"Hari ini aku menemukan sebuah dunia baru untukku."
•
•
•
••• TWO OF ME •••
Character(s): Sehun Oh, Zitao Huang, Shixun Huang
WARNING!: wolf!au
Rate: T (for now, lmao)
Author: sehun's mother
Don't Like? Don't Read!
•
•
•
Chapter 001 - Twins
Mendung tebal berlarian di atas kota. Abu-abu mulai menyelimuti warna-warni musim panas dan membuatnya terlihat muram. Beberapa orang mulai menampakkan wajah khawatir melihat cuaca di atas mereka lantaran sepuluh menit sebelumnya mentari masih menyeringai dengan sombongnya. Beberapa lagi mulai mempercepat langkah mereka sambil berharap-harap cemas untuk hujan agar tidak turun secepatnya. Kedai-kedai makanan di pinggir jalan mulai tutup karena takut sewaktu-waktu hujan deras akan turun. Ada lagi yang tenang-tenang saja dengan cuaca suram ini, yah, payung yang ada di tangan mereka jelas membuat mereka tenang.
Dua orang baru saja keluar dari gedung sekolah mereka dan mendapati susanan yang begitu menyedihkan. Salah seorang dari mereka menghela nafas sebelum mengerang kecil. Menarik perhatian temannya.
"Sehun'ah kau bawa payung?" pemuda berkulit tan melirik temannya khawatir. Ia kembali menatap gumpalan kapas keabu-abuan yang melayang-layang di langit. "Mendungnya cukup gelap." Saat itu juga sebuah mobil masuk ke halaman sekolah dan berhenti di depan mereka berdua. "Atau kau mau pulang bersamaku? Aku bisa meminta ibuku untuk mengantarmu."
Pemuda berambut hitam yang di panggil 'Sehun' tadi tersenyum. Ia menggelengkan kepalanya menanggapi tawaran temannya. "Tidak perlu, aku membawa payung kok."
"Ah, baiklah kalau begitu. Aku duluan ya. Hati-hati di jalan. Cepatlah sampai rumah."
Dengan itu pemuda berkulit tan tadi berlari ke arah mobil hitam yang menunggunya. Setelah ia masuk ke mobil dan mobil itu berlalu, Sehun menghela nafas panjang. Ia membenarkan letak raselnya sebelum berjalan ke arah gerbang sekolah. Hawa dingin berebut menyentuh kulit pucatnya. Dan ia menggigil karenanya. Ia berlari-lari kecil menuju halte yang sedikit jauh dari sekolahnya.
Namun, baru saja ia keluar dari gerbang sekolah, ia mendapati seorang pemuda berlari ke arah berlawanan dengannya. Sehun menghentikan langkahnya untuk melihat pada pemuda berkaus hitam yang terlihat sangat terburu-buru itu. Pemuda dengan rambut hitam kelam itu melihat Sehun dan buru-buru memperlambat laju larinya.
Sehun menatap pemuda yang kini berjalan ke arahnya dengan tatapan takut. Pemuda itu memiliki sepasang mata yang sangat tajam.
"Shixun kau disini?!"
Pemuda dengan mata tajam itu menatap Sehun kaget dengan nafas yang terengah-engah. Dan Sehun hanya menatapnya bingung dengan mulut yang sedikit terbuka.
"Apa yang kau lakukan cepat lari."
Tanpa aba-aba pemuda itu menarik lengannya dan kembali berlari. Membawa Sehun yang masih kebingungan dalam usahanya melepaskan cengkraman pemuda itu di lengannya.
"T-tunggu.. H-hei!"
Sehun berusaha menarik perhatian pemuda itu namun pemuda itu tetap berlari, membawanya ke hutan di belakang sekolah.
"H-hei!" Sehun berteriak lagi namun tetap tidak dihiraukan. Ia sangat takut karena pemuda ini membawanya ke hutan yang selalu dibicarakan kemistisannya.
"Hei kau!"
Sehun memukul bahu pemuda itu untuk menghentikannya, namun ia tak bergeming. Tetap berlari semakin dekat ke hutan terlarang itu. Sehun mulai merasa tubuhnya dibanjiri keringat dingin. Ia menutup erat matanya saat mereka memasuki hutan itu.
•
•
•
Cahaya merambat lurus dari celah pepoohonan dan mendarat di tanah yang diselimuti dedaunan kering. Udara hangat berlarian dan sesekali membelai ranting-ranting dengan manjanya.
Rimbunnya dedaunan yang ditopang oleh batang-batang yang kuat menutupi sebagian besar langit biru. Tapi jika kau melihat lebih cermat, kau dapat melihat awan-awan putih berarakan di kanvas biru itu.
Suara serangga-serangga kecil saling bersahutan di hutan yang sunyi, suara hembusan angin pun turut meramaikan.
Shixun baru saja keluar dari gua tempatnya dan kelompoknya tinggal. Sedikit embun masih menempel di kulit seputih susunya yang hanya tertutupi oleh celana jeans hitam ketat. Ia mengangkat tangan kanannya untuk menyibakkan helaian rambut pirang dari dahinya.
Ia mengangkat sebelah alisnya ketika indera penciumannya menangkap aroma asing.. yang berkeliaran di dekat aroma kakaknya.
"Si ceroboh itu." gumamnya sebelum mulai berlari mengikuti aroma dominan kakaknya.
Ia berfikir alangkah mudahnya jika Ia bisa bertransformasi menjadi wujud liarnya. Namun ia tidak mau mengorbankan celanan jeans kesayangannya. Jadi ia memutuskan untuk berlari dengan kaki manusianya yang panjang dan tubuh jangkungnya.
Ia semakin dekat dengan kakaknya sangat telinganya mendengar suara terengah yang datang dari arah yang sama dengan aroma kakaknya. Merasa kesal dan sedikit khawatir ia mempercepat laju larinya hingga ia sampai di perbatasan dan melihat kakaknya dengan seorang bocah manusia berseragam yang terengah-engah di sampingnya.
"Zitao! Siapa dia?" Tanyanya sesaat setelah langkahnya terhenti dan ia memperbaiki postur berdirinya. Kedua tangan terlipat di dada telanjangnya, dagunya yang sedikit terangkat dan sepasang matanya menatap rendah pada kakaknya dan orang asing yang jelas-jelas adalah manusia.
•
•
•
Zitao melirik adiknya yang terengah-engah di sampingnya. Dalam hatinya ia bertanya kenapa adiknya terlihat sangat kelelahan saat yang mereka lakukan hanyalah berlari sejauh satu kilometer. Tidak. Bahkan kurang dari satu kilometer.
Saat ia baru saja ingin membuka mulutnya untuk bertanya, suara yang sangat familiar terdengar dari belakangnya.
"Zitao! Siapa dia?"
Matanya membulat mendapati sosok adiknya yang berdiri tanpa mengenakan pakaian atas. Bukan. Bukan itu yang membuatnya terkejut. Ia selalu melihat anggota kelompoknya berjalan telanjang setiap hari dan itu hal wajar untuk mereka.
Ia buru-buru melihat ke arah sampingnya dan melihat bocah laki-laki yang tadi terengah kini menatap Shixun dengan matanya yang juga membulat. Lalu kembali melihat Shixun yang terlihat amat terkejut.
"K-kalian..? Kembar?"
•
•
•
"Sudah kukatakan berulang kali, jangan melewati perbatasan. Apa kau ingin mati?!" Shixun berdiri di depan kakaknya yang bersandar di batang sebuah pohon. Tak jauh dari mereka seseorang memperhatikan dengan tatapan penasaran dan bingung.
"Hey tidak usah khawatir. Aku alpha, aku tidak akan mati semudah itu." Jawab Zitao berusaha menenangkan kekhawatiran adiknya. Walau Shixun tidak pernah memperlihatkan wajah khawatir, aura di sekitarnya menjelaskan semua. "Aku hanya bermain, Shixun."
Shixun memuat bola matanya. "Iya dan sekarang kau membawa anak manusia kemari."
Zitao menoleh ke arah bocah manusia yang kini berjongkok dan memainkan sebuah ranting kering. "Tapi sungguh, Shixun. Aroma kalian sama. Wajah kalian sama. Bahkan kulit kalian terasa sama."
"Hei. Aromaku tidak selemah itu. Dia tercium seperti omega, dan aku adalah beta." bantah Shixun.
"Xunxun, kau tidak tahu aromamu sendiri."
"Aku lebih tinggi darinya."
"Kau hanya sedikit lebih tinggi, mana aku tahu kalau dia bukan kau. Aku berlari karena hujan akan turun dan yang kufikirkan dia adalah kau karena aroma kalian persis sama."
"Rambutku berwarna pirang, gege. Dan miliknya berwarna hitam." Shixun merajuk sambil menghentak-hentakkan kakinya ke tanah. Ini dia, sifat manjanya yang tidak pernah berubah sejak kecil. Shixun mengacak rambutnya kesal. "Sekarang apa yang harus kita lakukan?" Namun kemudian ia menghentikan gerakan tangannya dan menyeringai kecil ke arah kakaknya. "Maksudku.. apa yang akan kau lakukan?"
Zitao masih mengerutkan dahinya. Tidak habis fikir bagaimana ada anak manusia yang sangat mirip.. maksudku, persis dengan adiknya.
"Hei, kau!" Zitao memanggil anak manusia itu dan melambaikan tangannya untuk memerintahkannya mendekat. Beruntungnya bocah itu mengerti dan buru-buru berjalan ke arah pasangan kakak-adik yang sedari tadi berbicara dan mengacuhkannya.
"Siapa namamu?"
"Sehun."
Zitao dan Shixun saling bertatapan sesaat mendengar jawaban anak manusia -Sehun- itu.
"Usia?"
"18 tahun."
Shixun berdehem dan kembali mengangkat dagu dan membusungkan dadanya. "Aku 21."
Zitao kembali melirik adiknya sebelum kembali bertanya. "Shixun bergolongan darah A. Dan kau, Sehun?"
"Aku O."
"Lihat, bagaimana kau bisa salah mengenalinya." Shixun menghela nafas. Jemarinya terangkat untuk memijat-mijat pelipisnya.
"Shixun, kita werewolf, bukan vamp-" belum sempat Zitao menyelesaikan kalimatnya, ia dan adiknya terperanjat dengan suara kaget yang berasal dari anak manusia -Sehun- di dekat mereka. Mereka mendapati bocah Sehun itu mundur beberapa langkah sambil menutup mulutnya.
"K-kalian apa? W-werewolf? K-kalian ingin membunuhku?!"
Shixun mengernyitkan dahinya. Merasa terhina dengan ucapan terbata yang keluar dari bibir anak manusia-Sehun- yang sangat terlihat mirip dengannya.
Melihatnya begitu membuat ia membayangkan kemungkinan-kemungkinan ekspresi lemah yang ia tunjukkan. Tidak. Tidak. Ia tidak akan terlihat selemah itu. Walau dirinya buka alpha, dia termasuk beta yang paling kuat.
"Kkk... Membunuhmu sama saja dengan membunuh adikku sendiri, bocah manusia." ucap Zitao.
"Dia bukan adikmu!" Sela Shixun. "Cepat kembalikan dia ke perbatasan!"
"Di sana hujan."
"Lalu? Kau ingin membawanya ke gua?"
"Jika Wu Fan mengizinkan, kenapa tidak?"
"Gege!"
•
•
•
Chapter 001 – END
Author's Note:
Halo! Sudah lama sekali nggak menulis ff pakai bahasa sendiri ^^'a
Kelamaan nongkrong di AFF ya gini^^
Jadi, untuk kalian reader cerita ini yang sangat kucintai, kuharap kalian bakal mengatakan sepatah-duapatah kata untuk chapter001 ini ya karena, you know lah seberapa feedback itu berharga buat author. You can call me feedback seeker. I AM! Ya soalnya nulis ff disini itu gak dibayar loh ya, berbaik-baiklah sama author kere ini buat ngasih komentar baiknya atau buruknya. Komentar itu juga semacam fuel buat author buat ngelanjutin ffnya. So, thanks ^^
See you di chapter 002!
