan peraturan baru bahwa seluruh kecoa di Soviet Empire harus dibunuh!"
Sementara ruang singgasana kembali bersuara, peri mungil itu meringkuk di samping sang putri yang terlelap. Kedua manik violet menatap sayu bayi mungil yang telah dihinggapi kutukan mematikan tersebut, dan jari-jarinya yang tidak patah mengusap pipi halus sang bayi.
"Kalau saja kebijakan Baginda bisa mencegah kutukan itu..."
.
.
.
Tahun pun berlalu dengan cepat, dan Natalia Arlovska Braginskaya—atau lebih sering dipanggil sebagai Putri Natalia—telah tumbuh menjadi seorang putri yang cantik jelita, dengan suara merdu bagaikan genta angin gereja dan kecerdikan yang tiada tara. Dia hidup bergelimangkan harta dan kasih sayang dari semua orang, dan perlahan hal itu membuatnya menjadi manja—sungguh berbeda dengan Yekaterina. Namun tidak ada yang mempermasalahkannya, sampai Natalia berumur 14 tahun.
Begitu dia menginjak pubertas, sifat manjanya semakin menjadi. Tapi bukan hal itu yang menjadi kekhawatiran pihak kastil—sang putri mulai menunjukkan ketertarikan yang cukup berbahaya pada bidang militer, bela diri dan kakaknya sendiri. Strategi perang yang dia lancarkan adalah strategi pintar yang bahkan seorang General Winter hampir tidak mampu menyaingi. Kemampuan bela diri yang harusnya tidak patut dipelajari seorang putri telah dikuasainya—ditambah dia mempunyai senjata pribadi yaitu pisau belok-belok yang dihadiahi pangeran dari kerajaan seberang. Sementara ketertarikan pada kakaknya sendiri...
Sejak kecil, Natalia memang selalu dekat dengan Ivan. Ivan menyayanginya dan memanjakannya sebisa mungkin dan Natalia selalu menempel pada Ivan—bahkan saat sang pangeran harus mempelajari tata cara menjadi penerus kerajaan. Namun begitu mereka tumbuh besar, cinta kakak beradik tersebut berubah—setidaknya, pada sudut pandang Natalia. Sang putri mulai terobsesi pada Ivan, mengikutinya kemanapun dia pergi sembari membawa pisau belok-belok kesayangannya.
Ada motif-motif yang berseliweran soal perilaku aneh Natalia. Salah satunya adalah: Natalia ingin membunuh Ivan agar dia menjadi kaisar Soviet yang berikutnya—yang segera disanggah karena, kalaupun Ivan mati, tampuk kekuasaan jatuh pada Yekaterina (walau, sejujurnya, mudah saja bagi Natalia untuk membunuh Yekaterina—tapi hubungan kedua putri itu sangat baik hingga teori ini diragukan). Satunya lagi adalah Natalia ingin menjadi istri Ivan agar dia bisa menjadi ratu lalu membunuh Ivan dan meraih tampuk kekuasaan.
Semuanya disanggah dengan tegas oleh Natalia yang mengatakan,
.
"Jadi kalian mencurigai cintaku yang suci pada kakak sebagai plot untuk menguasai kerajaan? Asal tahu saja, hei pak tua bau tanah, aku tidak peduli dengan kerajaan ini sama sekali. Yang kupedulikan hanyalah kakak. Aku mencintai kakak dengan sepenuh hati. Aku akan menjadi satu dengan kakak dalam ikatan pernikahan. Dan kalau ada satu dari kalian yang menganggap bahwa aku ingin merebut tampuk kekuasaan kerajaan ini...
"Pisau ini akan memberikan motif yang bagus pada potongan leher kalian!"
.
Dan sejak saat itu, tidak ada yang berani mempertanyakan perihal obsesi tidak sehat sang putri bersurai perak terhadap kakaknya.
Bertahun-tahun sudah semenjak kelahiran Putri Natalia dan hari dimana kutukan tersemat dalam dirinya, dan tak terasa hari ini adalah hari dimana sang putri akan menginjak umurnya yang ke-17. Sejak pagi buta, Czar Nicolas sudah memerintahkan seluruh orang untuk membunuh kecoa yang ada di kastil—walau tidak berguna juga, karena kecoa sudah punah di Soviet Empire. Namun Czar Nicolas tidak ingin mengambil resiko atas kematian putrinya (walau peri mungil penakut itu mengatakan bahwa Natalia tidak akan mati—tidak ada salahnya kan, melakukan pencegahan?), dan satu-satunya orang yang tidak suka atas kebijakan sang kaisar hanyalah Pangeran Ivan.
Bisa dimengerti, kalau kau melihat sejarah hidupnya yang kelam sejak adiknya terobsesi dengannya. Tiada hari tanpa gumaman, ("mau kawin kawin kawin mau kawin sama abang—") dan bayangan seorang gadis dengan surai perak menjuntai sedang memegang pisau berliku-liku aneh sembari terkikik mengerikan di pojok koridor juga teror-teror lain yang terlalu mengerikan untuk dijabarkan dan terlalu panjang untuk narator jelaskan.
"Ayah... apakah pembunuhan kecoa itu perlu?" Pangeran Ivan bertanya, kedua manik violet samar memelas pada sang ayah yang sedang sibuk menyemir kumis. Czar Nicolas menatap putranya, segelintir rasa prihatin tersirat di wajahnya selagi sang kaisar menepuk pundak sang pangeran.
"Ivan, aku tahu betapa berat hidupmu selama beberapa tahun terakhir..." Czar Nicolas menarik napas, "tapi kita tetap harus menjaga adikmu untuk tetap hidup. Itu adalah janjiku pada ibumu sebelum dia meninggal kehabisan darah—"
"Tapi Ayah, kau pun tidak tahu nama ibu—"
"—hush, nak. Kita memang tidak ditakdirkan untuk mengetahui nama ibumu. Narator sudah berkata seperti itu dan memang tidak ada skrip yang menjelaskan tentang ibumu. Sekarang keluarlah dan awasi Natalia—kita tidak mau dia mengetahui kejutan yang menunggunya di ruang singgasana."
"Masalahnya Natalia yang akan mengawasiku."
Dengan langkah gontai, sang pangeran keluar dari kamar ayahnya—dan kembali merasakan aura dingin yang sama sekali tidak ada hubungannya dengan badai salju di balik dinding batu istana.
Beberapa langkah di belakangnya, Natalia menatap sang kakak dengan pandangan mengawang—walau tampak seperti Sadako yang sedang menguntit mangsa. Pisau belok-beloknya—seingatnya nama pisau itu keris, tapi narator tidak pernah menyebutkannya jadi sudahlah—tergenggam erat di depan dadanya. Surai perak menjuntai sepanjang punggungnya, beberapa helainya mengenai wajahnya dan terjatuh di depannya. Natalia tersenyum sembari mengikuti punggung Ivan yang berjalan entah kemana—mungkin perpustakaan, harusnya di jam ini sang pangeran akan kembali mempelajari ekonomi kerajaan dan tata cara perpajakan. Namun sesuatu menarik perhatiannya dari sang kakak, dan kedua manik abu langsung melirik ke bawah.
Suatu benda yang kecil dan hitam melewati kakinya dengan cepat, berlari dengan kaki-kaki kecilnya dan hilang di tikungan. Kedua alis Natalia berkedut, dan tanpa sadar kedua kakinya malah mengikuti benda asing itu.
.
ngek
.
Kembali, kedua manik abu menunduk, dan tangannya otomatis menyibak rok panjang yang menghalangi pandangannya ke arah kakinya. Dan benar saja, dia sudah menginjak sesuatu. Dia mengangkat kakinya sedikit, dan baru menyadari bahwa dia baru saja menginjak benda asing yang baru saja melewati kakinya tadi. Cairan menjijikkan menetes dari sepatunya yang indah, juga menempel di atas lantai pualam istana—bahkan ada yang mengotori karpet ungu kesukaannya.
Natalia berteriak histeris, lalu pingsan.
Peri mungil itu—Raivis—menatap sang putri yang tertidur dengan pandangan iba. Kutukan itu telah memakan korban, walau sesuai janjinya Putri Natalia tidak mati. Tidak, sang putri kini sedang berada dalam tidur terlelapnya, tidak akan terbangun untuk waktu yang sangat, sangat lama. Setidaknya, sampai seorang ksatria yang cukup pemberani datang untuk menolongnya.
Namun siapa tahu ksatria itu akan datang berapa hari lagi. Mungkin bisa sampai hitungan minggu, bulan, bahkan tahun. Mungkin bisa sampai bertahun-tahun sampai ksatria yang ditakdirkan untuk menolong sang putri datang.
Czar Nicolas pun segera menyebarkan sayembara ke seluruh kerajaan tetangga, yang pastinya akan menyebarkan ke kerajaan-kerajaan yang lain. Dia mencari pangeran yang bisa membangunkan kembali putrinya, menjanjikan mereka putrinya untuk dinikahi juga begitu banyak harta yang berada di gudangnya. Pertama, banyak orang yang mengusulkan Pangeran Ivan karena dia adalah pangeran yang diidam-idamkan Natalia, namun sang pangeran tiba-tiba menghilang entah kemana sejak sang putri jatuh pingsan.
Dan untuk mengantisipasi serbuan pangeran yang akan datang untuk membangunkan sang putri, Raivis membawa sang putri ke kastil antah berantah dimana sang putri akan tertidur lelap tanpa gangguan penyihir jahat beralis tebal. Berbagai macam sihir pelindung dia lancarkan pada sang putri, berharap agar ksatria yang dinantikan akan datang segera—karena ksatria itu tidak hanya diharapkan untuk menolong Putri Natalia, namun juga untuk mengalahkan sang penyihir jahat.
.
Di kerajaan nun jauh di sana, seorang pangeran mempersiapkan kuda putihnya untuk menolong seorang putri yang ditawan kutukan penyihir jahat.
.
.
.
Bacotan author:
Entah ini multichapter keberapa saya yang bakal discontinued.
WELL ANYWAY. Ini semacam parodi dongeng gitu, in case masih ada yang ga ngeh. Dongengnya mungkin bakal kebanyakan dari luar, tapi dongeng Indonesia tetep bakalan masih ada. Dan ini hampir belum di-proofread berhubung saya lagi males #dibejeg dan saya ga tau lagi mau bacot apa.
Yea well, thanks for reading ' ')/
