VIXX COUPLE
Boys love –fantasy –Romance
Cast: Hakyeon -Taekwoon
Bumi, palnet ketiga sistem tata surya, planet yang menjadi satu satunya tempat dimana kehidupan bisa ditemukan. Planet biru indah yang hampir seluruh permukaan-nya tertutup air, tempat dimana manusia, tumbuhan dan segala bentuk hal hal menkajubkan tinggal.
Planet inilah yang menjadi tempat Hakyeon, pria dua puluh lima tahun tinggal. Hakyeon, pria dengan mata coklat indah dan senyum menawan, semenawan bunga bunga yang dirawatnya ditoko tepat disebelah tempatnya tinggal. Toko itu menjadi sumber kehidupan bagi Hakyeon, dia tak perduli dengan kata teman temannya soal pekerjaan-nya yang bergelut dengan bunga layaknya gadis.
Hakyeon tak pernah perduli soal itu, toh tak ada yang salah dari pekerjaannya. Dia tak merugikan orang lain dengan pekerjaannya bahkan mungkin membawa kebahagiaan bagi orang orang, bunga bunga yang dirawat dengan baik oleh Hakyeon selalu bisa membuat setiap pelanggannya tersenyum manis, seperti sekarang
"bunga mawar ini akan cocok untuk Rin" ucap Hakyeon saat melihat salah satu pelanggan setianya sibuk memilih milih bunga yang akan dibelinya.
Orang itu tersenyum "kau memang selalu bisa diandalkan Hakyeon, Rin pasti akan sangat senang menerima mawar ini"
Hakyeon tersenyum singkat saat melihat betapa pelanggan-nya terlihat sangat bahagia. "semoga kencannya sukses ok "orang itu mengangguk lalu memberikan beberapa lembar dolar pada Hakyeon, menggumamkan 'selamat tinggal' kemudian benar benar menghilang dari pandangan Hakyeon
Matahari hampir mencapai puncaknya saat Hakyeon mengalihkan pandangannya pada jam dinding "ini hampir tengah hari" ucapnya, Hakyeon bangun dan keluar toko, melangkah dengan pasti ke rumahnya –ini waktunya makan siang, jadi pria itu akan memasak makan siangnya
Setibanya dirumah Hakyeon segera menyalakan TV- bukan bermaksud menonton, Hakyeon hanya menyalakan TV karena tak begitu menyukai yang namanya sunyi –jadilah pria itu selalu menyalakan TV maupun radio yang membuat suara suara disekitarnya, membuat susana setidaknya menjadi lebih hidup.
Dengan langkah pelan namun pasti, Hakyeon melangkah menuju dapur –menyalakan kompor dan mulai bergelut dengan segala peralatan dan bahan masakan disana. Hakyeon cukup ahli dengan yang namanya memasak, tinggal sendiri karna orang tua yang menelantarkann-mu adalah alasan utamanya.
Hakyeon hidup sendiri dirumah ini –rumah orang tuanya lebih tepatnya. Dia ditinggal pergi ayah ibunya saat berusia sebelas tahun, usia yang benar benar masih sangat belia untuknya hidup tanpa orang tua. Hakyeon masih sangat ingat dengan jelas hari itu, hari yang dinobatkannya menjadi hari paling kelam dalam hidupnya, dia menangis meraung dan berteriak antara marah, takut dan kesal saat mendapati pagi tanpa ayah dan ibunya.
Hanya selembar surat berisi permintaan maaf dan sebuah amplop berisikan beberapa ratus dollar yang dapat ditemukan-nya saat itu. tak pernah terpikir oleh Hakyeon akan ditinggal sendiri seperti ini, bahkan yang lebih parahnya dia tak atahu sama sekali apa salah yang telah dibuatnya hingga membuat ayah dan ibunya setega itu meninggalkan-nya sendiri. Dalam ingatan Hakyeon, dia tak pernah merasa membuat masalah yang kiranya cukup dijadiakan alasan bagi orang tuanya untuk memilih meinggalkannya –bukannya sombong tapi Hakyeon adalah anak yang cukup pintar, dia baik, sopan dan jangan lupakan betaparamahnya dia padaorang orang. Dipikir dari segi manapun, Hakyeon tak pernah bisa menemukan dimana letak kesalahan yang –mungkin- dibuatnya.
"NASA telah memprediksi adanya badai matahari besar yang akan terjadi siang ini, beberapa negara bagian termaksud NewYork akan menerima dampak dari badai matahari ini"
Hakyeon mengalihkan pandangannya pada TV saat mendengar suara yang cukup mengalihkan perhatiannya "badai matahari ?" lanjutnya, Hakyeon tahu apa itu namun tak begitu memperdulikannya karna tahu tak mungkin terjadi apa apa pada dirinya –meskipun pada kenyataan-nya dia termaksud salah satu dari jutaan penduduk NewYork.
"finnaly" ucapnya saat makanan yang dibuatnya selesai. Dengan segera Hakyeon membawa beberapa sandwich berisi daging panas yang baru saja dipangganganya itu ke ruang tengah.
Hakyeon mengunyah makanan-nya pelan sambil menatap TV didepannya dengan pandangan berminat –sedikit tertarik dengan berita yang masih saja memberitakan soal badai matahari yang kemungkinan akan terjadi siang ini. Hakyeon menemukan satu kabar penting bahwa listrik mungkin akan mengalami pemadaman siang ini.
Tak begitu tertarik lagi, Hakyeon dengan segera mengganti channel TV dengan acara yang sekiranyabisa membuatnya sedikit tertarik. Lama berkutat dengan tombol TV namun pria itu tetap tak mendapatkan siaran apapun yang cukup membuatnya tertarik. Semuanya sama, tentang berbagai peristiwa alam yang entah kenapa terjadi secara bersamaan hari ini. Petir yang tak henti hentinya menyambar di arizona, gelombang besar di california serta berbagai macam peristiwa alam lain terjadi
Hakyeon menatap TV heran "huft, ini pasti karna pemanasan global" ucapnya dan kembali melanjtkan makan siangnya. Menyantap makan siang seadanya itu dengan berselera karna daging didalamnya –Hakyeon cukup jarang bisa memakan daging seperti sekarang, maklum saja toko yang menjadi tumpuan hidupnya hanya cukup untuk membayar biaya listrik, air, bibit bibit tanaman dan sedikit makanan. Beruntunglah Hakyeon cukup bisa mengatur pengeluaran-nya hingga dia bisa bertahan dengan uang seadanya.
Ratusan kilometer dari tempat Hakyeon berada, tepatnya di arizona dimana petir tak henti hentinya menyambar. Siang ini keadaan salah satu negara bagian amerika itu cukup mencekam dengan awan kelam dan petir yang menggelegar tanpa hentinya.
Melirik sedikit kearah atas dimana awan hitam bergumul disertai dengan petir yang menyambar terdapat sebuah gumapalan awan besar yang jika diperhatikan dengan seksama dapat dipastikan bahwa awan tersebut menjadi sumber dari semua petir yang menyambar dilangit negara bagian ini.
Menelik lebih dalam dan akan dapat dilihat dengan jelas gumpalan awan yang lebih kecil namun memancarkan petir yang kalau boleh dibilang tak masuk akal sama sekali –petir itu seakan menjadi penjara bagi awan ditengahnya, mengukung seakan awan didalamnya adalah benda berharaga yang tak boleh lecet sidikitpun. Lama berlangsung hingga petir tadi perlahan menghilang dan turun kebumi mengakibatkan ledakan besar yang untungnya hanya menghantam derah hutan tak berpenghuni.
–
Disisi lain, tak jauh berbeda keadaan aneh di arizona, california-pun mengalami hal serupa. Negara bagian dengan pantai indah bernama Santa monica itu mengalami hal berbeda namun cukup mirip. Gelombang besar disertai angin kencang dengan tiba tiba menghantam pantai indah itu mengakibatkan turis turis seakan dipaksa menelan ludah karna kecewa tak bisa menikmati indahnya pantai
Hal yang dikategorikan mirip adalah, pertama peristiwa ini terjadi secera tiba tiba tanpa penyebab yang jelas dan kedua... 'gumpalan', ya... gumpalan yang sekali lagi berbeda namun serupa, seperti halnya awan hitam di arizona, pusaran air terjadi di california dengan bagian tengannya yang terdapat geumpalan dengan air yang menggulung yang seakan berusaha melindungi gumpalan itu –sama halnya dengan petir di arizona yang seakan berusaha melindungi gumpalan ditengahnya.
Dan sekali lagi hal yang sama terjadi disini, sama hal-nya dengan petir di arizona, pusaran air di pantai Santa monica california ini perlahan menghilang bersamaan dengan tsunami setinggi dua meter yang dengan cepat menerjang bibir pantai itu, sangat cepat dan tak butuh waktu lama untuk menyapu bersih semua yang ada di bibir pantai.
–
Semua peristiwa alam terjadi bukan hanya di dua negara bagian itu, masih ada sekitar delapan tempat lagi dimana peristiwa serupa terjadi –orang orang kaget dan merasa cukup khawatir dengan keadaan tak biasa ini. Semuanya baik baik saja hari hari sebelumnya, tak ada tanda tanda apapun jika hal aneh akan terjadi membuat bingung siapapun –bahkan orang orang dengan otak jenius di NASA tak luput dari rasa kebingungan karna semua peristiwa alam yang sedang terjadi
Berbeda NASA dan orang orang diluar lainnya berbeda pula dengan Hakyeon, pemuda berusia dua puluh lima tahun itu tak begitu ambil pusing dengan semua hal yang terjadi, bagianya itu hanya karna pemanasan global –hanya itu, Hakyeon tak ingin berpikir lebih lanjut kenapa hal itu terjadi.
Hakyeon mengabaikan semua pemberitaan yang membahas semua peristiwa alam yang terjadi hari ini, memilih menyibukkan diri dengan mengecek isi kulkas yang seingatnya mulai menampakkan tanda tanda akan kehabisan isinya.
"apa aku harus ke seper market ?" tanyanya menimbang nimbang. Tak perlu waktu lama untuk Hakyeon bangun dengan wajah horor dan berjalan cepat keluar untuk ke supermarket. Tak perlu bertanya kenapa wajah Hakyeon tiba tiba berubah drastis –pria itu teringat bagaimana repotnya dia terakhir kali saat listrik padam dan super market dipenuhi antrian panjang karna mesin ksair yang mati hingga membuat penghitungan belanjaan memakan waktu jauh lebih lama –petugas kasir terpaksa menghitung belanjaan secara manual, dan demi apapun, Hakyeon hampir mati bosan saat itu.
Hakyeon memilah barang dengan seksama –menimang nimang harga dari makanan itu dan barang kali dia bisa mendapatkan diskon jika beruntung. Dia bisa bersantai memilah milah makanan yang akan disimpannya di kulkas tanpa rasa was was takut listrik akan padam –ini sudah sekitar setengah jam dan semuanya masih baik baik saja, bahkan hingga brokoli segar masuk ke dalam keranjang-nya semua-nya masih baik baik saja.
Hakyeon melangkah menuju kasir dengan langkah pelan, bisa dilihatnya tiga orang berbaris dengan kereta belanjaan yang terisi penuh dengan belanjaan, bersyukurlah karena kasir menyala hingga tumpukan barang itu tak akan menjadi masalah.
Masih berjalan,Hakyeon dengan pasti bergabung dengan antrian itu, menjadi orang ke empat dalam barisan, mengamati dengan seksama barang barang yang mulai dihitung hingga–
–shit, Hakyeon memaki dalam hati saat mendapati lampu diatas-nya mati dan itu berarti "maaf, kami akan menghitung barang beanjaan-nya secara manual"
Tolong kubur Hakyeon sekarang !
–
Dua puluh tujuh menit lebih lima belas detik –waktu yang Hakyeon habiskan untuk menunggu giliran barang barang-nya dihitung. Hakyeon masih ingat bagaimana dia berpikir akan mengutuk petugas kasir yang begitu lamban menghitung ditambah lagi pria kedua di barisan antrian tadi –sungguh Hakyeon ingin berterik kesal karna pria dengan peruh balon itu ternyata membawa dua kereta belanjaan yang sialnya sama sama penuh menggunung.
Perjuangan hampir setengah jam-nya terbayarkan dengan barang belanjaan yang tak begitu banyak ditangan-nya. Dia berjalan dengan langkah yang dipercepat saat mendapati langit yang berubah menggelap dengan tiba tiba, jangan katakan kalau salah satu pertistiwa alam itu akan terjadi disini, sekarang saat dirinya sedang diluar ? ok... sekarang diamerasa cukup khawatir.
Dimulai dari langkah cepat yang kemudian berubah menjadi langkah cepat dan lebar –berlari yang kumaksud– Hakyeon dengan sangat cepat menyusuri jalan menuju rumahnya dan tinggal sedikit lagi hingga langkah Hakyeon berhenti sepenuhnya saat pohon besar tumbang tepat didepan-nya
Hakyeon terkapar ditanah dengan luka dibagian kepala karna ranting pohon yang telak mengenai wajahnya , tak begitu besar tapi cukup membuat sekujur tubuh Hakyeon lemas di buatnya. Sungguh, selama dua puluh lima tahun hidupnya, ini adalah pertama kalinya dia mengalami hal seperti ini
Pohon tumbang ? itu mungkin biasa jika pohon itu tumbang karna sudah cukup tua, tersambar petir, atau tumbang karna kecelakaan. Tapi ini... tak ada apapun namun tiba tiba pohon itu tumbang dengan bagian tengah yang terbel–
Mata Hakyeonmembulat sempurna saat memperhatikan pohon yang tumbang itu, di bagian tengah, tepat dimana patahan pohon itu berpusat terdapat tubuh yang terlentang dalam keadaan –ok, Hakyeon tak ingin menjelaskan bagaimana detail orang itu yang –ehm, bagaimana menyebutnya, dia –dia.. dia –ehm tak berbusana.
Antara ragu, takut dan malu –astaga ! lupakan bagian terakhir, Hakyeon pikir untuk apa dia harus malu, toh mereka sama sama pria.. ya, sama sama pria, dan dirinya sebagai pria yang baik tentunya akan menolong orang itu mengingat tak ada siapapun disini.
Hakyeon menatap pria yang ditolong-nya tadi yang sedang dalam keadaan terlelap di atas tempat tidur-nya dengan pandangan bingung, tentu saja dia bingun. Dipikir bagaimanapun keadaan pria yang –ok, tak perlu menyebutnya– itu terkapar tepat disamping pohon yang tumbang tanpan alasan jelas, jangan bilang jika pohon tumbang itu karna ulah orang
"ohh,, astaaga Hakyeon, apa yang kau pikirkan ? itu bahkan makin tak masuk akal. Bagaimana bisa orang ini merubuhkan pohon itu ?" Hakyeon menggeleng gelengkan kepalanya berusaha mengusir pemikiran bodohnya.
Melihat jam yang tergantung, Hakyeon memutuskan untuk untuk membuat makan malam –ngomong ngomong ini sudah hampir empat jam sejak Hakyeon memabawanya untuk dibawa ke kamarnya. Hakyeon menimang nimang kira kira apa yang akan dibuatnya untuk makan malam
Berpikir sebentar dan pria itu memutuskan untuk membuat bubur –jaga jaga jika orang yang ditolong-nya bangun dalam keadaan lapar. "bubur akan baik untuk-nya saat dia bangun nanti" ucapnya dan segera menuju dapur
–Other side
Hakyeon terlalu sibuk dengan acara memaasak-nya hingga tak menyadari suara suara serta pergerakan dari kamarnya, tempat dimana orang yang tadi ditolong-nya. Orang itu perlahan bangun dan melenguh saat merasakan sakit pada kepalanya.
Mata orang itu terbuka, kristal hitam legam yang benar benar indah menjadi objek pertama yang akan kalian temukan saat menatap wajah orang itu, –dia tampan, dan tak ada seorangpun yang akan membantah itu.
Ditatapnya sekeliling dan merasa sesuatu yang ganjil membuat wajah bingung orang itu tercipta. "dimana ini ?" tanya-nya. Dia tak sedang mengalami geger otak ataupun amnesia, justru sebaliknya pria itu sadar sepenuhnya dan mengeluarkan pertanyaan itu. jelas sekali dia bertanya karna tak tahu dimana ini, ini bukan tempat seharusnya dia berada.
Orang itu perlahan bangung dan berdiri dari tempat tidur, dan masih dengan pandangan bingung-nya pria itu mengedarkan pandangan-nya pada sekitar. Menatap lemari, meja nakas dan lampu tidur dengan pandangan yang benar benar menampakkan raut bingung yang sangat kentara. Dan perlahan namun pasti orang itu melangkah keluar dari kamar
"kau sudah bangun ?' seseorang dari dapur bertanya saat mendapati sosok yang keluar dari kamar –itu Hakyeon dengan senyum manis yang ditujukan pada pria yang ditolong-nya yang baru saja keluar dari kamar
"apa kau lapar ?' tanya Hakyeon dan hanyadibalas dengan tatapan bingung dari pria satunya. Masih tak mengerti dengan semuanya, siapa orang didepannya, dimana dia sekarang, kenapa dia bisa disini sekarang dan masih banyak lagi pertanyaan yang ada dikepalanya.
Orang itu ingin bertanya namun disela degan tarikan ditangannya –Hakyeon menariknya menuju meja makan dimana bubur dengan asap mengepul telah menanti
"makanlah" kata Hakyeon sesaat setelah mendudukkan pria yang lain disalah satu meja makan. Namun, bukan-nya makan pria itu justru menatap Hakyeon dengan pandangan bingung yang makin kentara "apa ini?" pertanyaan –yang menurut Hakyeon bodoh itulah yang didengarnya pertama kali dari mulut pria itu
Hakyeon menyunggingkan senyum aneh "itu bubur, apa kau tak pernah melihantnya ?" tanyanya –ok pertanyaan Hakyeon juga cukup bodoh, bahkan seingat-nya orang yang muncul di siaran Geographic channel pun pernah meliha makanan lunak yang cocok untuk orang sakit itu, jadi mana mungkin orang itu tak pernah melihat bubur
"aku tak pernah melihatnya"
Katakanlah Hakyeon gila, tapi rasanya dia ingin membenturkan kepalanya ketembok saat mendengar jawaban yang baru saja keluar dari mulut orang itu –hey, apa maksudnya dengan jawaban itu? sungguh tak masuk akal jika orang ini tak pernah melihat makanan yang nama-nya bubur
Hakyeon tertawa dan memukul pelan punggung pria itu "kau bercanda kan ?" ucapnya lagi dan dibalas gelengan oleh orang itu membuat Hakyeon mendudukkan diri didepan orang itu setelah sebelumnya menarik kursi "kauingat nama-mu kan ? kau tak sedang amnesia kan ?" tanyanya sambil memegang wajah pria itu
Hakyeon menggeram –hampir berteriak saat tangannya digenggam oleh pria didepannya "berani-nyakau melakukan itu padaku" ucapnya lalu menghempaskan Hakyeon kelantai dengan sangat kasar
"hey –apa yang kau lakukan?" teriak Hakyeon
"aku yang seharusnya bertanya disini... kau siapa sampai berani menyentuh-ku seperti tadi, bahkan Zeus tak cukup berani untuk berbicara lantang padaku, tapi kau" pria itu mendecih "kau yang manusia berani berani-nya menyentuhku seperti tadi"
Hakyeon mematung, menatappria itu dengan pandangan antara marah dan kesal dan bingung. Kata kata orang itu benar benar bisa diterima otaknya –apa maksudnya dengan.. apa tadi –Zeus? Manusia? Jangan membual, orang ini benar benar berbicara seakan dia bukan manusia.
"ORANG GILA ! KELUAR DARI RUMAHKU SEKARANG !
To Be Continued~
See u in another chapter
