MIRACLES IN APRIL
Ch 1: Sehun
Genre : Romance, Angst, Brothership
Rated : T
Main cast : Oh Sehun, Xi Luhan
Other cast : Haowen, Ziyu
Length : Oneshot
Disclaimer :
Pemeran merupakan milik Agensi, Orang tua mereka, dan Tuhan. Aku hanya meminjam nama. FF ini murni buatanku, aku membuatnya di sela-sela kesibukanku menghadapi UN. FF ini aku persembahkan sebagai persembahan ulang tahun uri maknae, Oh Sehun.
12 April 2022…
Seoul, South Korea
Aku berjalan perlahan menyusuri taman yang berada di tengah-tengah kota Seoul. Menikmati udara pagi yang terasa hangat masuk ke dalam rongga dadaku. Aku tersenyum simpul, hari ini adalah hari paling spesial bagiku. Tanpa kuberitahupun kalian pasti sudah tahu. Hari ini aku hanya merayakannya dengan Haowen, anakku yang lahir tujuh tahun yang lalu. Semua yang ada di diriku melekat di dalam dirinya. Aku kembali teringat perkataan seseorang ketika ia berkunjung ke rumahku untuk menghadiri ulang tahun Haowen yang ke tiga,
"Dia benar-benar reinkarnasi dirimu, Sehunnie. Coba lihat, bagaimana bisa anak berusia tiga tahun mempunyai wajah datar sepertimu? Padahal Haowen sangat imut jika wajahnya tidak sedatar itu.. Kau sih, mengapa selalu berwajah datar? Saat masih di grup dulu pun kau juga berwajah datar terus"
"Dari dulu kau memang selalu membully wajahku ini, hyung… apa tak ada topik lain selain wajahku ini? Aku yakin, saat Haowen besar nanti ia akan sama sepertiku, namja yang tampan dan banyak digilai oleh para yeoja…"
"Cih, percaya diri sekali. Sudahlah, sepertinya aku harus pulang ke Beijing sekarang. Istriku itu, sudah hamil tua masih saja suka mengidam dan menjadi manja sekali denganku. Ck"
"Itu sudah resiko menjadi seorang suami, Hyung. Kalau sudah melahirkan jangan lupa memberitahuku…"
Hyungku yang sangat kurindukan, di mana dia sekarang? Saat Haowen berulang tahun yang ketiga itulah terakhir kali aku berkomunikasi dengannya. Apa dia lupa padaku? Teman-teman segrupnya yang ia tinggalkan dulu karena ia ingin tinggal bersama keluarganya, apa ia masih ingat dan merindukan kami? Apa ia ingat bahwa dongsaeng tersayangnya ini sedang berulang tahun? Luhan hyung, nan bogoshipeo. Jeongmal bogoshipeoyo, hyung…
Lamunanku buyar ketika sepasang tangan kecil menarik-narik ujung kemejaku. Kusejajarkan tinggiku dengannya, kemudian berucap, "Ada apa Haowen? Ayo ke sana. Di sana banyak teman-teman Haowen sedang bermain"
"Haowen ingin bubble tea, appa. Haowen haus" Rengeknya. Aku tersenyum. Satu lagi sesuatu hal yang aku turunkan pada jagoanku ini.
"Baiklah, kita beli Bubble tea sekarang. Kajja" Kataku sambil menggamit lengan kecilnya menuju stand bubble tea.
"Ahjussi, bubble tea rasa coklat dua, juseyo" Kataku sambil tersenyum kepada sang penjual.
"Tunggu sebentar" Kata sang penjual sembari tersenyum.
Aku memerhatikan ke sekitarku sekedar menunggu bubble tea ku dan Haowen selesai dibuat. Pada pagi hari ini lumayan banyak orang-orang yang berolahraga ataupun hanya bersantai dengan sahabat dan beberapa dari mereka bersama keluarga kecilnya. Aku tersenyum ketika melihat seorang namja yang mengajari anak putrinya bersepeda.
"bubble tea rasa coklatnya sudah selesai" Kata ahjussi tersebut.
"Kamsahamnida, ahjussi" Kataku tersenyum sambil menyerahkan beberapa lembar won.
"Appa. Ayo kita duduk di sana" Kata Haowen meminum bubble teanya sambil berlari menuju bangku taman yang baru saja ditinggal oleh beberapa remaja sekolah menengah. Aku hanya bisa tersenyum kecil melihat tingkah laku anak semata wayangku itu.
"Haowen, kau tahu hari ini hari apa?" Tanyaku setelah aku dan Haowen duduk di bangku tersebut. Haowen menyeruput bubble teanya sedikit kemudian berpikir,
"Hmm, ini hari minggu appa. Waeyo?" Tanya Haowen penasaran.
"Tanggal berapa?" Tanyaku lagi sambil mencoba mengingatkannya.
"12 april…"
"Ada hal apa yang Haowen ingat tentang 12 april?"
"Hmm…" Haowen nampak berpikir. Tangannya ia ketukkan ke dagunya. Beberapa detik berlalu, wajahnya mendadak sumringah.
"Appa ulang tahun! Omo, saengil chukkae uri appa. Haowen sayang appa. Saranghae" Kata Haowen sambil memelukku dengan sayang. Aku sangat menyukai momen ini. Momen di mana Haowen tersenyum bahagia. Ia jarang sekali menunjukkan ekspresinya seperti ini sejak lahir karena genku. Dan bertambah jarang semenjak 'kejadian' itu terjadi.
"Aigoo. Akhirnya anak appa ingat juga. Appa kira Haowen tidak ingat" Sungutku berpura-pura sedih.
"Aniya, Haowen ingat appa ulang tahun hari ini. Appa ingin hadiah apa dari Haowen?" Tanya Haowen kepadaku dengan wajah seriusnya. Aku berpikir sejenak, kemudian aku mengatakan kalimat ini dengan sebuah harapan yang sangat besar, berharap Tuhan benar-benar mengabulkan doaku kali ini saja,
"Jadilah anak yang baik, hm? Apapun yang terjadi, anak appa harus menjadi orang hebat nantinya. Buatlah Appa bangga. Arrasseo?" Kataku sambil mengusak surai hitam Haowen dengan gemas. Haowen mengangguk bersemangat, membuatku kembali tersenyum. Hatiku kembali menghangat.
'Seandainya eomma Haowen ada di sini, lengkaplah sudah kebahagiaanku sebagai kepala keluarga.'
Tapi, sebuah pengkhianatan yang ku lihat beberapa tahun yang lalu membuatku sakit. Ah, sudahlah, lupakan! Aku tak ingin mengingat masa pahitku dulu. Yang terpenting, aku harus merawat, menjaga dan mendidik Haowen dengan kemampuanku sendiri.
Aku pun segera menghabiskan bubble teaku lalu membuang cupnya ke tempat sampah dekat bangku tempat aku dan Haowen sedang duduk. Kuarahkan pandanganku ke stand bubble tea yang beberapa saat yang lalu kudatangi bersama Haowen, di sana terlihat seorang namja mungil, sedang memesan bubble tea bersama seorang bocah kecil-sepertinya berusia tiga atau empat tahun. Dari tempatku berdiri, meski lumayan jauh, aku seperti mengenal sosok namja itu. Ya. Sepertinya aku mengenalnya. Bukankah ia sedang berada di Beijing? Kenapa mendadak berada di Korea? Aku bisa saja menghampirinya, menyapanya, dan bertanya apakah orang itu benar-benar dia. Tapi… aku ragu. Bisa saja bukan, itu orang lain yang kebetulan mirip dengannya? Sudahlah, lebih baik aku bermain dengan Haowen dan menghabiskan hari bahagiaku ini bersamanya.
"Appa. Aku ingin bermain dengan mereka. Bolehkah?" Tanya Haowen sambil menunjuk beberapa anak yang sedang bermain di area permainan. Aku hanya mengangguk, dan Haowen pun berlari senang menghampiri anak-anak itu. Kulihat anak-anak itu senang bahwa teman bermain mereka bertambah lagi. Syukurlah.
Akupun kembali memerhatikan stand bubble tea, dan ternyata namja yang membawa bocah kecil yang imut tadi sudah tidak ada di sana lagi. Aku pun menghembuskan napas pasrah. Apa benar namja yang kulihat tadi benar-benar dia? Tapi, kenapa aku masih ragu? Apa karena selama ini ia di Beijing dan tidak mungkin lagi menginjakkan kakinya di Korea? Ia juga tidak ada kabar, tidak pernah menghubungiku sama sekali.
"Chogiyo, apa di sini kosong? Aku hendak mengawasi anakku bermain. Bangku lain sudah penuh"
Seseorang menghampiriku yang sedang melamun dengan wajah tertunduk. Kuingat lagi suara yang baru saja bertanya kepadaku. Suara yang familiar. Suara yang kira-kira empat tahun lalu terakhir kudengar. Kutatap wajah orang yang berbicara tadi, dan betapa terkejutnya aku ketika aku benar-benar menyadari satu hal. Dia benar-benar dia. Orang yang kurindukan dan kucari keberadaannya. Dia benar-benar sedang berada di korea. Tepat berada di hadapanku. Luhan hyung. Seandainya saja bisa, aku akan memeluk hyung kesayanganku ini sekarang juga, tak peduli jika orang-orang akan menatap bingung ke arah kami. Aku tak peduli. Empat tahun tidak bertemu atau berkomunikasi. Itu membuat rasa rinduku sangat besar kepadanya.
"Luhan hyung?" Hanya kata itu yang dapat kuucapkan. Aku terlalu terkejut. Luhan hyung juga sepertinya terkejut, terlihat dari dirinya yang tiba-tiba saja terdiam.
"Duduklah, hyung" Kataku sambil menepuk sisi bangku yang kosong di sebelahku. Ia mengangguk, kemudian menjatuhkan pantatnya tepat di sebelahku. Kuperhatikan dirinya dari samping. Wajahnya semakin kecil, hidung yang mancung namun kecil, bibirnya yang merah, rambutnya yang ia warnai dengan coklat gelap, dan jangan lupa mata rusanya. Mata yang sangat kusukai sejak aku dan dia pertama kali bertemu pada saat menjadi trainee.
"Apa kabar, hyung?" Kataku mencoba membuka percakapan.
"Aku baik-baik saja, Sehun. Kau sendiri?" Kata Luhan sambil menatapku dengan tatapan… kerinduan?
"Aku juga baik, hyung. Aku sedang menemani Haowen bermain" Kataku sambil mengarahkan pandanganku kepada anak-anak yang sedang bermain bersama. Kulihat Haowen sedang mengayunkan seorang anak perempuan yang duduk di bangku ayunan.
"Kau bersama Haowen? Dia apa kabar? Sudah berapa lama aku tidak bertemu dengannya. Tiga tahun?"
"Empat, hyung" ralatku.
"Ah, ya benar"
"Dia baik-baik saja, hyung. Dia… sangat pandai di sekolah. Kau ke mana saja hyung, selama ini? Kau tidak merindukan Korea? Merindukan teman segrup kita dulu? Merindukanku?" Tanyaku penuh harap.
"Aku… mianhae"
"Kenapa, hyung?"
"Istriku, dia meninggal beberapa saat setelah melahirkan Ziyu. Aku terpuruk. Aku tidak tahu apa yang harus kulakukan. Istriku seorang yatim piatu, dia tidak punya sanak saudara. Hanya orang tuaku yang menyemangatiku ketika aku terpuruk waktu itu. Dengan bantuan orang tuaku, aku merawat Ziyu sampai pada akhirnya, aku memutuskan akan tinggal di Korea sementara. Aku baru sampai ke Korea kemarin"
Perkataannya. Sungguh membuatku menjadi terluka... Dia merawat Ziyu seorang diri selama ini. Walaupun aku cukup kasihan dengan istrinya yang tidak sempat melihat bayi yang dikandungnya. Tapi, tetap saja… aku pun mengusap bahunya pelan.
"Jadi itu alasanmu tidak member kabar apapun kepadaku? Kau sibuk mengurus Ziyu? Maafkan aku hyung, telah berburuk sangka kepadamu. Jeongmal mianhae…"
"Gwaenchana. Padahal, aku hendak menemuimu di rumahmu sore ini. Tapi tak kusangka kita akan bertemu di sini, Sehun. Kau tidak marah, kan kalau aku tidak memberitahumu tentang keadaanku selama ini?"
"Buat apa aku marah? Justru aku bangga padamu hyung, kau merawat Ziyu sejak ia lahir sampai sekarang meskipun dibantu oleh orang tuamu. Kau orang tua yang hebat"
"Jangan memujiku seperti itu, Oh Sehun! Kau membuatku malu"
Hening…
Aku menarik napasku, mengumpulkan keberanian untuk mengungkapkan apa yang saat ini kurasakan. Aku benar-benar akan mengatakannya…
"Hyung.. Nan bogoshipeo. Jeongmal bogoshipeo" Kataku akhirnya setelah beberapa saat dilanda keheningan. Sesuatu yang terpendam di hatiku selama empat tahun ini akhirnya dapat terucap meskipun terdengar lirih dari mulutku. Luhan hyung tercengang, kemudian tersenyum.
"Nado, Sehun. Jeongmal bogoshipeo"
"Hyung, apa kau sudah memberitahu yang lain tentang keputusanmu tinggal di Korea sementara? Mereka pasti senang mendengarnya. Setidaknya kita bisa berkumpul bersama lagi"
"Belum. Nanti akan kuberitahu mereka. Oh, tunggu sebentar"
Aku mengernyit bingung ketika ia mulai merogoh tas ranselnya. Ia mengeluarkan sebuah kotak berwarna merah, dengan bingung aku menerima kotak tersebut.
"Ini apa, Hyung?"
"Ini kado ulang tahunmu. Saengil chukkae, Sehunnie"
Aku terdiam. Ternyata Luhan hyung masih ingat hari ulang tahunku. Dan… apa tadi? Sehunnie? Rupanya dia masih ingat panggilan kesayangannya padaku ketika kami masih bersama di EXO dulu.
"Gomawo, hyung. Ternyata kau masih mengingatnya. Boleh kubuka?" Kataku sambil menunjuk kotak yang berada di genggamanku. Ia mengangguk, kemudian dengan tak sabaran aku membuka kotak tersebut. setelah kubuka, aku tercengang. Kulirik Luhan hyung yang sedang menahan tawanya.
"Hyung… ini…" Aku menarik keluar sepatu olahraga berwarna merah dengan aksen hitam di beberapa bagian. Dulu, aku pernah bercerita dengan Luhan hyung tentang sepatu ini, sepatu yang ku sukai, yang tidak bisa kudapatkan karena setiap kali aku ke toko olahraga, sepatu ini selalu habis dibeli orang lain karena sepatu ini sangat trendy. Ingatanku kembali terbang menuju beberapa tahun yang lalu. Ketika kami masih berada di dalam satu grup, dan aku mencoba menghubungkannya dengan versiku sendiri. Aku baru ingat, dulu Luhan hyung pernah demam tinggi akibat terkena guyuran hujan. Ketika kutanya alasannya mengapa, ia hanya bilang ia sudah lama tidak bermain hujan. Jadi setelah ia pulang dari restoran, ia sekalian kehujanan karena jarak dari restoran ke dorm lumayan dekat. Mungkin saat itu ia sedang berkeliling toko olahraga untuk mencarikanku sepatu tersebut. Aku… merasa bodoh. Tidak peka. Seharusnya aku curiga dengan alasan itu. Luhan hyung mudah sakit. Tidak mungkin sehabis dari restoran ia langsung pulang ke dorm dengan basah kuyup. Seharusnya ia berteduh dulu di restoran. Ia ingin cepat-cepat menemukan sepatu tersebut sebelum orang lain yang membelinya lagi.
"Hyung. Kau rela kehujanan demi mencarikanku sepatu ini? Kau…"
"Sebenarnya aku ingin memberikan sepatu itu setelah aku sembuh dari demam… tapi kurasa, itu bukan waktu yang pas. Jadi baru sekarang aku bisa memberikannya. Sepatu itu, kau pakai ya" Katanya tersenyum.
"Pasti, hyung" Kataku sembari menahan isakan kecil yang mungkin akan keluar. Akan aku jaga baik-baik sepatu ini. dia sudah rela kehujanan hanya untuk mencarikan dongsaengnya sepatu yang sangat diincarnya.
"Mianhae, hyung. Aku tidak peka. Saat kau bilang alasannya sudah lama tidak bermain hujan, aku tidak curiga. Seharusnya aku tahu kau mudah sakit" isakan kecil berhasil lolos dari mulutku. Air mata juga mulai mengalir. Kurasakan tangan Luhan hyung menghapus air mataku.
"Ssshh, uljima. Gwaenchana, Sehunnie. Waktu itu hanya demam biasa. Yang penting sekarang aku baik-baik saja, kan?"
"Ne, hyung. Aishh, kenapa aku jadi cengeng begini, sih?"
"Tak apa. Kau akhirnya menjadi lebih lega kan sekarang? Ah, sepertinya mereka sudah lelah bermain" Kata Luhan sambil menatap Haowen dan Ziyu menghampiri mereka.
"Baba… aku lapar" Keluh Ziyu sambil memeluk babanya.
"Appa, aku lelah" Sungut Haowen dengan wajah tertekuk.
"Haowen-ah, annyeong. Apa kau masih ingat dengan ahjussi, hmm?" Tanya Luhan sambil mencubit pipi Haowen. Haowen nampak berpikir, mengingat siapa ahjussi ini.
"Ini Luhan ahjussi, Haowen. Kau masih ingat, kan? Ahjussi ini yang memberikanmu robot-robotan ketika kau ulang tahun yang ketiga" Aku menambahkan.
"Ah, ne. Annyeong, Luhan ahjussi. Bangapseumnida" Kata Haowen sambil beraegyo.
"Ah, sepertinya Haowen tidak pernah berwajah datar lagi, ya" Luhan hyung tertawa lepas. Luhan hyung, apa kau tidak tahu? Dia akan memasang wajah datar kalau disinggung mengenai eommanya.
"Omong-omong, kenalkan. Ini Ziyu, anak Luhan ahjussi. Nah Ziyu, ini Haowen. Karena Haowen lebih tua darimu, jadi panggil Haowen dengan sebutan hyung, ya?"
"Ne, baba. Kami sudah berkenalan tadi saat bermain" Kata Ziyu riang. Ziyu benar-benar mirip Luhan hyung.
"Istrimu di mana, Sehun? Kenapa dia tidak kelihatan sejak tadi?"
JDERR
Kulirik Haowen, ia bersikap seperti itu lagi. ia benar-benar membenci eommanya sekarang.
"Apa aku salah bicara?" Cicit Luhan hyung.
"Aku dan Sulli-Istri Sehun sudah bercerai, hyung" Kataku sambil tersenyum.
"Mianhae, aku tidak tahu…"
"Sudahlah, hyung. Tadi Ziyu bilang lapar, bukan? Jja, kita makan bersama. Ayo hyung. Kau masih ingat restoran yang biasa kita kunjungi dulu, kan? Kita makan di sana. Sepertinya ahjumma yang mempunyai restoran tersebut akan senang melihat kita berkunjung ke sana lagi. Apalagi kalau kita membawa Haowen dan Ziyu"
"Kajja"
Luhan hyung… meskipun sebenarnya kita berjauhan, aku berharap kita akan terus bersama. Terima kasih karena masih mengingat hari ulang tahunku. Terima kasih karena masih mengingat apa yang aku suka. Terima kasih atas perhatian yang kau berikan kepadaku, dongsaeng yang sangat kau sayang. Meskipun kita terpisah jarak, itu bukan penghalang kita untuk tetap bersama, bukan? Di bulan april ini, di musim semi ini kita terlahir meskipun berbeda tanggal, tahun, dan tempat. Tetapi perbedaan itu tidak membuat kita menjadi 'beda'. Kita adalah satu. Aku sangat menyayangimu, hyung. Jeongmal saranghae…
FF apa ini? -_- Mianhae kalo judul sama alur cerita nggak nyambung. Soalnya kemaren pas bikin nih FF, langsung bikin alurnya sampai end sekitar 2,5 jam. Pas aku baca ulang, aku malah bingung mau kasih judul apa (-_/)
Semoga kalian para EXO-L, terutama Sehun stan pada suka yaaaa. Padahal udah mau UN tanggal 13 april malah kepikiran buat FF -_- /akibat malas belajar/. Doakan saja aku lulus ya
Untuk next chapter, special buat aktor kesayangannya si Sehun, Luhan gege yeaayyyy /Kibarin bendera HunHan/. Bagi yang biasnya Hunhan Shipper, next chapternya aku terbitkan pas ultahnya Luhan ge ya. Stay tune aja lah pokoknya.
RnR nya juseyooo :3
