Fanfiction ini sudah pernah diposting di wordpress temenku dengan judul yang sama jadi ini sama sekali bukan plagiat.

I own this fic, plagiat and repost not allowed!

This is a Omegaverse fic, yang belum terlalu tahu tentang genre ini aku kasih penjelasannya dikit:

Alpha : golongan terkuat. Pemimpin klan dan matenya bisa omega / beta tapi biasanya mereka lebih memilih omega karena lebih mudah dikendalikan secara omega ga punya kekuatan. Meskipun terkuat tapi mereka punya semacam kasta yang menentukan posisi mereka. Jadi jangan heran kalau alpha jadi bawahan seorang alpha disini.

Beta : golongan terkuat kedua. Mereka cenderung lebih tenang dan mudah mengontrol emosi. Pihak yang cenderung netral dan jarang mengeluarkan kekuatan selama tak diperlukan.

Omega : golongan terlemah. Mereka memiliki peran sebagai pemuas nafsu dan penerus generasi karena hanya omega yang bisa melahirkan seorang bayi. Meskipun begitu, omega sering banged dianggap remeh karena omega terlihat seperti maaf pelacur maaf karena kesensitifan mereka terhadap sentuhan terutama dalam masa heat.

Heat : masa subur yang dialami oleh omega. Dalam fic ini aku kasih waktu 3 bulan sekali. Omega akan merasa puas ketika dia mendapatkan sebuah knot (semacam hubungan badan) dari alpha / beta. Mereka bisa berhubungan dengan alpha/beta manapun selama mereka belum diklaim.

Claim : proses dimana terjadi ikatan antara alpha-omega, beta-omega, alpha-beta(ini jarang terjadi) yang ditandai dengan digigitnya leher sang omega. Biasanya proses ini menimbulkan kesakitan dan setelahnya mereka menjadi mate / soulmate.

Soulmate / mate : belahan jiwa, you know lah. Setelah ditandai dan menandai mereka akan terikat. Mereka akan saling ketergantungan, sehari tanpa sentuhan dari sang mate akan membuat badan mereka lemah. Tapi bagi alpha yang hanya main-main menandai matenya efek samping(?) ini tidak berlaku.

Masa transisi : masa dimana seseorang naik tingkatan dari manusia biasa menjadi seorang alpha, beta ataupun omega. Biasanya terjadi pada umur 17 tahun dan posisi mereka tidak dapat diprediksi walau biasanya dapat dilihat dari garis keturunan.

Segitu penjelasannya kalau ada yang kurang ntar ditambahin. Sekali ini hanya FANFICTION jadi semua yang didalamnya hanya sebuah khayalan belaka. Don't take it serious.

.

.

.

Be With You

Author : Cloudye0705

Cast : Do Kyungsoo, Park Chanyeol, Oh Sehun, Kim Jongin and others

Genre : Fantasy, romance, angst

Rate : T

.

.

.

Chanyeol mengeratkan mantel lusuhnya mencari kehangatan ditengah-tengah Seoul yang sedang bermusim dingin. Kedua tangannya digosokkan demi mendapatkan tambahan kehangatan tapi seperti semua usahanya sia-sia. Dia masih kedinginan dan rasanya ingin cepat sampai dirumah.

Giginya bergemulutuk, menimbulkan suara yang hanya bisa didengar olehnya. Setidaknya dia merasa lebih baik mendengar suara yang dia hasilkan, dia tidak merasa sendiri ditengah suasana malam yang hampir mendekati tengah malam.

Chanyeol mempercepat langkah kakinya begitu melewati sebuah lorong yang hanya ada kegelapan didalamnya. Dia sudah mendengar banyak cerita dari tetangganya bagaimana seringnya ditemukan mayat dilorong itu. Entah korban pembunuhan, ataupun perkosaan.

Biasanya Chanyeol akan memutar jalan hanya untuk menghindari melewati lorong itu. Dia lebih memilih jalan yang lebih jauh dari rumah sewaannya tapi berhubung dia sudah hampir membeku maka tak ada jalan lain selain mengambil jalan melewati lorong, itu jalan tercepat menuju rumah sewaanya.

Chanyeol hanya bisa berdoa tak ada hal-hal aneh dilorong itu.

Tapi sepertinya doanya tak dikabulkan.

Demi penggorengannya Jongdae, suara apa itu.

Chanyeol bingung, antara masuk kelorong atau pergi.

Namja itu masih berdiri didepan lorong dengan kepala menengok kiri kanan dan tak menemukan seseorang.

Grrrrrr..

Chanyeol melonjak mendengar suara itu semakin keras.

Akhirnya dia memutuskan masuk.

Dalam keadaan seperti ini, dia hanya bisa merutuki posisi dirinya yang hanya sebagai seorang omega walau bentuk badannya sangat cocok sebagai alpha namun dia tidak bisa memilih takdir. Dia benci menjadi omega yang tak punya kekuatan dan dianggap rendah.

Dengan memasuki lorong dia harus siap-siap kalau besok pagi dia akan masuk koran dengan headline "ditemukan mayat akibat korban pembunuhan" dia tak akan kecewa. Setidaknya dia tahu suara apa yang dia dengar barusan.

Semoga bukan seorang alpha.

Karena demi apapun Chanyeol sangat membenci alpha, siapapun dan apapun keadaannya.

Chanyeol baru tahu kalau dilorong itu ada sebuah ruang lega yang berisi dengan tong sampah dan jangan tanyakan bagaimana baunya. Setelah melihat sekeliling dan tak menemukan sesuatu yang mencurigakan akhirnya Chanyeol memutuskan untuk pergi.

"Di...ngin.."

Tubuhnya menegang. Kalau tadi dia hanya mendengar rintihan sekarang dia mendengar suara seseorang.

Dengan keberanian yang yang tersisa, namja itu maju selangkah menuju pojokan sela tong sampah dan tembok. Untung saja ada sinar dari lampu di bangunan sebelah yang lumayan bisa diandalkan sebagai penerangan.

Mata coklat Chanyeol membola melihat seseorang terkulai lemas disana.

"Cho..chogiyo..gweanchana?" tanyanya dengan bibir gemetar.

Tak ada jawaban membuat Chanyeol semakin khawatir. Dia tak mau dijadikan headline besok dengan tulisan "seorang omega membunuh seorang manusia biasa disebuah lorong". Akhirnya dia memberanikan menggerakkan tangannya berniat menyentuh orang itu.

Dan betapa terkejutnya Chanyeol ketika jari-jari panjangnya melakukan kontak dengan kulit orang asing tersebut.

"Chogiyo kau membeku!" teriak Chanyeol panik. Namja itu bisa merasakan betapa dinginnya kulit orang itu. Meskipun dirinya kedinginan tapi dingin dari orang itu tak bisa membayangkan sudah berapa lama orang itu berada diluar.

Dengan mengesampingkan seluruh ketakutan yang ada Chanyeol mencoba memapah tubuh yang sudah lemah. Sekali lagi Chanyeol berjengit karena dingin yang dia rasakan dari tubuh yang tengah dipapahnya.

"Bertahanlah kumohon."

Itu kalimat terakhir yang bisa didengar oleh orang asing tersebut sebelum tak sadarkan diri.

...

Chanyeol pov.

"Aku tahu hyung, tapi dia terlihat harmless lagipula aku tak mencium bau alpha ditubuhnya." ucapku pada Kris hyung. Hari ini aku menelponnya untuk minta ijin tidak berangkat kerja karena tak mungkin aku meninggalkan namja yang masih terkulai lemas dikasurku.

"Tapi tetap saja kau harus berhati-hati. Bisa saja dia alpha tapi karena keadaannya seperti itu jadi baunya tak terdeteksi." suara Kris diseberang sana.

Aku mendesah lalu memijit kepalaku yang terasa pusing. "Nde." langsung kumatikan telpon. Kekhawatiran Kris hyung bukan tanpa sebab. Kami tahu betul dengan posisiku yang hanya sebagai omega aku harus hati-hati disetiap langkahku. Tidak seperti alpha ataupun beta yang memiliki kekuatan, omega hanyalah seorang budak seks bagi alpha ataupun beta. Untuk itulah aku benci menjadi omega.

Aku mengambil nampan dari dapur yang berisi bubur dan obat untuk namja itu. Untung saja semalam dia tak mendapat luka apa-apa hanya suhu tubuhnya saja yang diluar normal. Bayangkan saja aku sampai harus mengganti seluruh pakaiannya yang basah kuyup untuk membuat dia hangat, aku juga menggunakan semua selimutku untuk namja itu.

Aku tak bisa tidur semalam karena terlalu khawatir dengan keadaannya. Terlalu takut kalau nanti suhu tubuhnya tak kembali normal tapi untung saja perlahan-lahan tubuhnya kembali normal.

Aku hampir saja menjatuhkan nampan ketika melihat sepasang mata owl menatapku.

Dia bangun.

"Emm hai, kau sudah baikan?" dengan canggung aku mendekatinya setelah menaruh nampan dimeja samping kasur. Dia terlihat kesusahan saat akan menegakkan badannya lalu aku membantunya, memberi satu bantal di punggungnya agar dia lebih nyaman.

Tanganku menempel di keningnya untuk mengecek suhu tubuhnya. "Syukurlah suhu tubuhmu sudah normal." kataku. "Kau harus makan bubur ini lalu minum obatnya, hanya vitamin untuk mencegah kau sakit. Kau tahu semalam kau hampir membeku." kebiasaanku mulai lagi. Berbicara tanpa bisa berhenti, terkadang teman-temanku sampai menyumpal mulutku dengan makanan untuk menghentikanku bicara.

"Kau siapa?"

Aku berhenti meniup-niup satu sendok bubur ketika kudengar suaranya.

"Ahh aku lupa, namaku Chanyeol, Park Chanyeol. Semalam aku menemukanmu dilorong dekat rumahku lalu aku membawamu kesini." jelasku lengkap dengan senyuman lebar. "Sekarang buka mulutmu, aaaaa." dia menatapku ragu dan aku hanya bisa tertawa. Mata bulatnya sungguh lucu dan jangan lupakan pipi tembamnya. Kurasa dia bukan alpha, mungkin omega sepertiku. Penampilannya benar-benar tak mencerminkan seorang alpha.

"Makanlah, tenang saja ini rasanya enak kok." aku kembali tersenyum ketika dia mulai melahap bubur yang kubuat. Tak sampai 3 menit bubur itu habis, "wah sepertinya kau lapar ya?" dia tampak malu lalu menundukkan wajahnya. "Hei jangan malu, aku hanya bercanda. Sekarang minum vitamin ini." kali ini dia minum vitaminnya sendiri.

"Sekarang tidurlah, kau pasti masih lelah."

Dia menurut saja ketika kubantu merebahkan kembali tubuhnya.

"Chanyeol ssi," aku menatapnya yang sedang menatapku. "Khamsahamnida." kuberikan senyum terbaikku. "Gweanchana."

Aku berniat meninggalkan kamarnya tapi aku teringat sesuatu, "hei siapa namamu?" untung saja dia belum tertidur.

Dia terdiam, seperti memikirkan siapa namanya. Jangan bilang kalau dia bilang ingatan.

"Kyungsoo, Lee Kyungsoo."

Aku merasa lega karena setidaknya dia tak mengalami amnesia, bisa panjang urusannya kalau dia kehilangan ingatan.

"Baiklah, selamat tidur Kyung."

...

"Hyung tenang saja, dia tidak berbahaya kok." aku mencoba untuk menenangkan Kris hyung yang daritadi tidak henti-hentinya menanyakan tentang Kyungsoo.

Kris mendesah, "tapi tetap saja Channie, dia orang asing dan jangan yakin dulu kalau dia bukan seorang alpha. Bisa saja kan dia hanya belum melewati masa transisinya." jelas namja yang berperan sebagai bosku di restaurant tempat aku bekerja.

Aku terdiam, mencerna perkataan Kris hyung. Dia benar juga, sampai sekarang aku belum menanyakan tentang posisi Kyungsoo apakah dia alpha, beta ataupun omega. Aku cukup yakin dia omega sama sepertiku karena aku tak mencium bau alpha ditubuhnya tapi bisa saja kan dia belum melewati masa transisi seperti yang Kris katakan tadi. Melihat dari wajahnya dia sepertinya belum genap 17 tahun dimana biasanya masa transisi berlangsung.

"Jangan terlalu dipusingkan, aku hanya ingin kau waspada saja." Kris berkata sambil mengelus kepalaku. Dia lalu pergi menuju kantornya yang terletak dilantai 2.

Aku bukannya tidak waspada hanya saja melihat Kyungsoo rasanya semua ketakutanku hilang. Dia begitu polos dan lugu dan sama sekali tak ada wajah seorang alpha yang biasanya tegas dan berbadan besar. Kyungsoo berbeda, dia terlihat lemah dan sedih dan itu semua membuatku ingin menolongnya.

"Chanyeol, antarkan ini ke meja no 5."

Teriakan dari Jongdae, seorang koki dengan posisi beta membuyarkan lamunanku pada Kyungsoo.

"Nde." langsung saja aku ambil pesanan berupa pasta dengan susu coklat panas.

Dahiku berkerut, sepertinya aku tahu siapa yang memesan ini. Hanya dia yang akan memesan sebuah pasta dan coklat panas. Dan benar dugaanku, ketika aku sampai dimeja 5 aku melihatnya sedang melihat jalanan dari jendela restaurant.

"Silahkan pesanan Anda Tuan." sebisa mungkin aku berlaku sopan padanya. Walau bagaimanapun dia adalah tamu kami jadi aku tak mau berbuat ulah padanya walau dalam hati ingin sekali aku memukulnya. Dan terlebih aku mual mencium bau busuknya dari jarak sedekat ini.

"Aku merindukannya." aku akan beranjak pergi tapi dia menahanku dengan kalimatnya. "setiap kali kesini aku selalu berharap orang yang mengantar pesananku adalah dia lalu semua kenyataan ini adalah mimpi." ucapnya.

Aku berbalik, menatap penuh benci pada namja yang menundukkan kepalanya menatap pesanannya. "Kau pikir siapa yang bertanggung jawab atas semua ini?" tanyaku lantang.

"Siapa yang menyebabkan dia terbaring seperti orang mati disana selama 2 tahun?" emosiku mulai tak terkendali, "Aku hanya berharap dia segera bangun dan melupakanmu." namja itu mendongak lalu menatapku dengan kesedihan yang sama yang ada dimataku. "Aku tak perduli dia amnesia nantinya yang terpenting dia melupakanmu dan menemukan kebahagiannya."

Prank!

Semuanya terjadi begitu cepat. Meja sudah tak lagi pada tempatnya. Pasta dan coklat hangat itu kini telah menghiasi lantai. Jangan lupakan tubuhku yang terangkat keatas.

"Beraninya kau! Dia milikku dan dia tak boleh melupakanku." katanya dengan mata memerah.

Aku sama sekali tak takut dengan kenyataan ini, kenyataan kalau sekarang aku berada pada cengkraman seorang alpha yang sedang marah.

"Ada apa...Oh Tuhan!" suara Kris terdengar dari belakang. Kupikir semua penghuni restaurant ini sedang menonton kami. Tapi tentu saja mereka tak berani menolongku. Melawan seorang alpha yang sedang marah itu artinya kau bunuh diri.

Aku tersenyum licik, "kau pikir temanku akan menerimanmu setelah apa yang kau perbuat padanya? Dia tidak sebodoh yang kau pikir."

Aku mengernyit kesakitan saat kurasakan cengkramannya dileherku mengencang.

"Sehun, hentikan! Kau menyakiti Chanyeol." teriakan dari Kris sama sekali tak dia hiraukan. "Jongin tak akan suka kalau dia tahu kau melukai Chanyeol, Hun." aku bisa melihat matanya melunak mendengar satu nama yang diucapkan oleh Kris.

Buk.

"Uhuk uhuk,, sialan kau." umpatku saat dia membanting tubuhku dilantai. "Pergi kau! Aku tak mau melihat kau disini dan jangan pernah temui Jongin lagi. Kupastikan dia kan menendangmu ketika dia sadar nanti." teriakku sambil menatap penuh marah pada namja itu, Oh Sehun.

Dia menatapku sekilas sebelum memutuskan untuk pergi dari restaurant. Kejadiannya hampir selalu seperti ini ketika kami bertemu. Aku yang selalu memakinya dan dia yang selalu mengalah. Kalau dia mau, dia bisa membunuhku tadi, kemarin dan kemarinnya lagi. Tapi aku tahu dia tak mungkin melakukannya karena satu nama. Kim Jongin.

"Chanyeol, kau tak apa-apa?" tanya Kris sambil memapahku untuk pergi kebelakang.

Jongdae menatapku khawatir, "Chanyeol maafkan aku kalau aku tahu yang memesan adalah Sehun aku tak menyuruhmu untuk mengantar pesanannya."

"Justru aku harus berterima kasih padamuJongdae, berkat kau aku bisa memakinya hari ini." kuberikan dia senyumanku.

Aku hanya menurut ketika Kris membawaku kekantornya dan mulai mengobati leherku yang memerah. "kau harus menghentikan permusuhanmu dengan Sehun. Aku tak yakin dia bisa mengontrol emosinya dilain waktu."

Aku meringis merasakan perih dari alkohol yang ditempelkan dilukaku. Sial, kalau saja aku alpha sudah kupastikan Sehun mati ditanganku.

"Sampai kapanpun aku akan terus membencinya. Dia yang mengambil keluargaku satu-satunya. Awww,,ya Hyung bisa tidak sih pelan-pelan." mataku melotot pada Kris dan dia dengan tenangnya masih fokus pada lukaku. Tiba-tiba mataku beralih pada dua daging kenyal diwajah Kris, bibirnya.

"Cha selesai, sana kembali bekerja." kami saling menatap setelahnya.

"Hyung, heatku semakin dekat. Kau mau menbantuku kan?" dia mendekatkan wajahnya padaku lalu tanpa disuruh kedua mataku menutup untuk menyambut bibirnya. Ini bukan pertama kalinya kami berciuman. Menjadi seorang omega berarti kau juga harus mau menerima sentuhan dengan sangat baik terutama dalam masa heat yang terjadi 3 bulan sekali. Biasanya aku mengalami heat selama 2-3 hari dan Kris adalah salah satu orang yang membantuku. Dia seorang beta, sama seperti Jongdae tapi aku lebih dekatnya dan lebih percaya denganya. Dia orang pertama yang menyentuhku di heat pertamaku pada saat masa transisiku 2 tahun yang lalu. Walau bukan hanya dia seorang yang pernah menyentuhku tapi dia yang paling sering. Terdengar murahan bukan? seperti itulah omega.

"Tentu." jawabnya setelah melepas ciuman kami. Dia kemudian memelukku.

Aku nyaman dengannya dan bisa kukatakan dia juga memandangku lebih dari seorang teman. Tapi aku tak akan sebodoh Jongin yang percaya pada soulmate.

"Chanyeol, aku ingin mengklaimmu." katanya yang terdengar tak begitu jelas karena kepalanya kini berada diceruk leherku.

"Hyung aku sudah bilang padamu sampai kapanpun aku tak mau diklaim oleh siapapun. Tidak alpha ataupun beta. " karena saat diklaim maka seorang omega akan menjadi mate orang itu. Dia hanya boleh disentuh oleh matenya. Itu berlaku bagi omega karena pada kenyataanya alpha ataupun beta yang mempunyai mate masih bisa menyentuh omega lain.

Bodoh.

Aku tak mau menjadi seperti si bodoh itu.

Aku tak mau berakhir seperti Jongin.

...

Author pov.

Diruangan yang terletak disebuah mansion mewah terdapat laki-laki paruh baya dengan wajah penuh amarah.

"Bagaimana bisa dia kabur? Kalian benar-benar tak berguna." bentaknya pada 2 orang alpha yang bekerja sebagai bawahannya. "kalian benar-benar bodoh. Dia bahkan belum masuk masa transisi dan kalian dengan mudah dikalahkan olehnya." lanjutnya kemudian.

Pintu diruangan itu terbuka menampilkan seorang alpha muda dengan rambut pirang berponi pinggir. "Paman memanggilku?" tanya alpha itu.

"Junmyeon, adikmu menghilang." mata alpha itu membulat mendengar apa yang dikatakan oleh pamannya. "Bagaimana bisa?" tanyanya yang dijawab oleh geraman dari si paman "ini semua salah dua orang ini. Mereka tak becus menjaga anakku."

Junmyeon memandang sekilas pada bawahan pamannya yang sudah bekerja padanya bertahun-tahun.

"Masa transisinya akan segera datang paman."

"Aku tahu maka dari itu aku menyuruh dua orang ini untuk menjaganya ekstra."

Junmyeon tak menyangka kalau adik sepupunya akan bertindak sejauh ini. Dia memang pernah bilang padanya kalau ingin kabur dan melihat dunia luar sekalian mencari matenya. Tapi kabur disaat masa transisi yang akan datang itu bukanlah pilihan yang tepat.

Bodoh, umpat namja itu dalam hati.

"Kau mau kan membantu paman mencarinya? Aku tak ingin terjadi apa-apa pada anak bodoh itu." jarang sekali dia melihat pamannya seputus asa ini sampai memohon padanya. Walau dia sering sekali bertindak sesuka hatinya yang terkadang membuat adik sepupunya itu benci dengannya tapi Junmyeon tahu betapa sayang pamannya itu pada anaknya.

"Baiklah paman, aku akan mencarinya sampai ketemu. Kemungkinan kita akan bisa melacak jejaknya ketika masa transisinya datang, baunya akan mudah dikenali." terangnya yang dibalas anggukan oleh sang paman.

"Dan untuk kalian berdua, bantu Junmyeon mencari anakku."

"Baik Tuan Do." jawab 2 orang itu sambil membungkuk sempurna untuk atasannya, Do Min Joo.

...

"Kyungi,, aku pulang." teriak Chanyeol ketika dia sudah memasuki rumahnya. "Kemana dia?" namja itu heran karena tak ada jawaban dari Kyungsoo.

Apa jangan-jangan dia kabur.

Entah kenapa Chanyeol takut dengan pemikiran itu.

"Hai! Kau sudah pulang." Chanyeol bernapas lega setelah dia menemukan Kyungsoo didapur. "kau memasak?" tanyanya begitu melihat namja itu memakai apron.

Chanyeol baru sadar kalau dimeja makannya sudah tersedia makanan, jumlahnya tak banyak memang tapi cukup untuk membuat dia meneteskan liur. "Ini kau yang masak?" tanyanya lagi memastikan.

Kyungsoo mengangguk lalu menarik kursi untuk Chanyeol, "kuharap kau tak marah karena menggunakan dapurmu. Aku bosan hanya tidur dikamar jadi kuputuskan untuk memasakkanmu sesuatu. Ayo dimakan."

Tanpa menunggu lama Chanyeol langsung mengambil sendok lalu memakan sup tahu yang masih panas.

"Hanya ada ini dikulkasmu jadi aku hanya bisa memasak ini saja." ucap Kyungsoo sambil memperhatikan cara makan Chanyeol yang jauh dari kata sopan tapi anehnya dia malah tersenyum. Baginya melihat orang lain menikmati masakannya adalah pujian tersendiri untuknya.

"Kenapa berhenti?" Kyungsoo mulai khawatir masakannya tak enak karena sekarang Chanyeol menghentikan acara makannya. "Masakanku tidak enak ya?"

Chanyeol tak menjawab dia menundukkan wajahnya melihat berbagai macam masakan rumahan yang sudah lama tak dia rasakan. Biasanya dia hanya akan makan cepat saji atau ramen kalau tidak Jongdae akan memasakkan untuknya tapi itu jarang sekali karena restaurant yang ramai.

"Masakanmu enak sekali Kyung, hanya saja aku baru ingat sudah lama aku makan tak ditemani seseorang. Biasanya aku hanya makan sendiri dirumah itupun hanya sekedar makan ramen." jelasnya.

Sama sepertiku, kata Kyungsoo dalam hati.

"Dulu aku tinggal bersama temanku. Kami sudah seperti saudara, dia sendirian hidup didunia ini begitu pula denganku jadi kami mengandalkan satu sama lain untuk bertahan hidup."

"Lalu kemana dia?"

Chanyeol mendongak dan Kyungsoo kaget ketika menemukan pipi namja itu basah oleh airmata. Jarang memang melihat seorang namja menangis kecuali dia merasakan kesedihan yang luar biasa.

"Chanyeol.."

"Aku tak tahu apakah dia hidup atau mati. Dia hanya tidur selama 2 tahun Kyung." Airmatanya tak bisa terkontrol lagi. Semua kilasan tahun-tahun lalu kini kembali berputar kembali dikepala Chanyeol. Bagaimana dia berbagi tawa dengan orang itu, berbagi tangis, berbagi semuanya. Lalu kilasan bagaimana Chanyeol menyaksikan sendiri orang itu bersimbah darah didepan matanya.

Tangannya mengepal dengan mata penuh amarah, "semua ini karena alpha bodoh dan tak mempunyai perasaan."

"Alpha?" Kyungsoo bertanya lirih.

"Alpha yang telah membuat temanku Jongin koma sampai sekarang. Karena kejadian ini aku semakin membenci Alpha." jawab namja itu penuh kebencian.

Kyungsoo hanya menggigit bibirnya khawatir. Melihat Chanyeol seperti ini membuatnya merasa takut.

...

Sehun melangkah pelan dikoridor sebuah ruangan yang bercat putih. Bau obat begitu menusuk hidungnya tapi setidaknya dia sudah terbiasa dengan hal itu karena selama 2 tahun dia hampir setiap hari mencium bau obat.

Tak banyak orang yang berlalu lalang karena waktu menunjukkan dini hari tapi itu bukan suatu halangan bagi Sehun. Nyatanya tak ada yang menghalangi dirinya untuk menjenguk seseorang ditengah malam seperti ini. Semua penghuni rumah sakit ini tahu siapa Sehun.

Dia berhenti didepan sebuah ruangan khusus. Rumah untuknya karena dia lebih sering tidur disini daripada dirumahnya sendiri.

"Hai." Sapanya pada sesosok namja yang memejamkan matanya dengan selang dimulutnya.

"Maaf meninggalkanmu lama, ada pekerjaan diluar kota." Sehun mulai membaringkan tubuhnya diranjang yang khusus dia letakkan disamping namja itu. Dengan begini dia bisa tidur disamping namja itu.

"Hari ini aku bertemu dengan temanmu Chanyeol." tangannya menggenggam tangan dingin namja itu, tangan yang dulu menggenggamnya erat dengan kehangatan. "Dia bilang kau akan melupakanku kalau kau bangun, benarkah?" tak ada jawaban dan Sehun hanya bisa mengalirkan airmata. Matanya menatap sendu namja itu, menatapnya penuh kerinduan.

"Sayang, maafkan aku." namja itu memejamkan mata dan hal pertama yang dia lihat adalah senyuman namja itu. Senyuman yang tak bisa lagi dia lihat sekarang.

"Maafkan aku Kim Jongin."

Entah sudah berapa banyak kata maaf yang keluar dari mulut Sehun untuk namja itu yang tentu saja tidak mendapat respon. Kalau saja seribu kata maaf bisa mengembalikan Jongin seperti dulu, dia akan melakukannya. Dia akan memberikan semua untuk Jongin, namjanya.

Bahkan kalau Jongin meminta Sehun mengklaimnya sekarang akan dia lakukan. Tapi seseorang yang koma tak akan bisa melakukan apa-apa dan itu semua karena kesalahannya sendiri.

...

Chanyeol hanya pasrah ketika Kris menyeretnya kedapur.

"Kau yakin dia bisa masak?" tanya namja itu.

Chanyeol menampilkan deretan giginya, "tentu saja Hyung. Kau tahu semalam dia memasakkanku makanan yang sangat lezat. Jadi saat kau berteriak tadi pagi ditelepon karena Jongdae ijin tidak masuk aku langsung kepikiran untuk mengajak Kyungsoo disini." jelasnya.

Kris menatap kearah namja yang dibawa oleh Chanyeol, menimbang-nimbang apakah dia akan menerima namja itu untuk masuk kedapurnya atau tidak. Apalagi Chanyeol bilang kalau namja itu dia temukan dilorong dan tak punya tempat tinggal lagi jadi dia sedikit ragu untuk percaya pada namja itu. Kalau saja Jongdae tidak ijin mendadak untuk menjenguk ibunya yang sakit dia tidak akan kebingungan seperti ini. Memang ada koki yang lain tapi pasti tidak akan cukup untuk menghandel restaurant ketika sedang ramai.

Akhirnya namja itu mengehmbuskan nafas, "aku akan mengetesnya terlebih dahulu. Panggil dia kemari."

Chanyeol langsung menghampiri Kyungsoo lalu mengajaknya untuk bertemu dengan Kris, "Kyung ini Kris hyung pemilik restaurant ini." mendengar penjelasan dari Chanyeol membuat Kyungsoo membungkukkan badannya sebagai salam untuk Kris. "Anneyong, Lee Kyungsoo imnida." Kris membalasnya, "Kris." jawabnya singkat. "Dengar, aku belum bisa menerimamu hanya karena Chanyeol mengatakan masakanmu enak jadi aku akan mengetesmu terlebih dahulu." Kyungsoo hanya menganggukan kepalanya mendengar kata-kata Kris, "ayo ikut kedapur."

Mereka berjalan menuju kedapur tapi Kris menghentikan langkahnya sehingga membuat Kyungsoo dan Chanyeol juga ikut menghentikan langkah mereka.

"Chanyeol, kau mau apa?" tanya Kris yang melihat Chanyeol mengikuti mereka kedapur.

Namja itu mengerutkan keningnya, bingung dengan pertanyaan Kris. "Kedapur."

Kris melotot, "ani, kau sana kerja. Minseok sudah mulai kewalahan menghadapi pelanggan."

Chanyeol ingin protes tapi pelototan dari Kris membuat dia hanya bisa mendengus, dia kemudian menatap Kyungsoo seperti menatap anaknya yang akan bersekolah untuk pertama kalinya.

"Semangat! Kau pasti bisa Kyung."

Kyungsoo hanya membalasnya dengan senyuman lebar dan Chanyeol baru tahu kalau bentuk bibir namja itu akan membentuk sebuah hati ketika tersenyum.

Chanyeol tertegun melihatnya.

...

Tok

Tok

"Biar aku saja yang buka." tawar Kyungsoo ketika pintu rumah Chanyeol diketuk. Mereka baru saja pulang dari restaurant(Kyungsoo diterima juga bekerja disana) dan kelelahan setengah mati. Meskipun begitu Chanyeol merasa penasaran dengan tamu itu karena tak biasanya ada yang bertamu kerumahnya apalagi malam-malam begini.

"Siapa Kyung?" merasa tak ada suara dari pintu akhirnya namja itu mengangkat tubuhnya dari sofa berjalan menuju pintu.

Semua rasa lelahnya hilang tergantikan oleh amarah ketika dia melihat seorang namja yang berada di list orang yang dia benci.

"Mau apa kau?" tanyanya tak semakin geram ketika namja itu tak langsung menjawab pertanyaan malah menatap Kyungsoo dan dirinya bergantian.

"Siapa dia?"

"Bukan urusanmu Oh."

Sehun hanya menatap Kyungsoo penasaran dan yang ditatap hanya menampilkan wajah datar seolah-olah tak terpengaruh dengan tatapan Sehun.

"Kuulangi sekali lagi kau mau apa kesini?"

Akhirnya Sehun melepas kontak dengan Kyungsoo dan menatap Chanyeol, "aku ada tugas keluar kota jadi aku titip Jongin."

Chanyeol tertawa mengejek mendengar perkataan Sehun, "kau mau matipun Jongin tak peduli Oh."

Sehun menggeram dengan kalimat Chanyeol, rasanya ingin sekali mencekik namja itu tapi melihat Kyungsoo dia mengurungkan niatnya.

Sehun berusaha menetralkan amarahnya dengan mengambil nafas banyak dan setelah dirasa emosinya sudah stabil, dia berkata "terserah apa katamu." lalu dia pergi.

"Dasar namja gila."Chanyeol hanya bisa mengumpat ketika Sehun pergi.

"Dia siapa?" tanya Kyungsoo ketika mereka sudah didalam rumah.

"Salah satu alpha yang aku benci dengan segenap jiwa raga."

Kyungsoo mengernyit mendengar apa yang keluar dari mulut Chanyeol, "kenapa kau begitu membenci alpha?"

Pertanyaan yang salah dari Kyungsoo.

"Kenapa? Apa kurang semua kejelakan alpha hingga aku tidak boleh membencinya." Nafas namja itu menggebu, matanya merah penuh amarah. "Mereka menganggap dirinya berkuasa hingga menginjak-nginjak orang lain terutama omega. Hanya karena mereka alpha maka mereka beranggapan kalau merekalah yang terkuat dan memandang rendah orang lain. Mereka hanya menganggap omega sebagai pemuas nafsu belaka, mereka mengklaimnya lalu meninggalkan mereka begitu saja."

Kyungsoo tertegun mendengarnya. Semua penjelasan Chanyeol memang tidak sepenuhnya salah, hanya saja Chanyeol tak tahu kalau masih banyak alpha baik didunia ini. Dia memberanikan diri bertanya, "bagaimana kalau seandainya aku alpha?"

Kini giliran Chanyeol terdiam, matanya memandang Kyungsoo seperti mencari jawaban. Harusnya dia bisa menjawab mengingat Chanyeol membenci semua alpha tanpa pengecualian tapi kenapa dia tidak bisa menjawab pertanyaan Kyungsoo?

"Chanyeol, bagaimana kalau seandainya aku alpha? Apa kau juga akan membenciku?" Kyungsoo bertanya lagi karena Chanyeol tak kunjung menjawabnya.

Chanyeol ingin sekali bilang kalau dia juga akan membenci Kyungsoo seandainya dia juga alpha tapi lidahnya serasa kelu tak mampu bergerak. Terlebih tatapan Kyungsoo membuat tubuhnya serasa beku, tak bisa digerakkan.

Dari awal Chanyeol begitu suka mata owl milik Kyungsoo. Besar dan terlihat lucu.

"Chanyeol."

Chanyeol terlonjak kebelakang ketika menyadari jarak mereka yang begitu dekat. Walau dia lebih tinggi dari Kyungsoo tapi tatapan mata Kyungsoo begitu mengintimidasinya.

Hell, sejak kapan dia didepanku.

"A..aku ma..u ti..tidur."Chanyeol langsung berlari kekamarnya dan tak lupa membanting pintunya.

...

Kyungsoo menyibak selimut yang menutupi tubuhnya. Dia menatap pintu kamar Chanyeol untuk memastikan kalau namja itu tidur nyenyak. Dengan langkah pelan dia keluar rumah. Dia menyembunyikan wajahnya dengan hoodie hitam yang berguna juga untuk menghangatkan tubuhnya.

Kakinya berjalan mantap membelah malam menuju sebuah lorong yang sudah dia hapal diluar kepala. Tubuhnya menghilang ketika dia memasuki lorong gelap tempat dimana dia pertama kali ditemukan oleh Chanyeol.

"Keluar." katanya pada kegelapan malam.

Kalau orang biasa mungkin tak akan tahu kalau ada orang lain dilorong ini tapi sayangnya Kyungsoo bukan orang biasa. Dia bisa merasakan keberadaan orang lain disekitarnya.

"Aku benar-benar terkejut melihatmu disana."

Kyungsoo menoleh kebelakangnya dan menemukan sosok yang mengintainya sedari tadi.

"Bukan urusanmu." jawab namja itu.

Kini mereka berhadapan, "itu akan menjadi urusanku Tuan Muda, asal kau tahu Tuan Besar sudah mengerahkan semua orang untuk mencarimu dan kupikir aku tak perlu susah-susah untuk mencarimu."

Tanpa pikir panjang Kyungsoo menerkam orang itu. Bukan memukul karena dia sadar kekuatannya saat ini kalah besar dengan lawannya. Dia tak sebodoh itu untuk menyerahkan nyawanya.

Kyungsoo hanya mencekik leher orang itu lalu mengangkat tubuhnya dan memojokkannya ditembok, "coba saja kalau kau berani. Asal kau ingat masa transisiku sebentar lagi dan kupastikan kau orang pertama yang akan kucari setelah aku mendapatkan kekuatan." Ucap Kyungsoo dengan senyuman miring diwajahnya.

Kyungsoo bisa merasakan kalau orang itu ketakutan walau wajahnya tak menunjukkannya itu artinya orang itu sadar dengan siapa dia berurusan.

"Tsk, kau pikir kalau aku diam aku akan selamat?"

Kyungsoo melepaskan cengkramannya yang mengakibatkan orang itu terjatuh.

"Kuberikan kau satu saran," Kyungsoo berjongkok, mendekat pada orang itu "kalau aku jadi kau, aku akan berpura-pura mencari dan menggunakan waktuku untuk menemani kekasihku yang terbaring dirumah sakit." Kyungsoo tersenyum lebar ketika orang itu menatapnya dengan tajam.

"Kau..kau.."

Suara dari tawa Kyungsoo terdengar mengerikan, tidak seperti ketika dia tertawa didepan Chanyeol. Kyungsoo yang sekarang benar-benar berbeda.

"Apa kau mau aku melakukan sesuatu padanya?"

Kyungsoo sudah memperkirakan reaksi dari lawannya jadi sebelum dia bisa menyerang, Kyungsoo sudah lebih dulu mengelak.

"Jangan pernah menyentuhnya." geram orang itu.

Sekali lagi untuk malam ini Kyungsoo mengeluarkan tawa menyeramkan.

"Itu semuanya terserah padamu, kau yang memilih Oh Sehun."

Kyungsoo melenggang pergi dengan wajah datar seakan-akan tak terjadi apa-apa. Meninggalkan Sehun yang masih mengambil nafas dengan benar akibar cekikian dari Kyungsoo.

TBC.

Comments are love for me^^