Kagome, Kagome, the caged bird,
just when can you come out? Right before dawn,
a crane and a turtle slipped and fell. Who stands behind you now?
Angin menyilir dan mengetuk jendela kamar yang usang. Anak laki-laki itu berdiri dari tempat tidur besar dan menyibakkan gorden usang yang menyelimuti tempat tidur itu dari tiang karatan dengan cat emas yang sudah mengelupas. Ia hanya mengenakan kemeja putih besar yang menutupi tubuhnya sampai selutut. Anak laki-laki itu turun dan berjalan ke arah jendela sambil menyeret boneka beruang yang sudah terobek-robek.
Ia menatap keluar jendela dan memandang langit biru tanpa awan. Cahaya matahari menyinari kamar gelap dan berdebu itu. Ia melepaskan boneka beruangnya dan berjinjit, berusaha melihat lebih jelas sesuatu yang menarik perhatiannya di balik gerbang rumahnya.
"Hei..."
"Shizuo, kau sudah siap belum?"
"Aku siap!" anak laki-laki berambut coklat itu segera memakan lahap rotinya dan menyanggul tas sekolahnya. Shizuo segera berlari ke depan pintu rumah, tempat ibu dan adiknya berdiri. Setelah mengucapkan salam kepada ibunya ditambah pesan untuk hati-hati di sekolah, Heiwajima Shizuo segera pergi bersama adiknya, Kasuka, ke sekolah. Keluarga Heiwajima baru pindah ke kota terpencil di pinggir kota itu. Mereka menempati rumah yang sederhana dan terbuat dari kayu. Ibunya mencari nafkah dengan menjadi salah satu pelayan toko tetangga mereka.
Shizuo menatap jalan setapak di depannya. Sebentar lagi, pikirnya. Mereka berjalan beberapa langkah lagi dan akhirnya melewati rumah besar yang kosong. Seperti biasa, Shizuo berhenti sebentar dan menatap halaman tandus dan jendela yang pecah. Kata beberapa anak perempuan di kelasnya rumah ini berhantu. Tapi karena Shizuo tidak tertarik jadi ia tidak terlalu tahu tentang mengapa rumah ini berhantu. Shizuo mengakui, rumah ini entah mengapa membuatnya tertarik. Ada sesuatu yang menariknya untuk terus menatap rumah itu. Sesuatu yang tidak bisa ia jelaskan.
"Nii-san," Shizuo berbalik dan menatap wajah tanpa ekspresi Kasuka. "Ah, maaf Kasuka. Ayo kita pergi." ujar Shizuo meminta maaf karena sempat bengong sebentar. Kasuka hanya mengangguk dan mengikuti kakaknya itu ke arah sekolah.
Shizuo menghela nafas panjang. Ia sekarang sedang istirahat siang dan rasanya nafsu makannya sedang tidak ada.
"Oi, Shizuo!" panggil anak laki-laki berkacamata dan berambut coklat. Ia berjalan ke arah Shizuo dan dengan santainya duduk di depan Shizuo. "Kau tidak makan?" tanya anak laki-laki itu, Shinra sambil membuka kotak bekalnya.
Shizuo menghela napas dan mengeluarkan kotak bekalnya. Ia mengambil sandwich dan menggigitnya sedikit lalu mengunyahnya pelan.
"-karena itu Celty memang pantas untuk dijadikan istri oleh alasan itu. Shizuo, hei Shizuo! Kau dengar tidak?"
"Hmm."
"Hah, kau jangan terlalu bengong. Nanti bisa disambar setan lho!"
"Bukannya kau percaya hal-hal yang berbau sians?"
"Sains, Shizuo. Sains. Aku hanya berbicara tentang hal-hal yang berbau mistis yang akhir-akhir ini cukup digemari. Terlebih tentang kau Shizuo!"
"Hah?" Shizuo menggigit sandwichnya lagi dan menatap Shinra. "Kau 'kan baru pindah dekat rumah berhantu itu! Walaupun sebenarnya aku tidak percaya, tapi entah kenapa hal itu yang sedang dibicarakan." ujar Shinra sambil mengangkat sumpitnya ke udara.
"Memangnya cerita tentang apa?"
"Katanya 'sih dulu ada sebuah keluarga dengan satu anak laki-laki. Tipikal keluarga bahagia gitu. Trus katanya tiba-tiba si ibu meninggal dengan aneh. Mayatnya dimutilasi dan katanya si ayah yang membunuh karena si ibu selingkuh. Terus si ayah jadi nyiksa anaknya. Katanya dijadiin tempat untuk 'itu' lho. Lalu-"
"Tunggu," Shizuo memotong cerita Shinra. "'Itu' itu apa?" tanya Shizuo tidak mengerti sambil menyeka mulutnya dari remah swandwich. Shinra hanya menghela nafas dan berkata, "Lupakan saja. Lalu akhirnya si ayah nyiksa anaknya sampai mati dan akhirnya bunuh diri. Sejak saat itu katanya arwah si anak sering muncul di malam hari. Selesai!".
Shizuo hanya menanggapi dengan meminum susunya. Tepat saat itu bel berbunyi. Shinra merapikan bekalnya dan melambaikan tangan ke arah Shizuo.
Laba-laba membuat sarangnya di sudut atas langit-langit kamar itu. Cat warna merah mengelupas di dinding tempatnya bersarang, menampilkan dinding kayu usang. Anak laki-laki itu bermain dengan boneka beruangnya yang terobek-robek. Ia membuatnya menari, berjalan, sesekali melemparnya ke udara, dan terakhir membantingnya ke lantai. Ia tersenyum senang dan melompat-lompat di ranjangnya.
Tiba-tiba ia berhenti dan berlari turun ke arah jendela. Ia kembali berjinjit dan saat melihat sesuatu di balik gerbang rumahnya, ia tersenyum puas.
"Hei..."
Kagome, Kagome, the caged bird,
just when can you come out? Right before dawn,
a crane and a turtle slipped and fell. Who stands behind you now?
Freir kembali~~~
Setelah sekian lama ingin menuliskan fanfic ini akhirnya kesampaian juga. Memang agak short tapi bagian panjangnya bakal sudah pas main story-nya. So, people~ I ordered you to review~!
