A Naruto Fanfiction..

LUNATIC LOVE

RATE: T

GENRE: Romance, drama, SHONEN-AI/YAOI, friendship

DISCLAIMER: Naruto belongs to Kishimoto Masashi-sensei

WARNING: AU, maybe typos, shonen-ai/yaoi, masih ada kesempatan untuk "back"

PAIRING: SasuNaru (S.N)

Summary: Mengagumi orang yang dicintainya dari jauh, itulah yang Naruto lakukan. Mereka berada di dunia yang sama tapi terasa hidup di dimensi yang berbeda. Mencintai tidak harus memiliki, tapi sekali saja Naruto ingin memiliki orang yang dicintainya.


- Chapter 1: My Sweetest Nightmare -


Kelopak-kelopak berwarna merah jambu itu berguguran tertiup angin. Terbang dan berputar menari di udara sebelum akhirnya jatuh ke rerumputan hijau. Musim semi telah datang, bunga-bunga sakura bermekaran dengan indahnya. Di bawah sebuah pohon sakura besar terlihat dua bayangan berdiri saling berhadap-hadapan. Dua pemuda itu berdiri dalam diam.

Seorang pemuda berambut pirang cerah terdiam menundukan wajahnya, sementara pemuda yang satunya berambut hitam kebiruan dengan model raven aka pantat ayam. Pemuda raven itu bersandar pada batang pohon di belakangnya sambil melipat kedua tangannya di depan dada.

"Uhm..sebenarnya..ada hal penting yang ingin kubicarakan denganmu, Sasuke-senpai," kata pemuda berambut pirang itu pelan.

Pemuda manis berkulit tan itu bernama Namikaze Naruto.

"Cepat katakan. Aku tidak punya banyak waktu," kata Sasuke dingin.

"Sasuke-senpai, aku..su, sudah lama aku menyukaimu."

Sasuke itu menatap pemuda pirang di depannya itu. Tanpa sadar dia memajukan tubuhnya melangkah mendekati pemuda itu.

"Benarkah yang kudengar ini?" tanya Sasuke seraya membelai pipi Naruto.

Naruto mengangguk membenarkan.

"Karena aku juga sudah lama menyukaimu, Naru-chan."

Sasuke memegang dagu pemuda pirang itu dan menghadapkannya ke atas hingga dua pasang mata berbeda warna itu saling menatap. Hitam onyx Sasuke bertemu dengan biru saphire Naruto. Wajah Naruto terpatul melalui iris Sasuke dan wajah Sasuke terpantul melalui iris Naruto. Mereka terdiam cukup lama. Menikmati keindahan mata di hadapan mereka. Sasuke mendekatkan wajahnya pada Naruto. Mulai mengeliminasi jarak di antara mereka. Naruto reflek memejamkan kedua matanya.

Bibir Sasuke bersentuhan dengan bibir ranum Naruto, saling bertautan dalam kehangatan dan kelembutan. Sasuke melingkarkan tangannya pada pinggang Naruto, sedangkan Naruto melingkarkan kedua tangannya pada leher jenjang Sasuke. Mempererat ciumannya dengan Sasuke menjadi semakin dalam.

"BRUK!"

Tiba-tiba terdengar suara seperti karung beras jatuh dari langit. Reflek Naruto dan Sasuke menghentikan ciuman mereka. Melihat sekelilingnya. Tiba-tiba taman itu berubah menjadi sebuah kamar dengan cat dinding biru langit. Sosok Sasuke di hadapan Naruto pun perlahan mengabur dan menghilang. Naruto merasakan sakit pada bagian bawah tubuhnya.

"NARUTO! MAU TIDUR SAMPAI KAPAN HAH?"

Terdengar suara teriak seorang wanita yang suaranya mampu memekakkan telinga.

Di dalam sebuah kamar dengan cat dinding biru langit terlihat seorang wanita muda berambut merah panjang berdiri di samping sebuah tempat tidur kuning. Apron merah masih melekat di tubuh wanita itu. Perlahan Naruto membuka kedua pelupuk matanya. Memperlihatkan dua bola mata biru saphire secerah langit musim semi itu. Mengerjapkan matanya beberapa kali. Dia melihat seorang wanita berambut merah panjang berdiri tak jauh dari tempat tidurnya. Berdiri menatapnya sambil beracak pinggang.

Ternyata cuma mimpi.. Tapi..bisa bertemu dengan Sasuke-senpai.
Ini keberuntungan!

"Karena kau sudah bangun, cepat mandi sana. Atau kau akan terlambat, Naru-chan," ujar wanita itu seraya meninggalkan kamar anaknya.

"Hai'," sahut Naruto. "Adudududuh…pantatku sakit..," rintihnya seraya masih memegangi pantatnya.

Naruto meringis kesakitan akibat terjatuh dari tempat tidur queen size-nya dengan bagian pantat terlebih dulu. Diapun mulai berdiri dari lantai dan menatap jam wekernya yang telah menunjukan pukul 07.00 pagi.

Oh..sudah jam tujuh pagi..kata Naruto dalam hati dengan tenangnya.

1 detik..

2 detik..

3 detik..

"KYAAA..! Aku terlambat!" teriak Naruto.

Naruto bergegas ke kamar mandi dan berganti seragam gakuran hitam sekolahnya. Hari ini hari pertama masuk sekolah setelah libur musim dingin. Dan tentu saja Naruto tidak ingin datang terlambat.

"Kaasan..aku berangkat..!" teriak Naruto seraya berlari meninggalkan rumahnya.

"Hati-hati di jalan..," pesan Kushina, Kaasan Naruto, dengan ramah.

Naruto berlari dengan kecepatan tinggi menuju sekolahnya yang kebetulan tak jauh dari rumahnya. Diapun segera berlari menuju sebuah gang yang tak jauh dari jalanan utama. Diapun berlari dan terus berlari melewati gang sempit. Melewati gang-gang kecil yang merupakan jalan pintas menuju sekolahnya. Selain sepi, gang-gang itu juga saling berhubungan. Seperti sebuah maze di kota besar itu.

Setelah berlari kurang lebih sepuluh menit, Naruto sampai di depan gerbang sekolah bertuliskan Konoha Gakuen. Dari kejauhan terlihat Kotetsu, selaku penjaga pintu gerbang Konoha Gakuen bersiap menutup pintu gerbang. Naruto mempercepat laju larinya. Dia melompat tinggi.

SYUUUT..

Naruto melompati pagar yang hampir menutup itu. Diapun mendarat dengan berjongkok dan bertumpu dengan kaki kirinya.

"Berhasil..!" seru Naruto penuh semangat.

Kotetsu hanya melihat pemuda itu dan menggeleng-gelengkan kepalanya. Bukan hal yang aneh lagi bagi Kotetsu melihat ritual Naruto melompati pagar gerbang sekolah karena hampir setiap paginya selalu seperti itu. Apalagi kalau dia datang terlambat.

Dengan penuh semangat Naruto berjalan menuju gedung sekolah. Sesampainya di lobby ada banyak murid perempuan berkerumun di setiap sudut lobby. Naruto melewati lobby dan menghiraukan murid-murid perempuan itu. Dia berjalan melewati koridor.

"Kyaa..Sasuke..!"

Terdengar teriakan seorang gadis. Naruto sontak menghentikan langkahnya. Entah kenapa dia terdiam di koridor itu. Diapun buru-buru menuju kelasnya yang berjarak kurang lebih sepuluh meter dari tempatnya berdiri. Dengan cepat dia berlari memasuki kelasnya. Naruto duduk di bangkunya yang berada di bangku deretan kedua dari depan dekat jendela yang bersebelahan dengan koridor.

"Sasuke-senpai..I LOVE YOU..!"

"Jadikan aku pacarmu.."

Terdengarlah teriakan gadis-gadis seraya mengerumuni jalan sepanjang koridor.

Mereka ini, semuanya berisik. Aku tidak suka.

Seorang pemuda berambut hitam kebiruan dengan model rambut pantat ayamnya melangkahkan kaki memasuki lobby sekolah. Pemuda bernama lengkap Uchiha Sasuke itu berjalan angkuh dengan wajah datar dan kedua tangan berada di kedua saku celana hitamnya. Ditatapnya bosan para fans girls-nya yang makin hari tambah banyak itu. Seperti kata pepatah, mati satu tumbuh seribu.

Kapan mereka berhenti berteriak seperti itu? Apa mereka tidak tahu kalau suara mereka mengganggu pendengaran? Pikir Sasuke dalam hati.

Sasuke melewati koridor sekolah dan berjalan menuju kelasnya dengan santai, kelas 3-A. Para fans girls Sasuke masih saja mengikutinya. Dan mulai meghilang satu per satu begitu sang pemuda idaman memasuki kelasnya. Sementara itu dari kelas 2-C, Naruto melihat Sasuke melalui kaca jendela di samping bangkunya. Menatap Sasuke dari kejauhan. Naruto tersenyum tipis.

Kelas 2-C dan kelas 3-A berseberangan. Mudah untuk Naruto mengamati Sasuke tanpa sang pemuda itu menyadari keberadaannya.

"Hayo..kau mengamati sang pangeran es ya..?" tanya seorang gadis yang tiba-tiba muncul di depan Naruto.

Gadis memiliki dua mata berwarna hijau emerald. Rambutnya pink sebahu. Parasnya cantik. Dan berkulit putih. Namanya Haruno Sakura, sahabat dari Naruto.

"Ah, tidak..," elak Naruto mengalihkan pandangannya. Muncul semburat pink di wajah tan-nya.

"Kalau tidak, kenapa wajahmu memerah?"

"I, ini karena cuacanya panas. Iya, panas."

"Haah..mana ada cuaca di musim semi itu panas? Yang ada juga sejuk kan, Naruto? Kau tidak pandai berbohong."

Naruto mengeluarkan cengiran membuka sebuah novel dan mulai membacanya. Gadis berambut pink sebahu itu duduk di bangku sebelah Naruto. Dia mengambil tas ransel merahnya lalu dia membuka buku-bukunya.

Kapan dia akan jujur pada perasaannya? Kalau seperti ini terus, tidak akan ada perkembangan..batin Sakura.

"Hei," panggil Sakura.

"Ada apa?" tanya Naruto tanpa mengalihkan perhatiannya dari buku di depannya.

"Kau menyukai Sasuke kan? Kenapa kau tidak mengatakan perasaanmu padanya?"

"Ssst..jangan keras-keras.. Kalau sampai ada yang dengar, aku bisa malu.."

Naruto manatap Sakura intens. Sakura menghela nafas. Dia menatap balik Naruto.

"Kenapa? Apa masalahnya menyukai Sasuke? Dia tampan, jadi tidak masalah kan?"

"Tapi kan aku.."

"Banyak orang yang menyukainya, jadi menyukainya bukanlah hal yang tabu."

"Tapi, aku laki-laki."

Naruto menundukkan kepalanya, tatapan dan air mukanya terlihat sendu.

"Aku tidak bisa bersama dengannya karena kami sama-sama laki-laki. Apalagi aku merasa cinta ini hanya cinta yang bertepuk sebelah tangan. Dia tidak mencintaiku, bahkan mengenalkupun tidak," tutur Naruto dengan senyum miris menghiasi wajahnya.

Tatapan Sakura pada Naruto melembut. Dia merasa bersalah telah berkata seperti itu padanya.

Naruto.. Kau teman, ah bukan, kau sahabat terbaikku. Aku pasti akan membantumu..

.

.

.

"NARUTO..!" teriak Sakura seraya berlari kencang ke arah sahabatnya yang duduk di tepi halaman, tepatnya duduk di sebuah bangku di bawah pohon.

Naruto menoleh ke arah Sakura. Diapun tersenyum pada sahabatnya itu.

"Ada apa? Kau mencariku?" tanya Naruto innocent.

"Kau lupa? Tadi kau memintaku membelikan roti mie goreng di kantin. Sekarang dengan enaknya kau bilang 'Kau mencariku?' Apa kau mau mati?" tanya Sakura sebal. Diapun mendudukan diri di sebelah kanan Naruto.

"Ah iya! Maaf aku lupa."

"Sudahlah..penyakit lupamu itu memang tidak bisa diobati. Padahal kalau soal Sasuke pasti tidak akan lupa," sindir Sakura dengan santainya.

Naruto yang tengah minum soda langsung menyemburkan minumannya, tersedak. Soda itupun masuk ke dalam hidungnya. Naruto terbatuk-batuk. Hidungnya terasa tersumbat. Sakura menatapnya.

"HA HA HA HA..," tawa Sakura pecah.

Gadis berambut pink itu tertawa terbahak-bahak dengan tangan kiri memegangi perutnya sedangkan tangan kanannya memukul-pukul bangku taman yang didudukinya. Sementara itu Naruto sibuk mengelap sisa-sisa minumannya tadi yang membasahi hidungnya. Soda itu masih terasa di hidung Naruto.

"Sungguh, kau sama sekali tidak membantu, Sakura," ujar Naruto kesal.

Siapa yang tidak kesal? Sedang mengalami 'musibah' tapi malah ditertawakan. Apalagi yang menertawakannya adalah sahabatnya sendiri. Poor Naruto.

"Maaf..maaf.. Habisnya kau lucu sekali Naru-chan. Wajahmu tadi membuatku ingin tertawa," kata Sakura dengan senyuman ramah.

"Iya, iya, aku maafkan."

"Eh, Naruto."

"Hm?"

"Kau tidak ingin berkenalan dengan'nya'?"

"Maksudmu?"

"Kita sama-sama tahu apa yang kubicarakan."

"Sasuke? Kurasa tidak. Aku kan sudah bilang kalau dia berbeda denganku."

"Kau kan tidak..err, maksudku, kau kan belum mengenalnya. Siapa tahu dia orang yang sama sepertimu."

"Tidak."

"Kau sok tahu, Naruto. Atau..kau terlalu takut untuk mengetahui kebenarannya?"

"Kebenaran?"

"Soal Sasuke. Mungkin dia orang yang berbeda dengan apa yang semua orang bayangkan. Mungkin saja dia bukanlah pangeran es yang bisa membekukan orang di sekitarnya. Mungkin saja dia bukanlah orang yang..sama sepertimu dalam arti yang berbeda."

"Maksudmu?"

"Nanti kau akan tahu."

Naruto membuka bungkus roti yang diberikan Sakura dan mulai memakannya. Tanpa mereka sadari seseorang mengamati gerak-gerik mereka sedari tadi.

"Hei, hei..apa yang kalian lakukan di sini?"

Tiba-tiba muncul suara seorang pemuda yang mengagetkan Naruto dan Sakura. Reflek mereka menoleh ke arah pemuda berambut hitam yang diikat tinggi seperti nanas itu. Di sampingnya tampak seorang pemuda lain yang berambut coklat dengan dua tato segitiga merah pada kedua pipinya. Mereka berjalan beriringan menuju ke arah Naruto dan Sakura berada. Mereka adalah Nara Shikamaru dan Inuzuka Kiba.

"Kalian sedang apa?" tanya pemuda berambut coklat.

"Dilihat juga ketahuan kan sedang apa?" tanya balik Sakura seraya menggigit roti di tangan kanannya.

"Makan siang." Pemuda itu menjawab pertanyaannya sendiri.

"Kalian berdua sedang apa di sini? Makan siang berdua saja. Kalian pacaran?" tebak Shikamaru sambil menatap mereka berdua curiga.

"Bu, bukan begitu Shikamaru-senpai. Aku dan Sakura adalah sahabat dekat. Kami bukan sepasang kekasih," sergah Naruto cepat.

Shikamaru tersenyum, "Benarkah?"

"Benarkah?" tanya Kiba ikut-ikutan.

"Kami tidak punya hubungan seperti itu, Shikamaru-senpai. Kami hanya berteman biasa. Aku sudah menganggap Naru-chan seperti adikku sendiri, begitu pula dengan Naru-chan menganggapku sebagai kakaknya," jelas Sakura panjang lebar.

"Hahahahaha.."

Tiba-tiba Shikamaru dan Kiba tertawa terbahak-bahak membuat Naruto dan Sakura kebingunggan. Mereka hanya bisa melihat dan mengira-ngira apa yang Shikamaru dan Kiba pikirkan.

"Kenapa Shikamaru-senpai dan Kiba-kun tertawa?" tanya Naruto innocent.

"Kalian ini lucu, kami hanya bercanda. Tapi hanya dengan melihat kedekatan kalian berdua siapapun bisa salah sangka," papar Kiba.

"Justru menurutku kalianlah yang aneh..," timpal Sakura.

"Apanya?" tanya Shikamaru penasaran.

"Aku tahu kalian itu anggota Dewan Sekolah, tapi apa kalian berdua harus selalu bersama kemana saja?"

"Eh?" Kiba sedikit terkejut mendengarnya.

"Sepertinya kalian punya hubungan khusus. Apa dugaanku salah?"

"Jangan bicara yang tidak-tidak..bagaimana kalau ada orang lain yang mendengarnya? Bisa salah paham kan?" sahut Shikamaru datar.

Sakura tersenyum.

"Kiba, ayo kita pergi," ajak Shikamaru tiba-tiba.

Shikamaru dan Kiba beranjak pergi dari tempat itu. Sementara Naruto dan Sakura masih melanjutkan acara makan siang mereka yang terganggu.

.

.

.

Sekolah telah usai. Semua murid Konoha Gakuen pulang ke rumahnya masing-masing. Bagitu pula dengan Naruto. Pemuda itu berjalan santai melewati jalanan yang biasa dilewatinya ketika akan pulang ke rumah. Di sampingnya ada Sakura berjalan sambil sibuk dengan ponsel flip pinknya.

"Pipipip..pipiiiip.. Pipipip..pipiiiip.."

Tiba-tiba terdengar suara panggilan masuk dari ponsel Sakura. Gadis itu langsung menekan tomnol hijau dengan cepat.

"Moshi-moshi..," sapa Sakura ramah.

"Sakura, kau ada dimana?" tanya seseorang di ujung telepon.

"Di jalan. Aku baru mau pulang. Ada apa?"

"Kau bisa kemari? Ada masalah penting."

"Baiklah, aku segera ke sana."

Naruto menoleh ke arah sahabatnya itu.

"Ada apa?" tanya Naruto perhatian.

"Maaf Naru, aku harus pergi. Kau bisa pulang sendiri kan?" tanya Sakura menyesal.

Naruto mengangguk, "Pergilah. Aku tidak apa-apa."

"Jaa.."

"Jaa.."

Sakura berlari dengan kecepatan tinggi meninggalkan Naruto yang masih terdiam di tempatnya berada. Naruto menatap punggung Sakura yang semakin jauh. Lalu dia menatap langit musim semi yang terlihat indah walau tak seindah kedua bola matanya. Diapun tersenyum. Kembali menatap ke depan dan melanjutkan perjalanan pulangnya. Tapi tiba-tiba kedua matanya melebar menatap pemandangan di hadapannya.

Di perempatan menuju rumahnya dari kejauhan Naruto melihat sosok bayangan yang mirip dengan sosok pemuda yang dicintainya. Naruto menutup kedua matanya dan mengerjap-kerjapkannya berulang kali.

Aku pasti sedang berhalusinasi!

Ketika kedua mata biru langit itu menatap ke depan, sosok itu masih terlihat jelas di sana. Ini bukan mimpi atau ilusi. Pemuda berambut raven itu nyata dan berdiri di sana, Uchiha Sasuke. Naruto tersenyum melihat Sasuke dari jauh. Ya, dari kejauhan. Dia hanya sanggup melakukannya dari jauh. Menatap sosok yang begitu dicintainya dan mengaguminya dari balik bayangan.

Sasuke-senpai..aku dan kau tinggal di dunia yang sama. Tapi aku merasa kita hidup di dimensi yang berbeda.
Aku tahu mencintai tidak harus memiliki. Namun sekali saja..aku ingin memiliki orang yang kucintai walau itu tidak mungkin.

Sasuke sibuk dengan ponsel flip hitamnya hingga tak menyadari tatapan Naruto yang memperhatikannya sedari tadi. Pemuda itu bersiap menyeberang jalan sementara kedua matanya masih sibuk pada layar di ponselnya. Tiba-tiba muncul sebuah truk yang berbelok dengan kecepatan tinggi. Tak ayal lagi, Sasuke tertabrak mobil itu.

Sasuke! Teriak Naruto dalam hati.

Dengan cepat Naruto berlari ke arah Sasuke berada. Pemuda berkulit putih itu terbaring tak sadarkan diri di tengah jalan. Tas ransel yang dibawanya terlempar jauh. Ponselnya jatuh dan terbelah menjadi dua bagian. Sementara itu truk yang menabrak Sasuke melajukan truknya dengan kecepatan tinggi. Melarikan diri. Naruto langsung memeriksa denyut nadi Sasuke.

Denyut nadinya masih ada.

Tapi keadaan Sasuke tidak bisa dibilang baik-baik saja. Kepalanya terbentur dan mengeluarkan darah. Kedua lengannya terluka akibat bertubrukan dengan aspal yang kasar. Terlihat ada luka di sudut bibirnya.

"Bagaimana ini..? Sasuke, sadarlah..kumohon bangunlah. Sasu-kun.."

Naruto menggoyang-goyangkan tubuh Sasuke yang masih terbaring tak berdaya.

"TOLONG..! TOLONG..! Ada kecelakaan! Tolong..!" teriak Naruto meminta bantuan.

Tapi sayang usahanya sia-sia. Tak ada seorangpun di sekitar tempat itu. Entah kenapa tidak ada orang, padahal hari masih siang.

Aku tidak bisa membiarkan Sasuke-senpai di sini dalam keadaan seperti ini, pikir Naruto.

Naruto berlari mengambil tas ransel Sasuke yang terlempar cukup jauh. Dipakainya tas ransel itu. Lalu kembali berlari ke samping Sasuke. Tanpa pikir panjang dia segera mengangkat tubuh Sasuke ke atas.

"UGH! Berat..," keluh Naruto pelan.

Dengan sekuat tenaga Naruto menggendong Sasuke. Harapannya tidaklah banyak. Dia hanya ingin menyelamatkan nyawa Sasuke yang sangat dicintainya.

"Sasuke-senpai..kumohon bertahanlah..," pinta Naruto.

TBC


Minna..! Tanoshinderu? Jouhou ya wind le-vent desu. Yoroshiku.
(Hai semua..! Having fun? Aku wind le-vent. Salam kenal.)

Tidak perlu banyak yang kukatakan, cukup berkata
"Makasih banyak buat yang udah baca.. Arigato gozaimasu.."

Review please..