My Step Mother

Chap 1

Awalnya ia belum mengerti apa itu perceraian. Kenapa kedua orangtuanya harus bercerai.

Di awal Sasuke yang berusia sepuluh tahun menyaksikan kedua orang tuanya bertengkar hebat, dan berakhir dengan perceraian. Pengadilan memutuskan, ia ikut dengan ayahnya sementara kakaknya ikut dengan ibu. Dia pun tenang-tenang dan menerima begitu saja

Kini Sasuke mengerti dan sudah mengalami imbasnya. Ayahnya terlalu sibuk, hingga praktis setiap hari ia di rumah dan menjalani hidup sendirian.

Ayah yang terlalu sibuk hingga ia tidak mengalami pengawasan, apatah lagi sebuah didikan.

Ia menolak dengan kehadiran pelayan. Sikapnya dingin dan nampak lebih menyukai keadaannya yang kesepian di rumah.

Seperti biasa habis sekolah, ia terus pulang ke rumah, mengabaikan undangan Naruto yang ingin clubbing.

Sasuke segera memarkirkan mobilnya di garasi. Ia sedikit menautkan alis, tidak biasanya pintu rumah terbuka. Apakah ayahnya sudah pulang? Tapi kalau biasanya di waktu seperti ini ayahnya belum pulang. Ayahnya terlalu sering berkutat dengan pekerjaannya. Kalaupun lelah, mungkin juga mencari dan menghabiskan waktu bersama wanita penghibur.

Sasuke mengangkat bahu, masa bodoh dengan ayahnya.

"Sasuke", suara ayahnya terdengar dan menyambut dia yang baru berdiri di depan pintu.

Tapi yang membuat Sasuke merasa heran adalah keberadaan seorang wanita bersurai merah muda dan cantik, berdiri di samping ayahnya.

Sasuke menatap pada wanita yang ia taksir berusia sekitar dua puluh lima sampai tigapuluhan. Sasuke mengabaikan, paling hanya seorang wanita penghibur, pikirnya.

"Berhenti Sasuke" nada tegas dari Fugaku, kesal juga, karena Sasuke sama sekali tidak memberi salam. Jangankan memberi salam, melempar senyum saja tidak Sasuke lakukan.

Sasuke masih diam, namun ia berhenti. Mulutnya masih terkatup rapat.

"Sasuke, namanya Sakura, dia sekarang sudah menjadi ibumu. Jadi mulai sekarang kau harus menaruh hormat padanya"

Mata Sasuke nyaris terbelalak, ibu tiri? Wanita yang masih muda itu adalah ibu tirinya. Apa yang di lihat dari pria paruh baya yang bertampang datar seperti ayahnya, sehingga wanita itu mau.

"Hn", Sasuke sudah tidak tahu apa lagi yang harus ia katakan. Ia menoleh sekilas pada Sakura.

Fugaku melotot pada puteranya yang sama sekali tidak menggubris Sakura yang sekarang menjadi isterinya.

"Fugaku-kun, sudahlah, mungkin Sasuke sedang kelelahan. Maklum saja" hibur Sakura.

Sasuke yang sedang melangkah menuju kamarnya, berhenti sesaat. Ternyata suara wanita itu sangat lembut, jauh dari keangkuhan. Sasuke menggeleng kepala, bisa saja wanita itu adalah manusia munafik. Sama seperti cerita tentang ibu tiri yang biasa Sasuke baca sejak kecil. Lembut seperti malikat di depan suami, namun akan menjadi iblis dari neraka yang menebarkan sengsara bagi anak tiri saat suami sedang tidak ada.

Sasuke cuma mendengus, coba saja jika wanita itu berbuat semaunya, maka wanita bodoh itu akan dalam masalah.

Sasuke degara menghempaskan diri di atas ranjangnya, Sasuke istrahat sejenak, tugas sekolahnya masih menunggu.

Sampai tengah malam begini Sasuke belum tidur. Tugas sekolah yang mendesak menuntut untuk segera di selesaikan. Ia berusaha meregangkan tubuhnya. Sejak pulang sekolah sampai sekarang ia belum beranjak dari kamarnya.

Kali ini Sasuke merasa butuh sesuatu untuk menyegarkan tubuh dan pikirannya. Ia segera keluar dari kamar menuju dapur mengambil minuman.

"Shit!" maki Sasuke saat melewati kamar ayahnya. Suara desahan halus terdengar dari Sakura alias ibu tirinya.

Sasuke berlalu dari pintu kamar ayahnya dengan kesal. Dan pada akhirnya Sasuke juga harus maklum, mereka sepasang suami isteri.

"Sasuke, bangun Sasuke, ini sudah pagi. Bukankah kau ingin segera ke sekolah" suara lembut mengalun memasuki gendang telinga Sasuke. Dan tidak hanya itu, seoasang tangan menggoncang tubuhnya agar ia bangun.

"Berisik!" bentak Sasuke sambil menampik kasar tangan yang menggoyang tubuhnya. Terdengarlah suara jeritan kecil dari seorang wanita.

Sasuke kesal karena tidurnya yang terganggu, tubuhnya terasa pegal karena ia memang kurang tidur semalam, berkutat dengan tugas-tugasnya yang menumpuk.

"Maaf, ayahmu memintamu agar kau sarapan bersama" suara kaget dari seseorang yang sebenarnya Sakura.

Sakura menggigit bibir bawahnya mendapat bentakan dari Sasuke. Entah kenapa, hatinya bagai teriris. Suaranya tergetar saat ia minta maaf.

"Permisi" Sakura segera meninggalkan Sasuke dengan wajah sendu.

Sasuke segera bangun dari tidurnya, ia segera kekamar mandi, lalu cuci muka dan mandi seadanya. Ia jadi khawatir jika Sakura melaporkan ulahnya yang baru saja membentak ibu tirinya. Jika sudah demikian ia dan ayahnya pasti akan bertengkar hebat. Bukannya Sasuke takut, ia tak ingin paginya di awali dengan pertengkaran hebat.

"Sasuke masih tidur Sakura?" Sasuke menghentikan langkahnya mendengar ucapan ayahnya yang mulai obrolan.

Sasuke menunggu tanggapan Sakura.

"Iya …" pada kalimat ini Sasuke makin khawatir.

"Anak itu" geram Fugaku bangkit dari duduknya.

"Jangan" Sakura menahan tindakan suaminya."Biarkan saja, Sasuke mungkin saja kelelahan, mungkin semalam ia begadang mengerjakan tugas-tugasnya. Apa lagi sekarang, kalau tidak salah sebentar lagi akan ada ujian penaikan kelas" imbuh Sakura lembut, meski demikian tidak membuat Fugaku tenang.

"Jangan memanjakan Sasuke, Sakura. Dia itu laki-laki" jawab fugaku terdengar tegas.

"Bukan begitu, kau bilang hubunganmu dengan Sasuke tidak dekat. Aku hanya ingin agar hubungan kami tidak seperti hubunganmu. Sekarang aku adalah ibunya, dan itu tugasku. Aku akan mengganti peran ibunya untuk mengawasi dia" ujar Sakura memelan, tapi masih terdengar Sasuke.

Sasuke seperti merutuki dirinya sendiri, ia terlalu cepat menilai sosok ibu tirinya. Sasuke masih menolak, ia tidak mau menilai terlalu dini. Sifat asli seseorang barulah kelihatan ketika kita tinggal bersama. Sekarang kan Sakura baru saja datang, ia masih bisa saja menutupi sifatnya

Sasuke melanjutkan langkahnya dan muncul di hadapan keduanya. Dan lagi-lagi Sasuke seperti tertohok. Ia melihat dua ekspresi yang kontras. Senyum manis dari Sakura dan wajah datar tanpa ekspresi dari ayahnya.

SSS

Sasuke seperti biasa jika ia masuk ke area sekolah, pasti telinganya harus di teriaki oleh para fans girl-nya.

Dan seperti biasa pula, Sasuke cuma mendengus, mendapat teriakan yang menurutnya menyebalkan.

"Yoo… Teme, seperti apa ibu tirimu itu" suara cempreng khas sahabatnya, Naruto.

"Hn" gumam Sasuke menanggapi ucapan Naruto.

"Huh! Kau ini. Ayolah Teme, apakah ibu barumu cantik?" Naruto makin medesak sasuke.

Sasuke sama sekali tidak menanggapi, ia memilih melanjutkan langkahnya kedalam kelas.

"Aku ingin berkunjung ke rumahmu"

"Dari mana kau tahu, ayahku akan menikah lagi?"

"Dari ayahku, bukankah perusahaan mereka melakukan kerjasama. Tentu saja Ayahku pasti tahu kalau ayahmu sudah melangsungkan pernikahan"

Sasuke tidak menanggapi lagi. Ia kini lebih fokus pada buku-bukunya.

"Sore, Bi" Sapa Naruto.

Naruto juga sedikit terpana melihat Sakura.

"Temannya Sasuke?" sambut sakura dengan senyumannya pada Naruto, "Dia ada di kamar".

"Terimakasih"

"Atau kau mau Bibi panggilkan?" ujar Sakura masih dengan nada yang begitu lembut.

"Kalau bibi tidak keberatan, aku akan langsung ke kamar Sasuke"

Sakura mengangguk perlahan. Ia meninggalkan setelah mempersilakan Naruto.

Naruto melanjutkan langkahnya menuju kamar Sasuke.

"Tidak kusangka, Ibu mu itu sangat cantik. Kalau aku memiliki ibu secantik itu, aku pasti sangat senang"

"Aku malah tidak menyukainya" jawab Sasuke sambil mendengus.

"Apa? Kau… wanita selembut dan secantik itu, tapi malah kau benci. Kau benar-benar makhluk paling freaks yang pernah ku temui" Sasuke tidak menanggapi ocehan dari Naruto.

Sakura datang dengan membawa suguhan dan di hidangkan pada Sasuke dan Naruto.

Namun di saat bersamaan, Naruto sesekali mencuri pandang pada Sakura, saat Sakura sedang sibuk menghidangkan makanan. Sasuke cuma menatap malas melihat tingkah sahabatnya.

"Dia benar-benar cantik Sasuke" sedikit berbisik Naruto pada Sasuke.

Sasuke cuma mendecih, "Jadi kau kesini ingin melihat wanita itu?"

Naruto terkekeh mendengar nada kekesalan dari Sasuke.

SSS

"Baiklah Sasuke aku pulang" merasa kalau semua keperluannya sudah selesai Naruto segera minta pamit.

"Terserahlah! Tunggu! Aku ikut denganmu"

"Tunggu Sasuke, kau tidak boleh pergi" suara lembut menghentikan langkah Sasuke.

Sasuke balas menatap pada Sakura yang baru saja melarangnya. Makin kesal sajalah Sasuke. Sepertinya kehadiran Sakura akan menghalangi kebebasannya.

"Baiklah Sasuke, sebaiknya kau memang di rumah, ayahmu sedang pergi, Bibi Sakura pasti sendirian di rumah. Sebaiknya kau menemaninya" Naruto melangkahkan kaki meninggalkan Sasuke yang masih kesal.

Selepas Naruto pergi, Sasuke menatap tajam pada Sakura.

Sasuke memperdengarkan geramannya, ia sudah cukup merasa kesal karena kehadiran wanita itu. Sekarang wanita itu pun mulai mengaturnya. Kesalnya pun makin menjadi-jadi.

Sampai makan malam pun Sasuke dan Sakura masih diam.

"Sasuke, maaf ulahku tadi. Hanya saja…"

"Kau bukan ibuku. Dan berhentilah melarang-larangku" balas Sasuke dengan nada datarnya, seperti biasa.

Sasuke masih sempat melihat bagaimana Sakura menggigit bibirnya. Sasuke juga melihat setitik cairan bening menggenang di sudut mata Sakura.

"Aku tidak pernah meminta kau menghormatiku, Sasuke. Aku hanya ingin kau mengakuiku" suara Sakura sedikit agak serak.

"Mengakui sebagai apa?"

"Bagian dari keluargamu. Aku tidak meminta kau menganggapku ibu. Bahkan aku tidak keberatan kau menganggapku sebagai kakakmu"

Sasuke diam. Ia bingung harus menanggapi apa lagi.

"Tapi aku adalah isteri ayahmu. Aku ini…"

"Apakah kau pantas menjadi ibuku?" potong Sasuke.

"aku memang tidak pantas jadi ibumu, satu-satunya wanita yang pantas adalah orang yang melahirkanmu. Tapi aku hanya ingin menjalankan peranku, sebagai seorang ibu. Apa itu salah" Sakura menyeka air matanya. Terlalu sakit ia rasakan mendapati kebencian Sasuke.

"Kalau begitu, jangan ganggu hidupuku"

"Tidak!" Suara Sakura meninggi, "Sekarang kau menjadi tanggungjawabku" tatapnya seakan-akan menantang Sasuke.

"Keras kepala" Sasuke berlalu begitu saja. Kemudian membanting pintu.

Lagi-lagi Sakura merasa tertohok oleh sikap Sasuke. Ia sendiri sudah berusaha untuk mendekati anak tirinya itu. Namun hasil yang ia dapat adalah tatapan dingin dengan rasa tidak suka.

Sasuke menadahkan kepalanya, ia sendiri merasa bersalah dan menyesal telah memaki wanita yang begitu tulus dan lembut seperti Sakura.

"Sasuke.. bangun. Ini sudah pagi. Bukankah kau harus…" seperti tidak terjadi sesuatu tadi malam. Sakura tetap menjalankan aktiitasnya seperti biasa. Dengan suara lembutnya ia membangunkan Sasuke.

"Berisik!" bentak Sasuke dari dalam kamarnya, tidak hanya itu, terdengar sesuatu di lempar ke pintu. "Untuk apa kau membangunkanku pagi-pagi"

"Tapi hari ini kau harus ke sekolah" balas Sakura.

"Hari ini libur, Bodoh!" Sasuke makin kasar dari dalam kamarnya.

Sasuke masih bisa mendengarkan samar-samar suara Sakura meminta maaf.

"Sebenarnya apa alasanmu membenci ibu tirimu, Sasuke?" ucapan Naruto pada percakapan semalam kembali melintas dalam memorinya.

"Arrggg" Sasuke merutuk. Ia mengacak-acak rambutnya, dan mengusap kasar wajahnya. Setiap kali menujukan kebenciannya pada Sakura, justeru setelahnya, Sasuke malah merasakan penyesalan yang sangat dalam.

Sasuke melangkah meninggalkan kamarnya, ia heran, Sakura biasanya berisik mengabaikan sikapnya yang menunjukan rasa benci, malah hilang.

Mata Sasuke membesar, tadi ia sempat mendengar kata 'pergi' dari Sakura meski samar-samar.

Sasuke segera berlari menuju dapur. Jangan-jangan Sakura pergi karena ia tidak pernah menunjukan rasa suka.

Sasuke berhenti di depan meja makan, ia melihat secarik kertas dan membaca isinya.

Sasuke menarik nafas lega, ternyata Sakura hanya pergi berbelanja.

Kesempatan sekarang bagi Sasuke, saatnya ia pergi, mumpung wanita menyebalkan itu sedang tidak ada.

"Naruto, kau ada di rumah?" seru Sasuke menelpon.

"Baiklah, aku akan kesana, mumpung wanita menyebalkan dan sok itu sedang tidak ada" Sasuke langsung menutup sambungan telpon.

Naruto segera menyodorka sebotol soft drink pada Sasuke yang kini sudah duduk di hadapannya.

"Sepertinya kau mulai frustasi pada ibu tirimu" Naruto mulai membuka suara.

"Entahlah" Sasuke mulai menenggak minuman hingga menyisakan setengah.

Naruto terkekeh mendengar desahan sahabatnya itu.

"Atau kau saja yang bodoh. Bibi Sakura itu sangat lembut dan sopan dalam bertutur. Aku tidak tahu menilai karena mungkin tidak tinggal serumah dengannya. Tapi penilaianku ini tidak salah bukan?"

Sasuke diam, ia memang membenarakan ucapan Naruto. Sasuke sendiri tidak tahu kenapa ia selalu menunjukan rasa tidak sukanya. Dalam hati Sasuke, sikap Sakura mengingatkan ia pada seseorang. Angannya melayang ke masa lalunya, bagaimana sifat ibunya yang begitu menyayangi bahkan terkesan memanjakan Sasuke. Sikapnya selalu lembut dan selalu tersenyum, sama seperti sikap Sakura saat ini. Tapi seperti sebuah mimpi buruk, ia mendengar ayahnya berbicara dengan nada keras pada ibunya. Dan tidak menunggu lama, beberapa hari kemudian ia harus merelakan menyaksikan orang tuanya bercerai.

"Teme.."

"Ada apa" sedikit kesal.

"Kau diam"

"Sudahlah aku mau pulang. Kau sama sekali tidak membantu" Sasuke segera berdiri dari tempatnya.

"Tunggu Sasuke" Naruto mengejar Sasuke, "Bagaimana kalau aku memanggilkanmu beberapa gadis, ayolah… temani aku, percayalah, gadis yang akan ku panggil benar-benar memiliki pelayanan yang hebat" Naruto mulai merengek pada Sasuke.

"Tidak" bentak Sasuke,

"Baiklah, akan ku panggilkan perawan" Sasuke melotot mendengar tawaran Naruto

"Tidak! Aku mau pulang. Panggil saja yang lain menemanimu. Dan sebentar lagi mau hujan"

"Yaaaah… kau benar-benar tidak asyik" akhirnya Naruto pasrah. Sasuke memang bukanlah pria yang mudah di bujuk

Belum terlalu jauh meninggalkan kediaman Naruto. Sasuke merasa kesal, mobilnya tiba-tiba saja mogok di tengah hujan begini. Pulang dengan angkutan umum sama sekali bukan gayanya.

Hujan masih turun dengan deras, Sasuke akhirnya memutuskan untuk bermalam di rumah Naruto.

Sasuke tiba-tiba menghentikan langkahnya yang tadi terburu-buru, tepat di depan pusat perbelanjaan. Ia melihat sosok surai merah muda yang sedang berdiri sambil memeluk tubuhnya karena kedinginan.

Sasuke mendecih begitu tahu siapa wanita itu, siapa lagi kalau bukan ibu tirinya.

Sasuke segera berlari menuju rumah Naruto yang memang terletak tidak jauh dari pusat perbelanjaan.

"Apa lagi Teme? Ada yang ketinggalan?" Naruto muncul.

"Aku ingin meminjam mobilmu" jawab Sasuke menunjukan kalau ia sangat butuh mobil, "Mobilku tiba-tiba mogok" imbuh Sasuke.

"Bermalam saja di sini" usul Naruto.

"Wanita menyebalkan itu…" Sasuke menghentikan ucapannya

"Ibu tirimu?" Naruto menautkan alis.

"Siapa lagi" Sasuke menoleh kearah pusat perbelanjaan.

Naruto tersenyum mengerti mengikuti arah pandangan Sasuke, "Ternyata kau peduli juga. Kukira tidak"

"Ck! Cepat!"

"Baiklah tuan pemaksa. Kau yang meminjam, kenapa kau yang marah-marah?" omel Naruto sambil masuk kedalam kediamannya.

Tak lama kemudian, Naruto keluar sambil menyodorkan kunci mobil.

Tanpa mengatakan satu apapun, Sasuke meraih kunci mobil dan meninggalkan Naruto.

Naruto yang sudah mengenal tabiat Sasuke Cuma bisa tersenyum menggeleng kepala, "Hati-hati Sasuke" entah apa maksudnya.

"Kau tidak perlu memberi tahu" balas Sasuke.

"Maksudku bukan hati-hati di jalan" teriak Naruto, saat Sasuke sudah menstarter mobilnya.

Sakura heran, tiba-tiba saja sebuah mobil berhenti didepannya tempat ia berdiri. Dan ia tambah heran ketika tahu siapa yang keluar dari mobil dan manatapnya. Sakura cukup senang karena ternyata yang keluar dari mobil adalah Sasuke.

"Ayo pulang" nada Sasuke mengajak terdengar malas-malasan. Meski begitu Sasuke tetap membuka jaketnya dan memakaikan pada Sakura.

"Terima kasih" balas Sakura perlahan namun tetap tersenyum.

Sasuke tidak menjawab, ia melangkah dan di ikuti Sakura.

Dan entah kenapa, bahkan Sasuke sendiri tidak tahu, atau memang tanpa sadar, Sasuke sendiri malah yang menenteng belanjaan Sakura. Tidak hanya itu pula, Sasuke juga malah membukakan pintu untuk Sakura dan membantu memasukan barang belanjaaan milik Sakura.

Suhu dingin di luar sangat berpengaruh terhadap suhu didalam mobil. Mau tidak mau Sasuke menyalakan penghangat, bukan untuk dirinya tapi untuk wanita yang berada di sampingnya.

Sasuke maupun Sakura masih mendiamkan satu sama lain di dalam mobil yang sedang melaju. Tapi tiba-tiba, Sasuke merasa ada yang janggal dengan laju mobil, ia mencoba menatap ke kaca spion.

"Shit!" Sakura menatap Sasuke yang tiba-tiba mengumpat di sampingnya.

Lagi-lagi Sasuke harus menepi, "Tunggulah disini" ucap Sasuke sambil keluar dari mobil. Di samping mobil, Sasuke menatap ban belakang yang ia anggap sebagai sumber masalah pada mobil. Dan lagi-lagi Sasuke merasakan kesialan. Ternyata ban mobil belakang kempes. Beruntung ternyata mobil itu memiliki ban serep.

Sasuke kembali masuk kedalam mobil dengan pakaian yang mulai basah karena hujan masih deras.

"Ada apa Sasuke?" Sakura mulai memberanikan diri berbicara pada Sasuke.

"Bannya kempes" Sasuke segera mengambil peralatan yang berada di jok belakang.

Sakura dari tadi mengamati Sasuke yang masih sibuk melalu kaca spion.

Sakura segera keluar dari mobil. Ia mendekati Sasuke dan menutupi kepala Sasuke dengan jaket milik Sasuke yang dari tadi ia kenakan.

Sasuke menghentikan pekerjaannya sesaat, "Kau bisa sakit" ujar Sakura.

"Kau sendiri? Segeralah masuk" pintah Sasuke kembali melanjutkan pekerjaanya. Sakura menurut.

"Pakai kembali ini!" Sasuke menyodorkan jaketnya, "Pemanasnya tidak cukup hangat"

"Tapi…" Sakura berhenti sesaat, ia ingin membantah. Ia melihat Sasuke sudah mulai kebasahan.

"Sudah terlanjur" Sakura tidak mau berdebat, ia memilih menuruti Sasuke

Sasuke masuk kedalam mobil dengan tubuh yang basah kuyup. Sambil menyetir mobil tampak kalau Sasuke sedikit gemetaran karena kedinginan.

"Maaf Sasuke"

"Untuk apa. Lagi pula itu tidak perlu" jawab Sasuke datar.

"Ini" Sakura lagi-lagi menyodorkan jaket milik Sasuke agar Sasuke memakainya. "Kau bisa masuk angin"

Sasuke menarik nafas, "Tidak berpengaruh. Pakailah"

Sakura kembali diam. Ia bisa melihat tangan Sasuke yang gemetaran karena kedinginan. Sementara mobil terus melaju, keduanya masih diam.

"Sebaiknya kamu istrahat sebentar, aku akan menyediakan air hangat untukmu" ujar Sakura yang mulai buka suara. Segera melangkah kedapur dan menyimpan barang belanjaannya.

"Tidak perlu"

"Kenapa? Kau bisa…"

"Bukan masalah"

"Kalau begitu, ganti pakaiannmu dan aku akan memasak makan malam"

Sasuke Cuma mengangguk perlahan meninggalkan Sakura.

Di kamar Sasuke tidur-tiduran di atas kasurnya. Kali ini ia masih terbayang-bayang kebersamaannya dengan Sakura barusan.

Ia kembali mendesah, seperti apa sebenarnya perasaan benci itu. Ia bingung, apakah ia membenci Sakura atau tidak. Jika memang membenci wanita itu, kenapa ia justeru merasa senang jika berdekatan dengan wanita itu. Atau apakah benar kata orang-orang, kalau benci dan cinta itu hanya beda tipis.

Sakura menggeleng keras, tidak mungkin ia jatuh cinta pada ibu tirinya. Di sekolahnya masih banyak gadis-gadis cantik yang ia bisa dapatkan dengan mudah. Tanpa harus membuat masalah.

Membuang pikiran anehnya yang timbul, ia segera menyambar handuk dan segera kekamar mandi yang ada di samping kamarnya.

Sakura sudah berdiri di depan pintu kamar Sasuke. Ia kelihatan ragu-untuk mengetuk pintu.

"Kalau ingin mengetuk, ketuk saja" suara Sasuke bukan muncul dari dalam, melainkan berasal dari sampingnya.

"Eh!" Sakura menoleh pada Sasuke yang baru saja mandi dan hanya berbalut sebuah handuk.

"Sasuke" Sakura mencoba tersenyum. "Kau pasti belum makan, sebaiknya kau makanlah, aku sudah memasak untukmu"

Lagi-lagi Sasuke harus seperti luluh, setiap kali senyum dari bibir sensual itu merekah. Sasuke sebenarnya mencoba menjauh, bukan menjauhi Sakura, melainkan ada suatu hal. Perasaan anehnya yang ia coba tampik.

Sasuke dan Sakura kini hanya berdua menghadapi makan malam, Fugaku masih belum pulang.

"Maaf" ucapan Sasuke yang sama sekali belum menyentuh makanannya.

"Eh! Untuk apa" Sakura malah kebingungan menatap Sasuke, karena tiba-tiba saja Sasuke meminta maaf.

"Karena selalu berkata kasar padamu" jawab Sasuke.

"Tidak apa-apa Sasuke. Aku mengerti" jawab Sakura sambil menyendok lauk ke piring Sasuke.

"Kau tidaklah mengerti" balas Sasuke masih menatap Sakura yang masih sibuk mengambil makanan.

Sakura tersenyum menatap Sasuke di depannya, "Aku mengerti Sasuke, sangat! Sudahlah, kalau memang kau ingin maaf dariku, iya aku memaafkanmu. Nah, makanlah" lagi-lagi nada lembut itu makin mengguncang isi hati Sasuke. Memancing perasaan hangat dan membuat kebekuannya mencair.

Senyum tipis yang di tunjukan Sasuke, justeru membuat Sakura juga terkesima. Malahan wajahnya merona.

Sasuke menghentikan langkahnya di depan kamar ayahnya yang terbuka lebar.

"He…he.. he" tedengar kekekahan Sakura dari dalam.

"Tidak kok. Anak ku itu baik. Bahkan ia sangat penurut" mata Sasuke membulat. Ia yang pernah atau lebih tepatnya sering berkata kasar pada Sakura. Tapi malah ibu tirinya itu berbicara yang baik-baik tentangnya.

"Benar sekali" Sasuke menajamkan pendengarannya, "Kau tahu, aku bangga pada Sasuke. Dia sangat tampan, aku yakin banyak gadis yang bersedia antri untuk di ajak kencan"

"Aha..ha,,ha… anakku itu sangat tampan. Ia pasti punya pacar yang sangat cantik. Percayalah, kalau kau melihatnya, kau pasti akan lupa pada suamimu. Eitss, aku tidak akan mengizinkanmu menggoda dia"

Anakku? Lagi-lagi Sasuke kena. Sakura tidak menyebutnya dengan embel-embel 'anak tiri'. Sasuke menarik nafasnya yang terasa berat. Wanita itu tenyata…, Sasuke sendiri sudah tidak bisa lagi mendefinisikan kebaikan dan ketulusan Sakura.

Untuk kali ini Sasuke sangat berharap agar Sakura berbicara buruk tentangnya, sebagai balasan yang pantas atas sikapnya yang kasar pada Sakura alias ibu tirinya.

"Udahan yah, Ino. Sebentar lagi Fugaku pulang" Sasuke buru-buru meninggalkan tempatnya. Sebelum itu ia masih sempat mendengarkan tawa Sakura sebelum menutup teleponnya.

Tidak lama kemudian, terdengar suara klakson mobil memasuki pekarangan. Itu sudah bisa di pastikan kalau yang baru datang adalah Fugaku.

"Tadaimaa.."

"Okaeri…" Sakura menyambut di depan pintu. Tidak ketinggalan pula, Sakura segera melingkarkan tangannya di leher Fugaku, lalu sebuah kecupan manis mendarat di bibir Fugaku.

Dada Sasuke kontan bergemuruh melihat adegan yang ada di depannya. Sejak ia menghilangkan ketidak sukaannya pada Sakura. Ia selalu merasa ingin dekat dengan Sakura. Dan kali ini ia menyadari, kalau dadanya bergemuruh, bukan karena adegan yang membuat canggung jika melihat ada yang berciuman seperti tadi. Tapi dadanya bergemuruh karena ia menyadari kalau ia cemburu. Tapi pantaskah ia cemburu pada ayahnya, sementara Sakura itu adalah istri ayahnya.

Tidak mampu lagi menahan gejolaknya melihat Sakura dan ayahnya, Sasuke memilih meninggalkan tempat dan menyendiri lagi di kamarnya. Sasuke juga berharap agar ayahnya itu tidak perlu pulang secepat ini.

"Apakah pekerjaanmu segitu mendesak sampai kau harus buru-buru berangkat lagi? Kau baru tiga hari berada di sini, tapi.." Sakura tidak melanjutkan ucapannya. Ia menundukan kepala.

Fugaku tersenyum melihat isterinya yang begitu cantik, namun sangat pandai mengubah suasana. Sejak mengenal lalu menikah dengan Sakura, Fugaku merasa kalau ia begitu sangat senang, karena ia berasa pria yang perhatian. Ia merasa adalah orang yang begitu penting dan merasa di hargai karena sikap Sakura yang seolah-olah bergantung padanya.

Fugaku mengacak surai sakura, "Aku akan secepatnya pulang"

"Kapan" suara Sakura makin lirih. Fugaku malah menggeleng kepala, gemas melihat tingkah isterinya.

"Sekitar tiga minggu lagi"

"Janji ya" Sakura segera merapikan pakaian Fugaku.

"Sakura, aku berangkat. Baik-baiklah dengan Sasuke"

Sakura tesenyum mengangguk, "Tidak perlu, dia memang anak baik" lagi-lagi mendengar Sakura berbicara baik-baik tentangnya, membuat Sasuke makin merasa menyesal atas perlakuan dan anggapannya pada Sakura.

Posisi Sasuke yang memandang agak jauh tapi tidak di ketahui oleh orang tuanya.

"Dia itu anak keras kepala" mata Sasuke membulat. Ayah macam apa yang berbicara buruk tentang anaknya?

Dada Sasuke makin bergemuruh, sebelum berangkat, Sasuke masih melihat ayahnya melumat bibir Sakura. Sasuke sendiri tidak tahu, kenapa ia justeru panas dingin dan malah menggeram.

Selepas Fugaku pergi, Sakura masuk kembali kedalam rumah dengan senyum yang selalu menghiasi bibirnya, seperti biasa.

"Sasuke" sapa Sakura lembut, "Kamu belum berangkat sekolah? Atau mau ku temani?"

"Berhentilah berlaku lembut padaku!" Sakura tersentak mendapat bentakan Sasuke. Kenapa lagi dengan Sasuke. Bukannya Sasuke dan dirinya sudah baikan, meski tidak bisa di katakan dekat, tapi setidaknya, Sasuke menanggapinya dengan wajar.

Sebelumnya Sasuke yang sudah mulai menurut, mau mendengarkan ucapannya. Bahkan Sasuke juga sering meminta izin padanya jika hendak keluar.

Dan semua itu membuat Sakura senang. Tapi kali ini sikap Sasuke berubah kembali seperti kali pertama ia menjejakkan kaki di rumah ini.

"Maaf Sasuke" mata Sakura mulai berkaca-kaca, ia menggigit bibirnya mendapati perlakuan kasar Sasuke, "Kenapa.. hiks..hiks…" Sakura sudah tidak tahan lagi, ia menangis di hadapan Sasuke.

"Arrggg" Sasuke menggeram sambil meremas rambutnya, "Kau ingin tahu kenapa? Karena aku menyukaimu" Sasuke menatap tajam Sakura.

Jantung Sakura seperti berhenti berdetak, mendengar ucapan Sasuke. "A… apa maksudmu" Sakura juga menyadari maksud Sasuke. Hanya saja karena kebingungan, ia malah menanyakan pertanyaan yang sebenarnya ia sudah tahu.

"Brengsek! Aku sudah tidak tahan…"

"Kyaaaa…"

Sakura menjerit kaget saat Sasuke menarik Sakura kedalam pelukannya. Tidak sampai di situ, Sasuke segera mendorong Sakura masuk kedalam kamar milik ayahnya.

"Hentikan Sasuke, apa yang kau lakukan?! Sadarlah Sasuke…" Sakura yakin hal apa yang akan Sasuke lakukan padanya, apa lagi pernyataan suka dari Sasuke yang baru saja ia dengar.

"Jangan Sasuke, ku mohon, demi Tuhan.. aku ini isteri ayahmu.. hentikan" Sakura belum mau terus berontak dalam himpitan Sasuke. Tidak hanya itu, Sakura juga memukul-mukulkan tangannya sembarangan. Kedua kakinya juga asal menendang.

Setelah agak lama memberontak, Sakura akhirnya berhenti memberontak. Sasuke bisa melihat wajah Sakura yang memohon agar Sasuke menyadari siapa mereka berdua. Air mata Sakura sudah mengalir dari tadi. Tapi pada akhirnya Sakura melemah. Entah karena kelelahan atau memang sudah pasrah pada nasibnya atau karena alasan lain.

Melihat Sakura sudah tidak memberontak lagi, Sasuke melucuti secara paksa semua pakaian Sakura dan langsung meremas kedua payudara Sakura yang masih berbalut BRA dengan penuh nafsu.

Tak lama kemudian, Sasuke mulai membekap mulut sakura dengan mulutnya. Awalnya Sakura merapatkan bibirnya, tapi karena merasa sesak, ia membuka mulut dan membiarkan Sasuke menjelajahi semua ruang di mulutnya.

Sakura hanya bisa menerima perlakuan Sasuke dengan linangan air matanya yang tidak berhenti mengalir.

Sasuke melepas celana dalam Sakura sebagai pakaian terakhir. Sehingga Sakura telanjang bulat. Melihat Sakura yang sudah bugil, birahi Sasuke bangkit. Ia tidak menyia-nyiakan waktu. Maka lidah Sasuke menjilat-jilat vagina Sakura. Puas menikmati cairan Sakura. Sasuke mengalihkan ke perut, lalu ke payudara secara bergantian

Sasuke sudah tidak bisa menahan diri lebih lama lagi. Ia melucuti pakaiannya sendiri. Sakura Cuma bisa memejamkan mata melihat senjata Sasuke sudah mulai bertambah ukuran itu. Ia masih berusaha memohon agar Sasuke tidak melanjutkan perbuatanya.

"Aaaaargghh hu..hu…hu.." Sakura menjerit kesakitan, saat Sasuke sudah memasukan penisnya secara paksa ke dalam liang Sakura.

Sakura menangis sejadi-jadinya, tapi Sasuke tidak peduli. Ia mulai memompa penisnya keluar masuk dengan kecepatan sedang ia ingin menikmati setiap pergesekan kelaminnya di dinding vagina Sakura.

Perasaan Sakura kali ini benar-benar hancur. Ia adalah seorang isteri, tapi kini penis lain telah memasuki tubuhnya. Airmatanya makin deras mengalir. Tak menyangkah, kehormatannya sebagai seorang isteri telah di nodai oleh anak tirinya sendiri.

Sasuke menggeram kenikmatan, vagina Sakura yang terasa masih seret itu menambah rasa nikmat pada kepala penisnya. Ia tidak menyangkah, Sakura yang sudah menikah dua kali itu. Ternyata memiliki vagina yang serapat itu mencengkram.

Sementara Sakura merintih kesakitan di bawah Sasuke, Sasuke justeru maskin mempercepat memompa pinggulnya. Tidak di pedulikannya perasaan Sakura, nafsunya yang sudah di ubun-ubun membuat ia seperti lupa segalanya

Sasuke mulai menambah kecepatan ritme dorongan pinggulnya. Sementara Sakura makin menggelinjang merasakan kesakitan di area kewanitaannya.

"Cukup Sasuke… jangan… sakit.. " Sakura merintih makin mencengkeram seprei di bawahnya. Wajahnya yang cantik dan bibirnya yang seksi justeru menambah daya rangsang Sasuke.

"Sakura… ouh.." Sasuke menambah temponya.

"Sasuke, jangan…" melihat ekspresi Sasuke yang sedikit berubah wajahnya kelihatan panik, ia yakin Sasuke akan berejakulasi. Dan ia tak ingin Sasuke menumpahkan benihnya kedalam rahimnya

"Aaakhh.." Mata Sakura melotot. Ia merasakan semprotan cairan hangat dan kental yang banyak memenuhi peranakannya. Bahkan sudah ada yang meleleh keluar karena rahimnya tidak bisa lagi menampung cairan hangat yang demikian banyak.

Sakura makin menambah suara tangisannya.

Sasuke mulai memperlambat goyangan pinggulnya. Menikmati sisa-sisa orgasmenya yang begitu hebat.

Perlahan Sasuke mencabut penisnya.

Melihat Sasuke sudah lega karena sudah melampiaskan hasratnya.

Plakk!

Sakura mendorong dan menampar Sasuke, "Kamu bajingan!" Sakura lalu membelakangi Sasuke sambil memeluk dirinya. Suara tangisannya masih di perdengarkan.

Rasa sakit di selangkangnya dan perasaannya yang hancur seperti melengkapi penderitaan Sakura pagi itu.

Melihat Sakura yang menangis sendu seperti itu, tak ayal muncul rasa sesal di dalam hati Sasuke.

"Maaf!" jelas nada sesal keluar dari mulut Sasuke. Tapi bagi Sakura semua sudah terlambat. Ia tidak akan memaafkan lagi Sasuke.

"Kamu memang bajingan Sasuke, kau bukan manusia, kau bintang rendah.. hisk..hiks.." sekian lama Sakura masih menangis ia tidak berhenti memaki-maki Sasuke.

Sasuke berkali-kali mencoba memeluk Sakura, tapi di tepis dengan makian oleh Sakura.

"Ini semua salahmu" mungkin sudah menyerah karena cukup lama ia berusaha menghibur Sakura tapi tidak memberikan hasil. Sakura terus menerus menangis sambil memaki dirinya.

"Yah! Ini Salahmu" Nada Sasuke sedikit di tinggikan, "Aku sudah berusaha menjauhimu. Karena tanpa ku sadari kalau aku mencintaimu. Tapi kau malah selalu mendekatiku. Kalau ada yang salah maka kaulah orangnya"

Tangisan Sakura berhenti sesaat, mendengar penuturan Sasuke. Kemudian ia melanjutkan tangisannya. Kini penyesalannya bertambah, cinta Sasuke salah tempat.

"Keluar dari kamarku, bajingan!" bentak Sakura.

Awalnya Sasuke menolak, ia malah memeluk Sakura dan mengucapkan kata cinta. Namun Sakura malah makin memberontak dan memaki-maki. Dan akhirnya Sasuke mengalah.

Ia melangkah meninggalkan Sakura juga dengan perasaan hancur karena perasaaannya di tolak mentah-mentah oleh Sakura. Bahkan wanita yang di cintainya itu, kini sangat membencinya. Dan ternyata rasanya sangat menyakitkan

Seharian Sakura tidak keluar dari kamarnya. Ia sangat terpukul. Berkali-kali deringan HP Sasuke yang tertinggal pun ia abaikan. Bukan hanya milik Sasuke, tapi HP nya juga sudah berdering berkali-kali. Kadang miliknya, kadang juga milik Sasuke, tapi lebih sering berbunyi bersamaan.

Sakura dengan tangan gemetaran meraih ponselnya, di layarnya terlihat ino memanggil.

"Hey Jidad, dari tadi aku menelponmu tahu. Apa saja yang kau lakukan, Huh!"

"Ino… hiks…hiks…"

"Sa..Sakura, kau kenapa?" jelas sekali nada khawatir Ino terdengar.

"Dia.. hiks.. bocah bajingan itu.. dia memperkosaku Ino… hiks..hiks…"

"Siapa"

"Sa..Sasuke… hu..hu..hu.."

Ino tidak langsung menjawab. Jelas sekali kalau ia sangat kaget dan juga ikut prihatin pada sahabatnya.

"Sakura.." suara pelan Ino, "Jangan kemana-mana, seteleh pekerjaanku selesai sebentar, aku akan ke sana. Tetap tenang ya"

"Hiks..hiks… Terima kasih Ino" Sakura menutup telepon.

Setidaknya ia sedikit lega mengeluarkan keluhnya pada sahabatnya, dan yang sekarang Sakura butuhkan adalah seseorang yang akan menghibur hatinya. Dan orang itu mungkin adalah sahabatnya.

Sakura menguatkan diri untuk bangun dan meninggalkan kamarnya. Sakura langsung melangkah ke kamar mandi. Tubuhnya terasa sakit, terutama pada area selangkangnya.

Di dalam kamar mandi, ia lagi-lagi menangis menatapi vaginanya yang tadi pagi di kerjai oleh Sasuke. Ia tidak membayangkan jika Fugaku, suaminya tahu kalau vaginanya sudah di masuki oleh pria lain, padahal statusnya adalah isteri.

Sakura yang menangis terisak-isak mulai membasuh tubuhnya, terutama area selangkangnya, seakan tidak ingin kalau masih ada benih Sasuke itu tersisa di dalam tubuhnya.

Sakura kembali melangkah dalam kondisi tubuh yang lemah. Rasa sakit dan kelaparan membuat ia seperti itu.

Tangisan Sakura memang sudah mulai berhenti kecuali tersisa sesenggukan. Tanpa sengaja, ia milihat layar HP Sasuke yang sedari tadi tidak berhenti berdering dengan nada yang berbeda, itu di pastikan kalau panggilan dan SMS silih berganti masuk.

Sakura dengan tangan yang gemetaran, mencoba melihat layar ponsel Sasuke. Puluhan SMS dan missed call tertera di layar.

Ia sangat penasaran dengan panggilan masuk dengan nama yang tertera 'Dobe'. Dia sempat melihat nama itulah yang paling sering melakukan panggilan masuk.

Sakura mulai menganngkat telepon, "Woi… Sasu Teme… kemana saja kau. Hari ini kau tidak masuk, dan aku menelponmu berkali-kali. Kenapa sekarang baru di angkat, Huh!" suara di seberang telepon yang nampak kalau Sakura kenal suara itu.

Sakura makin kaget, ternyata Sasuke tidak masuk sekolah. Jadi dari tadi ia pergi begitu saja. Tapi kemana? Entah kenapa terbesit rasa khawatir dari Sakura. Meski ia sudah mengatakan kalau ia sangat membenci Sasuke. Tapi di hatinya paling dalam, ia menyangkal kebenciannya.

Sakura kembali mengingat-ingat ucapan Sasuke sebelum pergi. Ia mengaku kalau ketidak sukaannya selama ini yang Sasuke tunjukan, ternyata semata-mata agar perasaan sukanya hilang. Tapi seperti yang sudah-sudah, Sakura malah mendekati Sasuke.

Dan tampaknya Sakura juga mulai tidak bisa menampik, ada rasa yang berbeda, kenapa ia selalu ingin Sasuke di dekatnya.

Sakura juga tidak memahami alasan sebenarnya, kenapa ia bisa merasa sakit ketika Sasuke menujukan ketidak sukaannya.

"Temee…" kembali teriakan di seberang telepon membuyarkan lamunan Sakura.

"I…iya…" Sakura mencoba menjawab, suaranya terdengar serak karena kebanyakan menangis.

"Bibi Sakura. Apa yang terjadi dengan Sasuke. Hari ini ulangan, tapi kenapa ia malah tidak masuk. Tidak biasanya Sasuke membolos. Apa ia sakit?"

Sakura menggigit bibirnya, ia bingung harus menjawab apa. Dan dalam hatinya ada rasa bersalah, ia yakin Sasuke pasti sudah… Bermacam-macam anggapan Sakura tentang Sasuke melintas dalam pikirannya. Bahkan Sakura sampai membayangkan Sasuke bunuh diri karena di usir oleh Sakura yang notabenenya Sasuke cintai.

Sakura menggeleng kepala. Ia tidak mau membayangkan Sasuke yang bukan-bukan.

"Bibi"

"Tadi Sasuke sudah berangkat" kali ini selain terdengar serak, nada khawatir malah terdengar, "dia juga belum pulang, menurutmu kemana Sasuke"

"Aduh! Aku juga tidak tahu, Bi. Sasuke tida mempunyai tempat tongkrongan. Aku sudah menghubungi yang lain, tapi semuanya menjawab tidak tahu"

"Baiklah Naruto, aku akan mencarinya. Dan bibi juga minta tolong, bantulah bibi menemukan Sasuke"

Sakura tanpa menunggu jawaban Naruto, segera menutup telepon. Entah kenapa Sakura malah makin merasa bersalah, ia juga menyadari kalau makiannya pada Sasuke, teramat pedas, dan itu pasti menyakiti Sasuke.

Sakura bergegas meinggalkan rumah, ia lupa rasa sakit hatinya karena di perkosa oleh Sasuke. Sekarang yang ada dalam pikirannya adalah mudah-mudahan Sasuke baik-baik saja.

"Sakura, Kau dimana, aku akan ke tempatmu"

"Jangan dulu, Ino. Aku tidak ada di rumah. Aku mencari Sasuke" Ino heran, tadinya Sakura bernada sedih sekarang malah khawatir.

"Hah!"

"Sasuke, entah pergi kemana. Dari tadi pergi, maksudku sejak pagi dan belum pulang dan juga belum ada kabarnya. Bahkan teman-temannya tidak ada yang tahu. Sudah ya Ino, aku mencari Sasuke"

Mulut Ino terbuka, mendengar Sakura malah khawatir tentang Sasuke. Padahal sebelumnya ia menangis pilu dan menyatakan kebenciannya pada Sasuke.

"Dasar Jidad, kau belum menyadari kalau kau juga jatuh cinta pada anak tirimu, huh!" gumam Ino.

TO BE CONTINUE

.

.

.

Yeeeyyy.. semester baru berlangsung lagi.. sepertinya siap-siap lagi nih fight di kampus.

Yosha..padahal maunya cuma one shoot, tapi karena sudah kepanjangan udah 5K. ya udah deh di putuskan jadi twoshoot.

Sebenarnya ini cuma fict pengantar, makanya alurnya di buat cepat.

Tunggu aja yah..

Coming Soon – Ninja Pengembara Season 2 : Revenge