JUST A STORY.

Disclaimer: I don't own Twilight

All Twilight characters belong to Stephanie Meyer.


Chapter 1. Introduction. How I met the girl.

Hi. Namaku Kourtney Roos. Aku seorang gadis muda, yah harus kubilang begitu. Umurku masih 34 tahun dan single, huh. Tidak masalah. Berkepala tiga dan 'single' bukan masalah besar bagiku. Aku tinggal di kota terpencil ini sejak sepuluh tahun yang lalu dan bekerja sebagai guru matematika di Logan Elementary School segera setelah aku pindah. You know, kota ini disebut sebagai Halcyon, sebuah kota kecil, tidak terlalu padat, dan di sinilah tempat orang mencari kedamaian dalam hidup. Kupikir tidak ada kota yang lebih baik dari kota ini. Sebagian besar penduduk di kota ini adalah petani, ada juga yang bekerja di kota dan pulang kemari tiap akhir pekan. Yang paling penting bagiku adalah… penduduk di sini semuanya baik, jujur, menyenangkan. Aku sungguh bahagia tinggal di tempat ini.

Oh. Crap. Aku hampir terlambat ke sekolah, aku harus berangkat sekarang.

AT LOGAN ELEMENTARY SCHOOL

Bel sekolah sudah dibunyikan, kelas akan segera dimulai. Aku sudah siap untuk mengajar hari ini. Well, pakaian yang kugunakan hari ini adalah kemeja warna biru muda dengan lengan tiga per empat dan celana kain warna hitam, lalu sepatu mengkilat, oh, tidak… tidak semengkilat yang kau bayangkan, yang jelas warna hitam dari sebuah semir yang baru-baru ini kubeli membuatnya terlihat lebih mengkilat.

"Good morning, guys. How'd you doing?" Sapaku pada murid-muridku.

"Good morning, Ma'am!" sapa mereka.

"Okay, guys. Sebelum kita mulai kelas ini, seperti biasa kita akan awali dengan berdoa, okay? Hari ini giliran siapa ya?" tanyaku.

Knock knock…

Tiba-tiba kudengar ada seseorang yang mengetuk pintu kelasku. Seorang pria bertubuh gemuk, tidak terlalu tinggi, rambutnya putih, dan berkumis gaya tahun 70 atau 80-an mungkin. Pakaiannya rapi, dengan jas hitam dan kemeja warna biru Turkish. Oh, tenang saja, ini pria nomor satu di sekolah ini, Mr. Lutz, dia kepala sekolah di sini.

"Maaf mengganggumu, Ms. Roos", kata Mr. Lutz padaku.

"Tidak, Sir. Kami baru akan mulai kelasnya, ada apa anda kemari?" tanyaku padanya sambil berjalan mendekatinya yang berdiri di dekat pintu kelas.

Aku melihatnya, tiba-tiba ada sesuatu yang membuatku ingin mengubah pandanganku. Seorang anak perempuan berdiri di belakangnya. Aku hanya melihat rambutnya yang berwarna coklat, aku tidak dapat mendeskripsikannya tapi yang jelas rambutnya sangat indah. Aku tidak dapat melihat wajahnya karena tertutup tubuh Mr. Lutz yang lumayan besar.

"Ms. Roos. Kita punya seorang murid baru hari ini. Aku ingin dia masuk di kelasmu. Dia baru saja pindah dari Alaska tiga hari yang lalu. Aku harap kau tidak masalah" kata Mr. Lutz.

Oh. Jadi anak yang dibelakang Pak Kepala Sekolah ini adalah anak baru.

"Tentu saja Mr. Lutz!" jawabku mantap.

Mr. Lutz tersenyum lalu membalikkan tubuhnya dan berkata pada anak itu, "Baiklah, sekarang ini kelasmu dan ini Ms. Roos, your home-room teacher".

Mr. Lutz segera meninggalkan kelas. Akhirnya aku bisa melihat murid baruku.

Astaga. Aku tidak percaya dengan apa yang kulihat! Anak perempuan ini cantik sekali! Kulitnya putih agak pucat, tapi luar biasa indah. Matanya besar berwarna coklat muda keemasan, dia memiliki tulang hidung yang tidak biasa, maksudku bentuknya bagus, bibirnya yang pink membuat sinkronisasi yang indah pada wajahnya. Luar biasa. Apa kedua orangtuanya berprofesi sebagai model?

Aku sungguh terpana dengan kecantikan anak ini. Tapi rasanya perasaan seperti ini pernah kurasakan sebelumnya, di mana ya?

Okay. Wait. I must control myself. Aku tersenyum padanya, dan dia menatapku dengan matanya yang indah itu. OH. MY.

"Um. Hi. Aku Kourtney Roos. Mulai sekarang aku wali-kelasmu. Ayo masuk dan perkenalkan dirimu pada teman-teman sekelas" ajakku.

Dia mengangguk sambil tersenyum. Dia mulai berjalan memasuki kelas. GOD. Bahkan gerakannya. Dia sangat luwes, halus, anggun. Yah, tentu saja. Anak-anak lain menatapnya dengan pandangan yang tidak kalah terkejutnya denganku.

Dia sudah berdiri di depan kelas. Aku berdiri di sebelahnya.

"Okay. Sekarang perkenalkan dirimu" kataku.

"Hi. Aku Renesmee Carlie Cullen. Nessie for short. Aku baru saja pindah dari Alaska ke kota ini 3 hari yang lalu bersama orang tuaku. Kami tinggal di rumah kakek dan nenekku. Mereka sebenarnya juga baru pindah sekitar dua bulan yang lalu. Karena ayahku ingin menjaga mereka, jadi kami memutuskan untuk tinggal bersama mereka di sini", terang Nessie.

"Perkenalan yang bagus. Jadi, panggilanmu Nessie? Okay, ada yang ingin menanyakan sesuatu pada Nessie?" tanyaku pada anak-anak lainnya.

Tunggu. Aku baru sadar. Nama belakangnya adalah Cullen kalau tidak salah. Apa dia ada hubungannya dengan ? Seorang dokter yang lebih cocok dibilang kalau dia itu model, dia jenius. Dia bekerja di rumah sakit kecil di kota ini sejak sebulan yang lalu. Dia yang menyelamatkan nyawaku dari sebuah kecelakaan di hutan bulan lalu. Kalau tidak ada dia sungguh, mungkin aku tidak dapat berdiri di sini saat ini. Owh, coba nanti aku tanyakan pada Nessie.

Beberapa anak mengangkat tangannya, tentu mereka ingin mengajukan pertanyaan.

"Baiklah, Andrew. Apa pertanyaanmu?" aku memberikan kesempatan pada Andrew, salah seorang muridku.

"Nessie, apa kau suka strawberry?" Tanya Andrew. Sungguh tidak penting pikirku. Tapi mungkin penting baginya. Ini dia. Siapa yang tidak mau memiliki teman yang luar biasa cantik, ya kan?
"Aku suka" jawab Nessie singkat dengan senyumnya yang menawan. Aku makin yakin dia punya hubungan dengan dokter baik hati itu. Mereka punya aura yang sama, mata yang serupa, kulitnya juga.

"Ah. Baiklah. Cindy. Apa pertanyaanmu?" Aku menunjuk salah seorang murid perempuanku.

"Apa kita akan jadi teman baik?" Tanya Cindy.

"Tentu" jawab Nessie singkat. Oh. Aku kita anak-anak perempuan di sini akan iri dengan kecantikan Nessie. Kalau mereka jadi teman baik, baguslah.

"Em. Kids, sepertinya kita batasi pertanyaan hari ini. Kalian bisa berkenalan dengan Nessie lagi nanti. Sekarang kita akan mulai pelajarannya. Biar Ibu yang memimpin doa hari ini" kataku pada murid-murid.

"Nessie, kau bisa duduk di sebelah sana", kataku pada Nessie sambil menunjuk sebuah bangku yang belum ditempati di dekat jendela.

Dia menganggukkan kepalanya dengan anggun dan segera menuju ke bangku itu.

KEGIATAN BELAJAR HARI INI BERJALAN SUNGGUH BAIK

"Okay, kids. Saatnya pulang. Mari kita berdoa sebelum kalian pulang. Seperti biasa, jika nanti orang tua kalian belum menjemput, tunggulah di sini, aku akan temani kalian, okay?" kataku pada anak-anak.

"Yes, Ma'am!" jawab anak-anak serentak.

Setelah berdoa, anak-anak keluar kelas dengan hebohnya. Ya, itu yang biasa mereka lakukan setelah selesai sekolah. Aku masih duduk di bangkuku, membereskan barang-barang dan kumasukkan dalam tas. Em. Nessie dengan tenang masih duduk di bangkunya. Aku memutuskan untuk mendekatinya.

"Helo Ness" sapaku.

"Hi. Ms. Roos" sapanya lembut.

"Orang tuamu belum menjemputmu? Kau pastikan sudah memberitahu mereka tadi?" tanyaku padanya

"My mom is on the way here" jawabnya sambil tersenyum.

"Um. Boleh aku Tanya sesuatu padamu, Ness?" tanyaku.

"Tentu, Ms. Roos" jawabnya dengan tersenyum lagi.

"Em. Namamu Renesmee Cullen. Apa kau mengenal ? Nama kalian sama… mungkin kalian punya hubungan?" tanyaku.

"Ah. Dr. Cullen itu my Grandaddy, Ma'am", jawabnya.

OH. Jadi dr. Cullen itu kakek Nessie?! WOW. Aku tahu dr. Cullen sudah menikah dan memiliki anak. Tapi aku tidak menyangka kalau bahkan dia sudah punya cucu. Wajahnya tidak menunjukkan bahwa dia mungkin sudah hidup lebih dari 40 tahun. Tapi yah, mungkin saja dr. dan Mrs. Cullen menikah saat mereka masih sangat muda, lalu anaknya juga. Jadi dia menjadi kakek di umur yang masih muda. Entah kasihan atau mungkin menyenangkan karena bisa pensiun dini.

"Anda mengenal kakekku, Ms. Roos?" tanyanya.

"Aah. Iya. dr. Cullen, dia dokter terbaik di dunia. Menurutku. Tapi aku tidak tahu kenapa dia mau tinggal di kota kecil seperti ini. Padahal dengan kemampuannya mungkin dia bisa bekerja di kota besar yang memberinya gaji yang besar juga", kataku.

Kulihat Nessie tersenyum mendengar perkataanku.

"Dulu Grandaddy bekerja di sebuah rumah sakit di New York, lalu di London, pernah juga di Seattle. Katanya banyak tekanan dan rumah sakit di kota-kota besar itu hanya mementingkan uang. Dia dan Granmommy ingin hidup lebih tenang dan damai, tapi masih bisa menolong orang dengan tulus dan bukan karena uang, itu katanya" jelas Nessie. Oh. Dia akhirnya berbicara sedikit banyak.

"Ah begitu rupanya. Kau tahu, Ness. Sebulan yang lalu aku tersesat di hutan. Aku sangat kelelahan dan kesadaranku sudah mulai hilang. Tiba-tiba ada ranting pohon yang cukup besar patah tepat di atasku dan tidak tahu bagaimana aku selamat. Saat terbangun, aku sedang dirawat oleh dr. dan Mrs. Cullen. Kalau tidak ada mereka, mungkin aku tidak di sini sekarang. Aku berhutang budi pada kakek dan nenekmu, Ness" ceritaku.

Tiba-tiba ada yang mengetuk pintu kelasku. Nessie yang tadi sedang bertatap pandang denganku kini mengalihkan tatapannya pada seseorang yang mengetuk pintu itu.

"MOMMY!" katanya sambil tersenyum bersemangat.

Oh, ibunya sudah datang. Aku menoleh, ingin tahu seperti apa wajah ibu dari seorang anak yang luar biasa ini.

Seorang wanita muda, umurnya mungkin 20-an, rambutnya coklat tua, indah seperti Nessie. Yang jelas aku tahu Nessie dapatkan mata itu dari ibunya. OH. Ibunya sangat cantik. Sungguh cantik. Kulitnya lebih pucat, tapi terlihat indah. Lagi. Aku terpesona. Baiklah aku sudah terpesona dengan 4 orang keluarga Cullen, dr. dan Mrs Cullen, Renesmee, dan sekarang ibunya. Jangan bilang ayah Nessie juga luar biasa. Atau mungkin dr. dan Mrs. Cullen punya anak lagi selain orang tua Nessie dengan gen model itu? Oh. Gila. Keluarga ini tidak biasa.

To be continued.