Kuroko no Basket © Tadoshi Fujimaki

WARNING!

OOC, GAJE, ALAY, EYD NGAWUR

.

Jiehh… kali ini author membawa cerita special untuk Thief Girl Series. Jadi, hanya akan berisi cerita pendek saja. Ini semua karena saya tidak bisa move on dari cerita yang pernah ditulis. Maunya pengen lanjut terus, sampai karakternya capek semua. Hehe…

Sankyu buat siapa saja yang nyasar ke tempat ini dan reader yang setia mengikuti cerita gaje dari author yang gaje. Lop yu 3 ^^

Kuroko hanya bisa terdiam melihat kalender yang berada diatas mejanya. Ia melihat tanggal 29 Januari itu dengan baik dan benar. Kalau diperhatikan, ternyata ia dan orang itu benar-benar berbeda 1 tahun! Ehm, ralat, Kuroko lebih tua 363 hari daripada orang itu!

"Tinggal seminggu lagi…" gumamnya sambil menghela nafas. Kepalanya sedang berfikir keras. Apa yang harus ia berikan kepada orang itu sebagai hadiah ulang tahun? Sesuatu yang sangat berharga, mungkin.

"Dia tidak menyukai sesuatu yang mahal" gumamnya lagi. Syukurlah, ia tidak seperti yang lain yang menyukai benda mahal. Namun, ia masih bingung, mungkinkah ia memberikan stik es krim? Itu norak dan juga memalukan. Lagipula, Momoi juga pernah ia berikan stik es krim. Ayolah, pikirkan sesuatu yang mahal meskipun harganya murah.

"Mungkinkah aku membelikan dia jam tangan, Nigou?" tanyanya pada Nigou yang sedang tertidur lelap. Hanya sedikit erangan malas yang terdengar. Kuroko hanya tersenyum melihat anjingnya. Aduh, dia harus focus!

"Mungkin aku harus menghubungi Riko-senpai" ia mengambil handphone yang berada disampingnya dan mencari nomor kontak yang bernama 'Pelatih-senpai.' Ia lalu mendekatkan handphone ke telinga kanannya.

"ah, anoo… senpai… aku membutuhkan bantuanmu" ujarnya setelah mendengar suara dari seberang.

"bukan, bukan tentang basket" ujarnya lagi sambil memainkan pensil yang ada ditangan kirinya.

"ya, ehm…. Kira-kira hadiah apa yang bagus untuk seorang perempuan ketika ia berulang tahun?" tanyanya dengan hati-hati. Ia lalu menunggu dengan sabar jawaban dari pelatih Seirin itu. Sekitar 5 menit, Riko mulai menjawab dan Kuroko hanya menanggapinya dengan mengangguk.

"kalau begitu, terima kasih ya, Senpai" ia pun memutuskan hubungan. Setelah kembali meletakkan handphone ke arah semula, ia lalu menunduk sambil memegang jidatnya.

"apa yang baru saja dikatakan senpai? Aku tidak mengerti sama sekali. Sesuatu yang menyentuh? Apaan coba?" Kuroko mulai sweatdrop. Ah, hal yang salah. Mungkin ia perlu bertanya pada Kagami. Kembali dengan adegan mencari nomor kontak di handphone dan mulai menelpon.

"maaf Kagami-kun, boleh aku bertanya?"

"…"

"bukan tentang basket…"

"…."

"iya, apa yang disukai perempuan sebagai hadiah ulang tahun?"

"…"

"perempuan tidak begitu suka makan banyak, Kagami-kun"

"…"

"ya sudah, terima kasih…" Kuroko kembali memutuskan hubungan dengan rasa kecewa yang parah. Dasar manusia tidak mengenal cinta! Dari tadi tidak ada jawaban yang memuaskan. Bagaimana mungkin Kuroko akan menghadiahi seorang perempuan 20 porsi besar Super Burger? Apa mungkin badan perempuan itu sebesar Murasakibara? Memangnya perempuan itu suka makan burger seperti Kagami dan Aomine? Entahlah, hanya Kagami dan Tuhan yang tahu.

KRIIINGG…

Kali ini bukan ia yang menelpon melainkan orang lain. Ia melihat kelayar handphone dan tertulis nama 'Chii-chan.' Kuroko membentuk senyum sembari memegang dadanya. Dia gugup setengah mati untuk mencari hadiah buat orang itu, tapi orang itu malah menelponnya. Saat yang tidak tepat meskipun ia senang ditelpon!

"moshi-moshi, ada apa, Chii-chan?"

"…"

"maaf, aku sedang belajar" Kuroko mulai berbohong, ia mengedipkan mata kirinya. Rasanya berbohong itu agak sulit ia lakukan. Apalagi pada orang yang menelponnya ini.

"…"

"hari Rabu? Aku sepertinya ada latihan…" ujarnya. Ah, sejak kapan ada latihan pada hari libur menjelang ujian?

"…"

"Aku akan bertanya pada Pelatih…" jawabnya lagi. Tiba-tiba matanya tertuju pada topi yang ada digantungan bajunya. Ia lalu tersenyum.

"…"

"oh ya, Chii-chan, apa akhir-akhir ini sangat panas?" tanyanya tiba-tiba, ia bisa membayangkan lawan bicaranya ini pasti sedang mengangguk. Ia tersenyum.

"…"

"tidak, bukan apa-apa… baiklah, ketemu hari rabu nanti" jawabnya dan segera menutup telpon. Ia lalu berdiri dan mengambil topi yang ia lihat sedari tadi.

"mungkin…" ia bergumam.

"mungkin aku akan membelikan topi yang sedikit lebih besar untuk melindungi kepala dan wajahnya…" ia lalu tersenyum.

"hehe, itu benar…" ia terkekeh. Wajah orang yang akan ia berikan hadiah itu terbayang dipikirannya. Wajah yang penuh dengan kelembutan. Wajah yang ia cintai.

"tunggu saja, Chinami-san"

- THE END -

…..

Word : 676