HEALER
(^_^)
Byun Baekhyun
Park Chanyeol
And Other
.
ChanBaek (GS)
Romance
Happy Reading :)
Byun Bekhyun...
Gadis cantik bermata coklat dengan rambut indahnya tersenyum lembut menatap daun yang berguguran di sekitarnya.
Gadis cantik yang akan meyakinkan setiap orang dengan senyumannya, bahwa gadis ini adalah gadis ceria dengan sejuta keberuntungan dalam hidupnya.
Senyum yang tidak pernah luput dari bibir tipis itu, memberi kebahagiaan kepada siapapun yang melihatnya.
Tanpa menampakkan ada luka di dalam senyuman itu, ada sakit dalam iris mata indah itu, ada hati yang tersiksa dalam wajah ceria itu.
Luka yang sejak lama telah di pendamnya, dirasakannya tanpa berniat berbagi kepada siapapun. Luka yang membawanya menjadi gadis tegar dalam menghadapi pahitnya kehidupan yang dia jalani.
"satu ice cream rasa strawberry sesuai pesanan tuan putri" Xi Luhan sahabat sekaligus satu dari dua orang terdekat Baekhyun. Gadis cantik yang lebih mirip dengan jelmaan rusa, segala kekonyolan yang dibungkus apik dalam satu paket dengan bibir manisnya yang tidak bisa berhenti berceloteh ria.
"Gumawo, luhanie" Baekhyun menerima ice cream kesukaannya dengan satu kedipan mata untuk sahabatnya.
"Apakah rumah Kyungsoo sudah pindah di Jeju? Kenapa dia lama sekali" gerutu luhan geram dengan sahabatnya yang berkata sudah berangkat dari setengah jam yang lalu untuk menuju taman tempat mereka bertemu.
"itu dia..." Baekhyun mengarahkan telunjuknya tepat ke arah belakang Luhan, dimana seorang mirip tokoh kartun pororo berlari kecil ke arah mereka dengan senyum mengembang diwajah manisnya.
Do Kyungsoo, gadis bermata bulat yang memiliki wajah semanis madu dari lebah berkualitas itu adalah salah satu anggota dari 3 gadis cantik yang telah menjalin persahabatan lebih dari 6 tahun ini.
Hubungan persahabatan manis ini berawal dari masa orientasi siswa saat mereka berada di sekolah menengah atas. Terjalin dengan sangat indah hingga mereka beranjak dewasa tanpa adanya masalah yang berarti. Ketiganya saling melengkapi, saling menyayangi dan saling mengerti. Bahkan berada di jurusan yang berbeda saat di perguruan tinggi tidak menjadi alasan untuk mereka sulit bertemu.
Luhan memilih melanjutkan pendidikannya di jurusan kedokteran sesuai dengan cita-citanya, sedangkan Baekhyun dan Kyungsoo berada di jurusan yang sama, jurusan seni.
"yaak! Bukankah kau keterlaluan? Apa kau mendorong mobilmu untuk menuju kemari?" celotehan luhan adalah hal biasa bagi ketiganya, mengingat mahasiswi kedokteran satu ini memiliki kesulitan tersendiri untuk tetap diam.
"kyungsoo-ya, kenapa kau membawa tas besar itu? Terjadi sesuatu?" Baekhyun bertanya dengan raut wajah cemas menatap Kyungsoo yang berdiri dihadapannya dan luhan dengan menenteng tas berukuran cukup besar di tangannya.
"B..! aku sedang bertanya padanya.. membuat kita menunggu dia lebih dari setengah jam dan seenak jidat dia datang dengan senyum menggelikan seperti itu, aiisssh" belum sempat Kyungsoo menjawab luhan sudah menyambar dahulu dengan celotehannya lagi, luhan terus bergumam tidak jelas dengan bibirnya yang secara sengaja di majukan. Gaya merajuk yang menjadi andalan rusa cerewet itu.
"luu, bisakah kau diam dulu? Aigoo telingaku bisa rusak setiap hari mendengar ocehanmu" kini giliran Baekhyun yang mulai protes pada mulut luhan yang tidak berhenti bicara itu.
Kyungsoo hanya bisa menatap dua sahabatnya itu dengan gelengan kepala, sadar bahwa selama 6 tahun bersahabatnya tidak ada satu haripun tanpa perdebatan di antara mereka bertiga.
"jadi apakah aku tidak perlu menjawab pertanyaan kalian lagi?" Kyungsoo memilih membuka suara untuk melerai dua sahabatnya yang kini sedang adu mulut itu.
Luhan dan Baekhyun secara serempak diam dan menatap Kyungsoo dengan intens. Kyungsoo menyipitkan matanya melihat dua mimik yang berbeda dari wajah sahabtnya. Satu tatapan penuh penghakiman atas keterlambatannya, dan satu tatapan penuh kecemasan.
"oke, aku akan menjawab pertanyaan kalian. Aku tidak mendorong mobilku saat menuju kemari miss luu, dan kau.." mata kyungsoo beralih menatap Baekhyun "kenapa dengan wajah itu? Kau pikir aku membawa tas besar karena kabur dari rumah? Atau di usir dari rumah? Aaah jeongmal" kyungsoo memutar matanya malas menyadari apa yang ada di pikiran Baekhyun sahabatnya.
"yaa! Bodoh, bukan itu yang kutanyakan" Luhan kembali protes tidak terima akan jawaban Kyungsoo. Lagipula apakah sahabatnya ini sebegitu bodoh sehingga dia tidak mengerti makna dari pertanyaannya.
"baiklah sudah cukup! Ayok kita pergi" Kyungsoo berjalan dengan santai tanpa menoleh kebelakang, tepat kepada dua orang yang menatap geram kepadanya karena tidak memberikan jawaban yang memuaskan atas mertanyaan mereka.
"yaa! Do Kyungsoo!" Luhan berteriak meskipun kakinya tetap melangkah mengikuti sahabatnya itu.
Baekhyun hanya diam dan berlari mengejar kedua sahabatnya yang tengah berada jauh di depannya.
BRUGG...
Baekhyun meringis merasakan sakit pada bokongnya akibat berbenturan dengan tanah cukup keras.
"ooh, maafkan aku nona" Jongin berjongkok bermaksud untuk menolong perempuan yang tidak sengaja ditabraknya itu.
"noona?" Baekhyun mendongak untuk memeriksa bahwa pendengarannya tidak salah. Dia mengenal suara itu, dan dia mengenal panggilan itu 'noona'.
Luhan melihat kebelakang dan terkejut bukan main ketika matanya menangkap sahabatnya tengah bersama dengan laki-laki dengan posisi Baekhyun seperti habis terjatuh dan kesakitan.
"Baekhyun.. gwenchana? Yaak! Siapa kau..." luhan berlari menghampiri Baekhyun dan langsung membantunya berdiri. Dia melempar amarahnya kepada laki-laki yang masih belum sepenuhnya ia tatap.
Luhan membeo dengan bibir berbentuk O ketika menyadari siapa yang ada dihadapannya.
"Jong...Jong—in"
Belum sempat jongin mengeluarkan kata-kata lagi Baekhyun telah menyeret luhan untuk menyusul Kyungsoo, mengabaikan rasa nyeri di bokongnya.
"noona?" Jongin masih membeo hingga perkataan Sehun menyadarkannya.
"kau mengenalnya? Noona?" kini giliran Jongdae yang bertanya.
Jongin hanya menatap keempat sahabatnya tanpa berkata apa-apa, dia masih bingung dengan situasi yang baru saja terjadi di hadapannya. Noonanya ... Byun Baekhyun yang sudah satu tahun terakhir ini diketahuinya sebagai saudara, yaa saudara seibunya.
"yaa! Kamjong... ada apa? Siapa gadis itu?" Tao, satu-satunya perempuan yang ada dalam geng ini.
"Bukankah itu Baekhyun? Byun Baekhyun?" Sehun kembali bersuara.
"Kau mengenalnya?" kini tidak hanya Tao, Jongin dan Jongdae yang menatap, bahkan Chanyeol sepertinya mulai tertarik dengan pembahasan mengenai 'siapa gadis itu' yang tengah mereka bicarakan.
Park Chanyeol pria dengan perawakan bak model dengan wajah tampan berhiaskan garis rahang tajam yang siap membius setiap kaum hawa yang menatapnya. Pria dengan mata coklat yang selalu menatap tajam lawan bicaranya. Pria yang terkenal dingin dengan segudang pengetahuan di otaknya.
Hidup sebagai anak laki-laki dari Park Minho, seorang dokter spesialis saraf asal Korea yang sudah lama menetap di Baverly Hills, Amerika Serikat. Sebagai putra satu-satunya dari keluarga yang secara turun-temurun mendidikasikan diri di bidang kesehatan mengharuskan Chanyeol mengikuti jejak sang ayah. Ibu Chanyeol Kwon Yu Ri merupakan salah satu guru besar Fakultas Psikologi di University Of California, Los Angeles (UCLA). Sedangkan sang kakak perempuan tengah menempuh program doktornya di salah satu universitas kedokteran terbaik dunia, Emory University School Of Medicine di Georgia.
Berbeda dengan sang kakak, Chanyeol memutuskan untuk menempuh pendidikan di negara asalnya Korea Selatan. Hal ini dilakukan Chanyeol tak lain karena sebuah cinta kepada seorang gadis yang telah lama mengisi hati namja tampan ini.
Orang tua Chanyeol yang tidak pernah memaksakan kehendak mereka kepada anak-anaknya tentu saja tetap mendukung setiap keputusan sang putra. Hal itu tidak lepas dari usaha Chanyeol untuk membangun kepercayaan kedua orang tuanya.
Memiliki tingkat kecerdasan jauh di atas rata-rata menjadikan Chanyeol sebagai salah satu mahasiswa terbaik yang dimiliki Korea Selatan. Bermodalkan kecerdasannya Chanyeol muda telah menoreh banyak prestasi dimana salah satunya telah berhasil menjadi asisten profesor di fakultasnya.
"huumm, Byun Baekhyun... mahasiswa senior di jurusan seni" sehun mengenalnya, ooh tidak.. sepertinya tidak tepat jika menyebut itu sebuah hubungan saling kenal, karena hanya Sehun yang mengetahuinya, tanpa pernah berkenalan langsung dengan gadis berambut coklat sepinggang itu.
"yaa! Hyung.. bukankah seharusnya kau juga tau dia siapa?" kini semuanya beralih menatap Chanyeol.
Kerutan alis itu menegaskan bahwa pemiliknya tengah kebingungan, melirik kembali punggung gadis yang berlalu menjauh dari tempatnya berdiri.
"minggu lalu kita melihat pertunjukan musiknya di cafe milik Kris hyung" kini Sehun memperjelas maksud dari perkatannya bahwa seharusnya Chanyeol juga mengetahui gadis itu. Bahkan minggu lalu Chanyeol lah yang menanyakan langsung kepada Kris tentang siapa gadis yang tengah bernyanyi di cafe itu.
Yaa, kini Chanyeol mengingatnya... gadis itu. Gadis yang beberapa hari ini suaranya selalu muncul dalam mimpinya setiap malam. Suara merdu yang menyanyikan lagu, lagu yang menjadi tema hidupnya, lagu yang selalu mengingatkannya pada masa lalunya, kekasihnya, satu-satunya perempuan yang dicintainya, hingga kini dan mungkin selamanya.
Jongin masih larut dalam perasaannya, bertanya-tanya apa yang harus di lakukannya, bukankah seharusnya dia membawa Baekhyun pulang? Bukankah tidak seharusnya dia hanya diam? Menyadari hal itu jongin berlari kencang kearah Baekhyun pergi tanpa menghiraukan teman-temannya yang tengah kebingungan akan sikapnya.
"noona... noonaaaaa...!" jongin mencoba mengejar mobil yang tengah membawa Baekhyun lebih jauh, tetapi kekuatan kakinya tidak mungkin bisa mengejar mobil yang melaju kencang itu.
Baekhyun termenung dalam mobilnya, pikirannya melambung pada kenyataan yang mengejutkannya satu tahun yang lalu.
"bukankah seharusnya sudah cukup aku merawatmu? Bukankah seharusnya sekarang kau tidak lagi berada ditengah-tengah kebahagiaan keluargaku?" tatapan dingin itu sangat menyakitkan bagi Baekhyun, Ayahnya, satu-satunya keluarga yang dia punya ternyata tidak pernah mengharapkannya. Pukulan telak yang harus diterimanya mendengar bahwa dirinya hanya beban sebagai bentuk tanggung jawab ayahnya untuk membesarkannya.
Ini memang bukan pertama kalinya Baekhyun diperlakukan dengan tidak baik, kenyataan bahwa dia hidup bergelimang harta sejak kecil tanpa sentuhan kasih sayang orang tua telah dirasakannya.
Baekhyun kecil dibesarkan di tengah keluarga yang memiliki kekuasaan. Fakta bahwa ayahnya adalah seorang CEO salah satu perusahaan terbesar di korea menjadikannya seorang anak yang tidak pernah kekurangan dalam segi materi. Namun, hal itu tidak menjadi jaminan kebahagiaan untuk gadis ini. Orang tua Baekhyun hanya mencukupinya dalam hal materi, tanpa sekalipun memberikan kasih sayang yang selayaknya pada gadis itu.
Bahkan di usianya yang terbilang masih cukup muda, saat Baekhyun menginjak kelas pertama sekolah menengahnya dia harus tinggal sendirian di sebuah apartement yang diberikan ayahnya. Ayahnya tidak menyukainya, ayahnya tidak menginginkannya.
Hingga hari ini ketika Baekhyun berniat berkunjung untuk menjenguk ayahnya yang dikabarkan sedang sakit, bukan senyuman kelegaan yang Baekhyun dapatkan, tetapi berbagai tatapan sinis yang dihadapinya.
Dia tau bahwa ibu tirinya memang tidak pernah menyukainya, dan dia tidak peduli akan hal itu. Tetapi hatinya tidak mungkin sekuat baja ketika mendengar kata-kata yang keluar dari mulut sang ayah beberapa saat yang lalu.
Meskipun Baekhyun tau bahwa ayahnya sangat jarang mau berinteraksi dengannya, tidak pernah terlintas pikiran itu dalam benak Baekhyun, dia menyayangi ayahnya, dia sangat menyayangi satu-satunya keluarga yang dimilikinya. Tetapi hari ini, lelaki paruh baya itu mengatakan, mengatakan sesuatu yang tidak ingin Baekhyun dengar.
"sudah cukup tanggung jawabku padamu, aku sudah membesarkanmu, membiayai pendidikanmu, mencukupi kebutuhanmu. Kau sudah dewasa, maka tanggung jawabku telah selesai" Baekhyun hanya terpaku mendengarkan kata-kata itu.
"jangan pernah kembali kepadaku, aku sudah memberikan semuanya kepadamu, tempat tinggal, biaya pendidikan, semua sudah kuberikan, jadi pergilah jangan ganggu rumah tanggaku lagi!" Tidak bisa, Baekhyun tidak bisa membendung air matanya lagi, ini sakit, sangat sakit.
Kenapa setelah sekian lamanya dia hidup, kenyataan ini baru datang sekarang? Setelah 20 tahun lamanya dia meyakinkan diri bahwa ayahnya hanya sibuk, dan ayahnya juga menyayangi Baekhyun. Kenapa baru sekarang? Jika kehadirannya tidak di harapkan kenapa dia harus di biarkan hidup?
Baekhyun berlari keluar ruangan itu, berlari dan terus berlari, dia ingin pergi dari tempat ini, dia ingin pergi jauh, dia ingin berlari dan melupakan apa yang baru saja dia dengar. Baekhyun terhenti... memandang kosong ke depan.
Perempuan itu, perempuan yang ada di depannya, dia mengenali perempuan ini. perempuan yang ada dalam foto itu, foto yang sejak lama dia simpan.
"Baekhyun..." tidak, jangan memanggil gadis mungil ini, kau akan menyakitinya lebih dalam. Perempuan berbaju merah yang kontras dengan kulitnya itu menghampiri Baekhyun.
Baekhyun mengetahui semuanya, ibu kandungnya... perempuan itu telah lama meninggalkannya, bahkan Baekhyun hanya mengenalinya melalui foto usang yang ditemukannya. Baekhyun tidak mengenalnya, untuk apa? Untuk apa perempuan itu memanggil namanya saat ini?
Apa yang dilakukan perempuan itu disini? Sudah cukup sakit hari ini untuk Baekhyun, apakah masih ada lagi? Apa masih ada sakit yang lebih lagi setelah ini?
"Eomma" jongin memanggil eommanya dan menatap gadis di hadapannya, noonanya.
"B... Gweancana?" Kyungsoo memeluk Baekhyun dari belakang, luhan fokus menyetir dan sesekali melirik Baekhyun yang duduk disampingnya. Sahabatnya sedang tidak baik-baik saja.. yaa, Luhan dan Kyungsoo tau siapa jongin, bagaimana kisah hidup memilukan Baekhyun sahabatnya, bagaimananya penderitaan yang harus di tanggung Baekhyun.
Baekhyun hanya diam mengelus tangan Kyungsoo di pundaknya. Luhan meliirik Kyungsoo begitupun sebaliknya. Sepertinya Baekhyun masih belum bisa mengungkapkan apa yang dia rasakan, dan mereka mengerti.
Mobil Baekhyun berhenti di parkiran apartement, apartement yang ditinggalinya bersama luhan selama satu tahun terakhir ini. Setelah kejadian satu tahun yang lalu Baekhyun memutuskan untuk meninggalkan apartementnya, memilih untuk tinggal bersama Luhan sahabatnya.
"minumlah dulu B.." luhan memberikan segelas air sesaat setelah mereka memasuki apartement miliknya. "B...maaf untuk mengatakan ini.. sepertinya kau tidak bisa menghindarinya lagi" Luhan ragu untuk melanjutkan kata-katanya lagi. Dia melirik Kyungsoo berharap penguin itu membantunya.
Kyungsoo menarik nafas dalam dan mengangguk menenangkan dirinya sendiri "sepertinya kali ini Lulu benar B, bahkan Jongin satu kampus dengan kita..."
Hening sejenak... "walaupun sekarang dia belum tau, tetapi lambat waktu pasti dia akan menyadari B bahwa kau berada di kampus yang sama dengannya"
Baekhyun melirik kedua sahabatnya, pertemuannya dengan jongin benar-benar memberikan beban tersendiri padanya. Dia tau Jongin siapa, bahkan sebelum Jongin mengetahui hubungan mereka Baekhyun telah lama tau... Ibunya, Ibu kandungnya yang tidak pernah sekalipun dia temui dulu meninggalkannya sehari setelah kelahirannya untuk menikah dengan ayah Jongin adik Baekhyun, adik kandung berbeda ayah.
Luka itulah yang harus disimpan Baekhyun selama ini, fakta bahwa kedua orang tuanya tidak menginginkannya.
"tunggu.. noona? Kau punya seorang noona?" sehun merasa ada yang salah dengan pendengarannya. Bahkan setelah 10 tahun persahabatannya dengan jongin tidak pernah dia mengetahui bahwa sahabat hitamnya itu memiliki saudara. Jongin anak tunggal, itulah yang sehun tau begitupun dengan ke-tiga sahabatnya yang lain.
Jongin menjambak rambutnya sendiri mencoba berfikir lebih untuk menyelesaikan segala masalah yang dihadapi keluarganya saat ini.
"Jong... apakah yang kau maksud seseorang yang harus kau temukan dan kau jaga itu adalah dia?" kini Chanyeol buka suara.
Jongin menatap Chanyeol... berganti menatap sahabatnya yang lain satu per satu. Dia menarik nafas panjang untuk meyakinkan dirinya sendiri bahwa mungkin sudah saatnya dia berbagi beban kepada sahabat-sahabatnya. Pundaknya sudah terasa lelah menyimpan beban itu sendirian.
"kalian pasti masih ingat apa yang aku katakan di hari pemakaman eommaku...aku berjanji di depan makam eomma bahwa aku pasti menemukannya dan aku pasti akan menjaganya"
Semua terdiam mendengarkan cerita Jongin...
"diaa... noonaku, anak eommaku sebelum beliau menikah dengan appa"
Sehun membeo mendengarnya, dia adalah sahabat yang paling lama bersama Jongin. Selama 10 tahun persahabatannya tidak pernah terfikirkan olehnya bahwa eomma Jongin, bibinya telah memiliki anak sebelum menikah dengan pamannya, appa jongin.
"Eomma menikah dengan appa 6 bulan setelah kelahiran Baekhyun, dan eomma terpaksa meninggalkan Baekhyun sehari setelah melahirkannya".
"ini..." Jessica menyerahkan foto kepada anak laki-laki satu-satunya.
Jongin menautkan alisnya tidak mengerti maksud dari Eommanya, tetapi senyum manis mengembang dari bibirnya ketika melihat foto gadis mungil yang sedang tersenyum itu.
"mirip sekali dengan eomma... apakah ini masa muda eomma dulu?" jongin bertanya kepada sang eomma yang berbaring di depannya tanpa mengalihkan pandangannya pada foto itu.
"benarkah? Benarkah dia mirip dengan eomma?" wajah pucat Jessica tersenyum membayangkan senyuman itu, senyuman yang sangat ingin dia lihat secara langsung... senyum seorang putri yang dilahirkan sekaligus di tinggalkannya dulu.
"bisakah kau berjanji kepada eomma jongin?" Jessica menggenggam tangan putranya dengan penuh harap.
Jongin memandang eommanya, melihat wajah pucat sang eomma membuat pikirannya kembali dipenuhi ketakutan, ketakutan akan hal yang sangat tidak ingin di alaminya lagi. Cukup appanya yang harus pergi meninggalkannya untuk selama-lamanya, dia akan kesulitan jika harus kehilangan sosok eomma yang sangat di cintainya juga.
"berjanjilah kepada eomma, apapun yang akan terjadi kepada eomma nanti temukan dia jongin.. temukan dia untuk eomma, dan jagalah dia untuk eomma dan appa". Jongin semakin bingung dengan perkataan eommanya, siapa gadis ini? kenapa eommanya memintanya untuk menjaga gadis ini untuk eomma dan appanya?
Jongin hanya terdiam menunggu penjelasan lebih lanjut dari eommanya.
Satu tetes air mata membasahi pipi jessica... dia menarik satu nafas panjang untuk menguatkan hatinya. "dia noonamu jongin... dia adalah saudara kandungmu"
Di luar sedang tidak hujan, tetapi ada petir yang menyembar hati jongin, bagaimana mungkin eommanya berbicara hal yang tidak masuk akal seperti itu? Jongin jelas-jelas tau bahwa dia adalah anak satu-satunya yang dimiliki eomma dan appanya.
"eomma telah bersalah kepada appamu jongin... bahkan hingga akhir hidupnya, eomma belum bisa mewujudkan keinginan appamu"
Jongin semakin dilanda kebingungan, apa-apaan ini?
"eomma telah memiliki Baekhyun sebelum menikah dengan appamu jongin..saat itu eomma dan appa telah menjalin hubungan jarak jauh karena appamu harus mengurus bisnisnya di kanada" huuhh jessica menghembuskan kuat-kuat nafasnya, dadanya sesak matanya sudah tidak bisa berhenti untuk meneteskan air mata. Jongin hanya diam memberikan kesempatan kepada eommanya untuk melanjutkan penjelasan yang konyol menurut jongin saat ini.
"semua berawal dari kecerobohan eomma yang tidak pernah menghiraukan apa kata kakek dan nenekmu, eomma nekat pergi ke sebuah club tempat teman eomma mengadakan pesta" tetesan air mata terus mengiringi cerita memilukan itu
"eomma tidak tahan alkohol dan mabuk di pesta itu, saat itulah semuanya terjadi... eomma tidak ingat apa yang eomma lakukan"
Jongin mengepalkan tangannya menahan amarah yang menyeruak dalam dirinya.
"yang eomma tau, keesokan paginya bibimu... eomma Sehun sudah menemukan eomma di salah satu kamar club itu bersama laki-laki yang eomma sendiri tidak mengenalnya"
Jessica terdiam.. memandang putranya
"bisakah eomma lanjutkan?" jongin mengangguk mencoba menguatkan diri... dia yakin setelah ini masih ada fakta yang pasti lebih mengejutkan untuknya.
"satu bulan setelahnya ternyata eomma mengandung anak laki-laki itu... kakek dan nenekmu sangat marah kepada eomma sampai mereka mengusir eomma..
Setelah itu eomma pergi ketempat sahabat eomma, bibimu... adik appamu"
Jongin mengelus tangan sang eomma berusaha menguatkan... dia tau ini juga berat untuk sang eomma.
"bibimu adalah sahabat terbaik eomma jongin... bahkan dia rela membohongi kakaknya sendiri.. dia membantu eomma untuk menyembunyikan kehamilan eomma dari appamu dan keluarga" air mata pertama jongin di hari itu menetes.
"selama mengandung, eomma tinggal bersama bibimu sampai eomma melahirkan Baekhyun... sungguh.. eomma ingin merawat bayi itu, eomma tidak pernah berniat meninggalkan dia, tetapi eomma tidak memiliki kekuatan untuk melawan kakek dan nenekmu lagi.."
Jongin menatap iris kelam eommanya, tersenyum semanis mungkin untuk memberikan semangat kepada eomma yang dicintainya.
"eomma... eomma bisa melanjutkannya nanti, wajah eomma terlihat lebih pucat"
Jessica menggelengkan kepalanya, dia tidak akan kuat jika harus mengulang menceritakannya di lain waktu. Digenggamnya tangan sang putra.
"kakekmu menyerahkan Baekhyun kepada ayah kandungnya, Byun Yunho seorang CEO salah satu perusahaan ternama di korea, Yunho mau tidak mau harus menerima bayi itu karena kakek mengancam akan mengungkapkan tentang kehamilan eomma jika dia menolak dan itu akan membahayakan reputasinya"
Jongin tidak bisa menahan air matanya lagi, dia menatap foto gadis yang ada di tangannya... Baekhyun yang malang.
"setelah hari itu eomma di kirim ke kanada untuk menyusul appamu dan mempersiapkan pernikahan kami"
"apakah appa tau tentang Baekhyun?" jongin merasa sedih merasakan persaan iba dengan keadaan appanya dulu
"iyaa.. appamu mengetahuinya. Bibimu yang menceritakan semua kepada appa tanpa sepengetahuan eomma... appamu orang terbaik yang pernah eomma temui di dunia ini jongin, bahkan tanpa sepengetahuan eomma.. appamu mengikuti tumbuh kembang Baekhyun melalui bibimu di Seoul" air mata Jessica semakin deras mengingat mendiang suaminya.
"appamu berusaha menebus dosa-dosa eomma pada Baekhyun jongin, appamu meminta orang dan juga bibimu untuk mengawasi Baekhyun, hingga sesaat sebelum dia menghembuskan nafas terakhirnya appa memberitahu eomma semuanya, semua yang dia lakukan untuk melindungi Baekhyun, dia menceritakan bahwa sesaat setelah pernikahan kami appa sudah mengetahuinya, dia mengawasi Baekhyun dari jauh"
Mereka berdua larut dalam tangis, jessica mengeratkan genggaman tangannya pada tangan jongin.
"appamu mencintai Baekhyun seperti putrinya sendiri, meskipun dia tidak bisa mendekati anak itu secara langsung... sebelum meninggal appamu berpesan kepada eomma, dia ingin eomma menemui Baekhyun dan membawa dia pada keluarga kita" Jessica mencoba untuk duduk dan Jongin membantunya.
"bisakah kau ambilkan kotak berwarna hitam di bawah sana nak?" Jongin mengikuti arah telunjuk tangan sang eomma dan segera bangkit membawa kotak yang eomma maksud.
Jessica membuka kotak itu dan menangis kencang meluapkan semua emosinya...
Jongin bangkit memeluk eommanya dengan sayang.
"ini adalah foto-foto yang dikumpulkan appamu melalui bibimu dan orang suruhannya... foto Baekhyun dari bayi hingga beberapa waktu sebelum appamu meninggal, saat Baekhyun sudah di usia 19 tahun"
Jongin mengambil beberapa foto yang ada dan melihatnya satu per satu, senyum mengembang di bibirnya
"noona... haii noona, terimaksih sudah tumbuh menjadi gadis yang cantik.. aku berjanji kita akan segera bertemu.." Jessica tersenyum haru melihat putranya yang memiliki hati yang lembut seperti sang appa.
"aku Jongin, adikmuuu... Saranghae Uri Noona,," Air mata tak tertahankan lagi dari mata jongin, dia terus menatap foto Baekhyun noonanya, noonanya yang malang.
Tao tidak bisa lagi membendung air matanya, dia tidak tau bahwa sahabatnya menyimpan rahasia sebegitu besar.
"Sehun.. aku minta maaf karena tidak menceritakan ini padamu, aku masih belum siap.. bahkan bibi juga belum tau bahwa aku sudah tau semua ini" Jongin menatap sehun, dia yakin sahabat sekaligus sepupunya itu pasti sangat kaget mendengar kabar ini.
Jongin dan Sehun telah tinggal bersama sejak umur 9 tahun dimana orang tua Sehun memutuskan untuk menyekolahkan Sehun di Kanada dan tinggal bersama Jongin dan orang tua Jongin.
"Gadis yang sangat malang" Jongdae adalah seseorang yang paling tidak bisa serius diantara mereka berlima, tetapi hari ini dia meneteskan air mata menengar cerita memilukan itu.
Chanyeol terdiam, pikirannya melayang pada senyuman manis gadis berbalut dress baby pink yang sedang memainkan jarinya diatas piano itu. Suara merdu mengalun lembut diiringi senyuman indah di bibirnya
Don't look at me
Every day is so wonderful
And suddenly, I saw debris
Now and them, I get insecure
From all the pain, I'm so ashamed
Lagu itu mengingatkannya kepada perempuan yang sangat di cintainya, perempuan paling kuat yang pernah dia temui, perempuan yang berhasil menyematkan namanya di hati sedingin es itu...
"Kim Hyejin... ada seseorang yang sekuat dirimu, ada seseorang yang memiliki ketangguhan hati sepertimu" Chanyeol membatin dalam hatinya, melalui senyumannya dia tau bahwa gadis cantik dengan surai lembut itu memiliki kekuatan yang amat kokoh jika mengulas kembali kisah hidup yang selama ini dia jalani. Dia berhasil menyembunyikan kepedihan hatinya dalam senyum manisnya.
I am beautiful no matter what they say
Word can't bring me down
I am beautiful in every single way
Yes, words can't bring me down
So don't you bring me down today...
Chanyeol masih berlarut dalam pikiran dan hatinya, mengingat kembali nyanyian merdu yang dia dengar dengan Sehun beberapa waktu lalu, mengingat kembali senyuman manis milik sang gadis.
.
.
.
.
.
.
.
TBC
.
.
.
AN:
Hayy..
iyaa aku tau ini cerita emang abal-abal banget...
BTW ini emang fanfic pertama aku, tidak banyak yang aku minta..
siapapun dari kalian yang baca ff ini pliissss luangin waktu sebentar buat kasih Review-nya..
kekurangannya, kriitik dan saran sangat pentik buat aku..
semoga kalian suka dengan cerita ini.
