"Portrayal"

Oleh Petrichorian

(Sekuel dari Tokyo, cerita kedua dari seri 'Nafas')

Gintama © Sorachi Hideaki

Kalimat 'thank you for breathing' diambil dari buku 'Pieces of You' oleh Daniel Armand Lee/Tablo


Thank you for breathing.

Sederhana, kalimat itu. Tak ada penekanan apapun. Ditulis di secarik kertas yang sama sekali tak mencolok, kemudian direkatkan oleh si pembuat pada kotak besar berisi lukisan dengan bingkai yang dipahat.

Kado pernikahan, katanya. Disusun dengan puluhan kotak lainnya, pemberian orang-orang yang hanya ingin dipandang peduli.

Lalu Hijikata bertanya-tanya, mengapa hatinya terasa kaku?

Matanya melihat sebaris tulisan lain dibawah kalimat itu.

Congratulation for your wedding.


Hijikata pernah bertanya pada Gintoki.

Bagaimana kalau ia tak bisa mencintai orang itu?

"Cinta tak bisa diukur oleh sesuatu."

Orang di depannya tertawa. Lalu mengacak rambutnya pelan.

"Kau harus belajar mencintainya." Katanya lagi.

"Bagaimana bi-"

"Kau bisa mencintaiku, kau juga pasti bisa mencintainya."

Kemudian Hijikata bertanya-tanya apakah Gintoki benar-benar tulus menginginkan dirinya.

Ia masih mengingat jemari yang mengelus pipinya itu. Tak halus seperti wanita yang akan ia nikahi, tapi terlalu hangat untuk dilupakan.

"Jangan mencintainya sebagai seorang wanita. Cintailah ia sebagai calon ibu dari anak-anakmu."

Hijikata tak mendengar bisikan Gintoki setelahnya.

"Karena aku tak bisa memberimu hal-hal seperti itu."

Tapi dunia terus berputar. Tak membiarkan mereka untuk menyembuhkan satu sama lain untuk sejenak.

Hijikata merebahkan tubuhnya, memandangi langit kamar yang sangat asing di matanya.

Tak ada kepulan asap rokok atau ejekan-ejekan hangat lagi.

Tak ada tubuh dengan dada bidang dan rambut perak yang sudah ia kenal.

Yang ada adalah tubuh istrinya, calon dari ibu anak-anaknya. Terlelap di sebelahnya pada pukul tiga pagi.

Tenggorokan Hijikata tercekat begitu mengingat betapa lembutnya tubuh orang di sampingnya.

Terlalu lembut baginya, sampai rasanya begitu menyakitkan untuk menyentuhnya.

Di kegelapan malam ia bergumam, disertai dengan helaan nafas panjang.

"Gintoki, terima kasih sudah menjadi cinta pertamaku."

Selesai.


Catatan author: Nafas adalah kumpulan drabble yang saya buat sedikit demi sedikit di waktu luang (kebanyakan saat hidup sedang tak bersahabat, jadi maafkan suasananya yang terlalu hollow). Saat ini, sudah ada tiga cerita selain Tokyo yang siap untuk dirilis, termasuk Portrayal.

Selamat membaca :) Kritik dan saran sangat diterima.