I know your name.

I know your age.

I know your family.

I know everything about you.

.

.

Aku selalu dapat melihatnya disana. Duduk diam, menatap entah kemana arah pandangnya dengan mata sayunya yang memikat itu.

Aku tidak tahu mengapa ia selalu duduk di kursi taman di bawah pohon ek tua itu, atau duduk di ayunan kayu kecil dengan angin semilir yang menerpa tubuhnya.

Aku bahkan tidak mengetahui namanya sama sekali, walaupun aku sedikit tertarik dengannya. Ia begitu menarik dengan kulit putih pucatnya yang bersinar di bawah terpaan sinar matahari.

Aku pernah bertaruh pada temanku untuk berbicara padanya.

Hoseok, temanku kalah dalam taruhan itu. Pada akhirnya, ia menghampiri lelaki itu dan bertanya.

"Apa yang kau lakukan disini? Aku melihatmu setiap hari di taman ini."

"Aku menunggu."

"Menunggu?"

"Menunggunya."

"Ngg, baiklah. Lalu, siapa namamu?"

"Ku rasa kita tidak perlu tahu namamu, dan begitu juga sebaliknya. Jadi, kita bisa menjaga perasaan masing-masing dari diri kita sendiri."

"Maksudmu?"

"Aku hanya memberitahukan namaku...untuknya."

Hoseok berlalu dari lelaki itu dengan perpisahan yang canggung. Lalu ia datang menghampiriku kembali, dan menceritakan semuanya padaku. Aku bahkan tidak mengerti dengan apa yang dimaksud lelaki itu. Yang aku tahu, lelaki manis itu menunggu seseorang yang begitu ia sukai.

Sampai suatu hari, ketika aku sedang berlatih skateboard seperti hari-hari biasanya selama beberapa bulan terakhir ini. Hujan turun begitu deras dengan tiba-tiba, dengan langit yang begitu gelap menakutkan dan juga kilat yang mewarnai awan yang begitu pekat itu.

Aku melihatnya tidak bergerak sedikitpun dari tempatnya. Aku tidak mengerti apa maksud dari lelaki itu. Ia hanya diam, dengan kepalanya yang tetap memandang lurus ke depan tanpa mempedulikan tetesan hujan yang begitu deras menghantam.

"Hoseok! Bawa skateboardku, aku akan menyusul!" Ucapku pada Hoseok, dan melemparkan papan luncur kesayanganku itu padanya.

Walau Hoseok tidak mengerti dengan apa yang aku lakukan, namun ia tetap menurutinya. Hoseok segera berlari keluar dari taman, dan berteduh di depan kedai ramen yang tutup.

Sedangkan aku memilih untuk berlari menghampirinya yang masih setia duduk di bawah pohon ek tua. Tetap dalam dunianya sendiri.

"Ya! Apa yang kau lakukan? Ini hujan!"

Lelaki itu menolehkan kepalanya padaku, dan kami bertatapan. Ini pertama kalinya kami bertatapan. Aku memandang netra memikat itu. Ada suatu pancaran yang tidak dapat dijelaskan dari pandangan sayunya.

"Aku menyukai hujan." Jawabnya sangat pelan tertutup suara deras air.

"Kau bisa sakit!"

Pada akhirnya, entah keberanian darimana. Aku menggendongnya dari tempat duduknya semula. Berlari melintasi taman, dengan hujan deras sebagai pelengkapnya.

"Namaku Min Yoongi."

…

TBC or END?

Hello~ voodoo bawain prolog nih'-') kira-kira ada yang tertarik gak? Voodoo mau liat reviewnya aja dulu~ kkk~ kalo cuma dikit yang berminat…nanti liat aja deh pokoknya! Kkk~

Sampai sini aja dulu ya'-')/ pai-pai~~

Mind to review, fav and follow my story, please?

cute voodoo