Hai, ini adalah sequel dari Regret. Regret sendiri adalah sequel dari Dusk. Jadi intinya ini adalah 2nd sequel dari Dusk.
Aku bikin sequel ini karna jurjur, aku masih nyesek ajah setiap baca ulang dua cerita itu. Padahal aku yang bikin sendiri, gitu. Aku merasa jahat banget kayaknya kalo ngebiarin mereka kayak gitu. huhuhu
Karna itu, aku bikin sequelnya. Cuman ini berchapter. Karna seperti biasa imaginasiku selalu meliar setiap memikirkan Chanbek. HoHoHo.
Semoga suka.
Happy Reading!
-
"Yyah."
Lelaki yang sedang berkutat dengan laptop di depannya, mengalihkan atensi pada sumber suara yang memanggilnya. Ah, putra kecilnya ternyata. Park Daehwan. Lelaki tampan itu lantas tersenyum dan menyambut putranya yang berjalan tertatih menghampirinya.
"Ugh, jagoan ayah semakin pintar berjalan, hmm?" Lelaki itu bertanya retoris setelah berhasil menangkap putranya kedalam rengkuhan.
Di angkatnya tubuh putra kecilnya melayang ke atas. Lalu mengusak perut gembulnya main-main dengan wajahnya. Bayi satu tahun itu tertawa terpingkal-pingkal di buatnya. Tangan mungilnya bahkan menarik-narik rambut legam di puncak kepala lelaki dewasa itu.
"Yyah." Bayi itu kembali memanggilnya.
Lelaki dewasa itu, Park Chanyeol, menghentikan aksinya dan menapakan kaki mungil bayi itu di atas pahanya.
"Ada apa, Jagoan?" Tanyanya.
"bu-bu, bbu." Bayi itu mencoba berucap dengan kedua bola jernih yang menatap ayahnya.
"Ada apa, hmm? Jagoan ayah mencari ibu? Memangnya jagoan ayah yang tampan ini sudah bosan bersama ayah?" Chanyeol berkata sembari menjawil hidung mungil si bayi dengan hidungnya.
Bayi mungil itu terkekeh dan menangkup pipi ayahnya. Chanyeol tersenyum manis menatap wajah polos bayi mungil itu dan mengecup bibirnya sekilas kemudian.
"Chan," Wanita yang sedari tadi memperhatikan mereka di pintu masuk mulai bersuara.
"Oh, Jaen. Kemarilah." Chanyeol menyuruh wanita cantik itu untuk mendekatinya. Ahn Jaeni.
"Maaf mengganggumu. Daehwan terus merengek memanggilmu. Jadi aku membawanya kesini." Jaeni berujar setelah mendudukan dirinya di depan meja kerja Chanyeol.
"Tak apa, aku senang." Chanyeol berujar lalu mencium pipi gembil putranya kemudian.
Suasana menghening. Jaeni menatap Chanyeol sendu. Sedang Chanyeol masih tersenyum menatap bayi mungil di pangkuannya.
"Kau, belum menemukan Baekhyun?" Pertanyaan Jaeni memecahkan suasana hening di antara mereka.
Senyum Chanyeol hilang sesaat. Sebelum kembali dengan menjawab pertanyaan yang Jaeni lontarkan. "Belum." Jawabnya.
"Ini sudah satu tahun, Chan." Jaeni berkaca-kaca mengatakannya.
"Aku sudah berusaha, Jaen. Namun aku belum berhasil menemukannya. Bibi Byun pun tak kunjung memberitahu di mana keberadaan Baekhyun." Chanyeol berujar sendu.
"Aku masih tidak percaya, Bibi Byun benar membuat seolah-olah Baekhyun telah tiada." Jaeni berujar dengan menggelengkan kepalanya.
Chanyeol tersenyum. "Itu hukuman untuku. Selembut apapun Bibi Byun, dia tetap yang paling tersakiti melihat putranya terluka seperti itu." Ucap Chanyeol kemudian.
"Tapi.."
"Tak apa, Jaen. Aku hanya harus mencari Baekhyun dan memperbaiki semuanya." Chanyeol memotong perkataan Jaeni.
"Maafkan aku." Jaeni meneteskan air matanya kemudian.
Chanyeol tersenyum dan memberi anggukan sebagai balasan. Lalu menghapus air mata Jaeni kemudian.
-
Awalnya, Chanyeol memang mengira jika Baekhyun benar telah tiada. Chanyeol pun merelakan dan menjalani hidup dengan beban penyesalan. Surat bercerainya dengan Jaeni pun telah di tandatangani. Mereka resmi bercerai satu minggu setelahnya. Chanyeol memilih menyendiri karna tak ingin menyakiti hati yang lain seperti Jaeni. Karna Chanyeol hanya mencintai Baekhyun. Hatinya hanya untuk Baekhyun.
Namun, semuanya berubah. Saat itu Chanyeol berkunjung untuk menemui Nyonya Byun. Bagaimanapun beliau sudah Chanyeol anggap seperti ibunya sendiri. Terlebih kepergian Baekhyun benar-benar membuatnya sebatang kara disini. Kedatangannya yang tidak mengabari sebelumnya, membuat Chanyeol tidak sengaja mendengar Nyonya Byun sedang berbicara melalui sambungan telepon dengan seseorang dan membawa-bawa namanya. Chanyeol pun memilih menguping di balik pintu.
"Ibu tidak sanggup membohonginya lebih lama lagi, sayang. Chanyeol sudah sangat tersiksa. Dia bahkan sudah bercerai dengan Jaeni. Kau pun sudah tahu alasan dia menikahi Jaeni." Suara Nyonya Byun terdengar. Membuat Chanyeol mengernyit.
Jeda beberapa detik. Chanyeol yakin sosok di sebrang sana tengah berbicara. Sebelum Nyonya Byun membalasnya.
"Chanyeol sangat mencintaimu, nak. Ibu melihatnya. Tidak bisakah kau memberinya kesempatan?" Sambungnya Sebelum jeda kembali.
"Ibu selalu mendukung setiap keputusanmu, sayang. Jaga dirimu baik-baik disana. Ibu menyayangimu, Baekhyunie."
Kalimat terakhir Nyonya Byun membuat Chanyeol terhenyak. Baekhyun? Jadi dia di bohongi? Jadi selama ini Baekhyun masih ada dan menghindari dirinya? Chanyeol ingin marah tapi tak bisa. Semua berawal darinya.
Nyonya Byun terkejut saat Chanyeol membuka pintu rumahnya. Chanyeol tak sanggup mempertahankan dirinya. Chanyeol menangis. Dan Nyonya Byun tahu jika Chanyeol pasti telah mendengar pembicaraannya dengan Baekhyun di telepon.
"Chanyeol," lirih Nyonya Byun.
"Bibi, Jadi Baekhyun masih disini? Baekhyun tidak benar-benar meninggalkanku? benar kan, Bi?" Chanyeol tersedu mengatakannya. Dirinya merasa sesak karna bahagia. Dirinya masih memiliki kesempatan.
Namun, Nyonya Byun di depannya hanya terdiam. Tak mengeluarkan sepatah katapun. Chanyeol mengerti. Dan Chanyeol akan mencari pujaan hatinya sendiri.
"Aku mengerti, Bi. Maafkan aku. Tapi aku akan mengejarnya. Aku akan menemukannya. Aku tidak akan menunggu kesempatan datang, tapi akulah yang akan menjemput kesempatan itu." Chanyeol tersenyum dalam tangisnya.
Setelahnya Chanyeol pergi meninggalkan kediaman Nyonya Byun. Meninggalkan Nyonya Byun yang mulai meneteskan air matanya. Nyonya Byun tahu mereka masih saling mencintai. Hanya karna kecerobohan dan kesalahpahaman, Kenapa percintaan mereka serumit ini?
"Apa yang harus Ibu lakukan, nak?"
-
Chanyeol tengah kesal saat ini. Dirinya mendapat tugas dari kantor tempatnya bekerja untuk bertemu client di Jepang. Chanyeol masih harus membagi waktu untuk menemukan Baekhyun. Tapi kenapa jadwal kerjanya sepadat ini, Hingga mengharuskannya pergi ke luar negri.
Chanyeol melempar ponselnya begitu saja ke atas tempat tidur. Dan mendudukan dirinya disana. Mengusap wajahnya dengan telapak tangan. Angin Laut yang berhembus lewat jendela sejenak dapat menenangkannya. Namun juga membuatnya semakin merindukan sosok mungil yang sempat di sakitinya.
"Baekhyunie, kemana lagi aku harus menemukanmu?" Ratapnya.
Ini sudah satu tahun. Namun dirinya belum juga menemukan keberadaan Baekhyun. Orang-orang pesuruhnya pun tak menemukan atensi lelaki mungil itu. Chanyeol kerap memohon petunjuk kepada Nyonya Byun, namun hanya kediamanlah yang di dapatinya.
Chanyeol merindu setengah mati. Chanyeol ingin meluruskan semuanya. Chanyeol ingin Baekhyun tahu bahwa dirinya selalu mencintainya.
"Baekhyunie," Lirihnya.
Chanyeol membaringkan tubuhnya di atas tempat tidur. Memeluk bingkai foto Baekhyun yang di ambilnya dari meja nakas. Memejamkan Matanya dan membiarkan angin memasuki kamarnya dari jendela yang terbuka.
-
Paginya Chanyeol terbangun dengan masih memeluk bingkai foto Baekhyun. Sejenak Chanyeol mengecup foto itu sebelum membawa dirinya untuk membersihkan diri. Chanyeol tidak lupa jika sore ini dirinya harus melakukan perjalanan ke Jepang untuk menemui klien. Setelah membersihkan diri, sarapan, dan mengemas perlengkapan yang harus di bawa. Chanyeol melangkah keluar untuk menemui Nyonya Byun. Menyampaikan maksud kepergiannya ke Jepang.
Namun, sesampainya disana, Chanyeol tidak menemukan wanita paruh baya itu. Chanyeol hendak meninggalkan pekarangan kediaman Byun sebelum suara seseorang terdengar oleh telinganya.
"Oh, Chanyeolaa, Kau mencari bibi Byun?" Tanya seorang wanita muda di sebelah kediaman Byun.
"Benar, Noona. Kau tau kemana beliau pergi?" Tanya Chanyeol.
"Aku tidak melihatnya sudah tiga hari ini. Tapi ibuku bilang beliau sedang pergi keluar kota." Ujarnya.
Chanyeol melangkah pergi setelah mengucapkan terimakasih kepada wanita muda itu.
"Apa Bibi pergi menemui Baekhyun? karna itu dia tidak mengabariku".Chanyeol tersenyum miris memikirkannya.
Di samping sikap lembutnya selama ini terhadap Chanyeol, Nyonya Byun tetap menyembunyikan keberadaan putranya dari Chanyeol. Chanyeol tidak bisa menyalahkan jika mengingat awal dari semua ini.
Chanyeol menelusuri jalan setapak di pinggir pantai. Mengingat kembali kenangan manisnya bersama lelaki mungil yang sangat di cintainya itu.
"Chanyeolie, lihat! Ikan kecil ini tersesat! Cepat pindahkan dia kedalam air, Chanyeolie."
"Chanyeolie, ingat tidak dulu Chanyeolie memintaku untuk menjadi kekasihmu tepat di atas batu karang ini?"
"Chanyeolie, selamat ulang tahun. Aku bahagia Chanyeolie masih bersamaku hingga saat ini. Aku mencintaimu."
"Chanyeolie, Kejar aku. hahaha."
"Chanyeolie, aku lelah. gendong~"
"Chanyeolie, turunkan akuu."
"Chanyeolie.."
"Chanyeolie.."
"Baekhyunie, hiks" Chanyeol mengusap wajahnya yang basah karna air mata.
"Maafkan aku, sayang. Tunggu aku. Aku akan menemukanmu dan memulai kembali semuanya. Aku mencintaimu." Ucapnya.
Hanya karna Baekhyunlah Chanyeol bisa serapuh ini. Menangis sesegukan karna sakit dan merindu.
"Baekhyunie." Lirihnya.
-
Chanyeol menyeret koper besar di sampingnya sesampainya di bandara Haneda, Tokyo, Jepang. Setelah menempuh perjalanan kurang lebih dua jam di pesawat dari Seoul, Chanyeol pun akhirnya dapat sejenak meluruskan kakinya.
Kondisi Bandara yang sangat ramai membuat Chanyeol sedikit kesusahan untuk mencari jalan keluar. Perusahan tempatnya bekerja memang sudah menyiapkan supir yang akan menjemputnya di bandara.
Pengalaman pertama kali baginya menginjak tanah Jepanglah yang membuatnya bingung untuk melangkahkan kakinya kemana.
Setelah kurang lebih 10 menit Chanyeol mencari petunjuk, Akhirnya Chanyeol berhasil menemukannya dan melangkah ke arah pintu keluar yang di sebutkan.
Dalam perjalanannya, ponsel Chanyeol bergetar. Chanyeol menjawab panggilan yang ternyata dari supir yang akan menjemputnya itu. Supir itu mengatakan bahwa dirinya akan sedikit terlambat di karenakan jalanan yang macet. Chanyeol tak mempermasalahkan dan menunggu di bangku yang tersedia di lobi utama.
Chanyeol memainkan ponselnya. Sesekali meneguk mineral di genggamannya. 15 menit berlalu namun supir yang di maksud belum kunjung datang.
"Sehunaa!"
Di tengah kebisingan yang ada, di tengah kebosanannya, Chanyeol mendengar suara yang amat di kenalnya. Yang amat di rindukannya. Dirinya langsung mencari sumber suara untuk memastikan.
Setelahnya, yang di rasakan Chanyeol adalah dadanya yang membuncah senang. Jantungnya berdegub cepat dan darahnya yang berdesir. Chanyeol membawa dirinya berdiri hendak menghampiri pemilik suara itu.
Namun niatnya terhenti saat seorang kelaki tinggi menghampirinya dan mengusak gemas rambutnya.
"Kau menunggu lama?" Chanyeol dapat mendengar lelaki itu bertanya kepada lelaki mungil di depannya.
"Tidak. Kenapa tidak mengabariku akan kesini?" Tanya lelaki yang lebih mungil.
"Kejutan?" Lelaki tinggi di depannya mengedikan bahunya menggoda.
Lelaki mungil di depannya mencenik dan memukul bahu lelaki albino itu sebelum melangkah untuk meninggalkan Bandara.
Tepat saat mereka membalikan tubuhnya, Langkah mereka terhenti. Lebih tepatnya langkah lelaki mungil itu terhenti dan membuat lelaki di sampingnya turut berhenti. Lelaki mungil itu menatap terkejut. Lelaki tinggi di sampingnya mengernyit dan membawa pandangannya mengikuti pandangan si mungil.
Chanyeol di sana hanya terdiam dengan wajahnya yang datar. Pandangannya mengarah tepat kepada iris bening lelaki mungil itu.
"Chan-yeol." Lirihnya.
Chanyeol hanya tersenyum dan membalikan tubuhnya melangkah pergi dari sana.
"Baek, siapa dia?" Lelaki di sampingnya bertanya.
"Sehunaa, dia.. Chanyeol. Park Chanyeol." Jawab Baekhyun dengan satu titik air mata yang jatuh menetes setelahnya.
Sehun yang mendengarnya turut terkejut. "Dia Chanyeol? lelaki brengsek itu?" Tanyanya emosi.
Baekhyun hanya menunduk dan menangis. Apa yang Chanyeol lakukan disini? tidak. Chanyeol melihatnya. Chanyeol kini tahu jika dirinya membohonginya. Apa yang harus dirinya lakukan selanjutnya?
"Chanyeolie, hiks."
Sebenarnya jika Baekhyun bisa egois. Dia bisa menyalahkan semuanya kepada Chanyeol. Bukan malah menyalahkan dirinya sendiri karna berbohong kepada lelaki tinggi itu.
Namun sekali lagi, Baekhyun hanya memiliki hati yang terlalu lembut. Baekhyun tidak bisa sepenuhnya menyalahkan Chanyeol akan apa yang terjadi. Chanyeol hanya terlalu baik. Dan Baekhyun sangat mencintainya.
Bersambung..
