Siang itu, di Guild Fairy Tail yang biasanya sangat gaduh, menjadi sedikit sepi karena penghuninya banyak yang menjalankan misi. Lucy Heartfilia, duduk tegang dikursi dekat bar. Wajahnya yang semula terlihat serius kini menjadi lemas.
"Huhuhu..." tangisnya tiba-tiba.
"Ada apa Lucy?" tanya Mirajane di seberang meja bar.
"Pembayaran apartemenku hampir jatuh tempo, tapi aku masih belum memiliki uang!" ujar Lucy sedikit histeris.
"Aku turut menyesal. Andaikan aku bisa sedikit membantu.." pikir Mirajane murung.
"Aku akan lakukan apa saja untuk mendapatkan uang~"
Pernyataan ambigu Lucy memunculkan ide dalam kepala Mirajane. Mirajane berbisik pada Lucy dan menyuruh gadis blondie itu mendekat.
"Aku punya ide untukmu. Kalau kau benar-benar ingin mendapatkan uang dengan cepat," bisiknya.
"Benarakah, Mira?" iris caramel Lucy terlihat berkilat antusias. "Apa itu?"
"Ya. Tetapi kau harus yakin ini keadaan darurat, karena kau tidak boleh menyesal." terang Mirajane dengan raut wajah serius.
Lucy mengangguk dengan cepat. "Apapun akan kuakukan. Aku sudah tidak tahu lagi harus bagaimana."
"Baiklah, dengarkan aku.." bisik Mirajane dengan pipi yang memerah.
Fairy's Heart
.
Fairy Tail (c) Hiro Mashima
Warning: Fanon, OOC, Typo(s), Bad Diction, Mature Content, dan segala keanehan lainnya yang menyertai
.
Fic ini saya dedikasikan untuk Fic of Delusion :D
.
Saya peringatkan bahwa ini adalah cerita fanon. Dimana settingan dan cerita aslinya banyak yang saya ubah. Bahkan untuk karakternya. Selamat membaca!
.
^DLDR^
.
Aquaflew
present
Lucy menatap pantulan dirinya di depan cermin. Hatinya mulai menimbang-nimbang apakah keputusannya sudah tepat. Harga dirinya akan di pertaruhkan demi uang. Apakah dirinya yakin? Demi para Roh Bintang, apakah Lucy siap? Lucy menggenggam erat koleksi kunci roh bintang miliknya. Dia tidak boleh menyerah.
Sekali lagi di tatapnya refleksi dirinya pada cermin besar. Lucy mengenakan setelan kain hitam super seksi dan terbuka. Celana dalam model thong dengan rok transparan mengelilingi pinggangnya. Atasannya berupa bra khusus yang membuat dadanya terlihat menggoda. Lucy sedikit takjub, bra tersebut dapat menyangga dada besarnya dengan tali tipis yang seakan ingin putus. Ia hanya berdoa, semoga tidak terjadi hal-hal yang tidak menyenangkan, misalkan tali branya tiba-tiba putus dan membuat dadanya terekspose. Ia akan sangat malu.
"Lucy? Kau sudah siap?" tanya Mirajane dari luar.
"Ya, silahkan masuk Mira," sahut Lucy. Dan setelahnya Mirajane menyusup dari balik pintu yang terbuka.
"Whooaa.. Lucy! Kau cantik sekali. Sangat menggoda!" puji Mira menatap dada besar Lucy.
Lucy hanya tersipu. Dan ketika Mirajane bertanya apakah Lucy siap, gadis iu terlihat ragu-ragu menjawabnya.
"Pssst, tenang saja, semua perempuan anggota guild sering melakukan pekerjaan khusus ini. terutama Cana dan Erza. Mereka berdua bahkan menjadikan pekerjaan ini wajib setiap malam," bisik Mirajane dengan sebelah matanya yang berkedip.
Lucy sedikit terkejut. Tidak menyangka semua perempuan guildnya pernah melakukannya. Bahkan Erza yang itu? Cana? ini menjelaskan kenapa mereka sangat sering berbusana terbuka. Memantapkan diri, Lucy mengangguk yakin membuat Mirajane tersenyum puas.
"Lakukan seperti yang aku ajarkan. Lebih bagus lagi kalau kau dapat berimprovisasi. Aku baru saja selesai tampil, tapi tenang saja, mereka akan menyukaimu," ujar Mirajane.
Lucy melirik Mirajane yang berpakaian lebih terbuka darinya. Sungguh cantik dan liar. Iris caramel Lucy menatap butiran keringat Mirajane mengalir dari leher ke sepanjang belahan dada dan menuju pusar. Lucy meneguk ludahnya, sementara Mirajane hanya tersenyum ketika dirinya di perhatikan
"Nah, Lucy, aku harus ke tempat Laxus sekarang. Setelah ini Lisanna akan mengantarmu. Selamat berjuang," Mira mendorong lembut bahu Lucy keluar ruangan.
Ketika Lucy menatap senyuman Lisanna Strauss di hadapannya, ia tahu dirinya tidak dapat mundur kembali.
Riuh suara di balik tirai panggung membuat Lucy semakin gugup. Tidak. Tidak. Ia tidak boleh melakukan kesalahan.
Dan ketika musik mulai melantunkan irama, suara riuh manusia mulai teredam. Lampu warna-warni mulai menyapu seisi ruangan. Sedangkan panggung kecil yang di tempati Lucy mempunyai lampu sorot berwarna kuning lembut yang memfokuskan tempat itu.
Tirai kain di sekitar Lucy perlahan terangkat. Lucy mulai berpose dan bergaya sesuai latihan yang di ajarkan Mirajane padanya. Gadis Heartfilia tersebut menggoyangkan badannya dengan sangat natural di sekitar tiang yang berada di panggung. Tubuh seksi dan padat milik Lucy bergoyang mengikuti irama yang semakin lama semakin cepat. Dan meskipun semua mata menatapnya, gadis tersebut mulai terbiasa.
Ya, yakinnya dalam hati. Ia pasti bisa.
Fairy Tail adalah guild yang sedang tersohor saat ini. Para penyihir anggota Fairy Tail, selain pembuat onar, masing-masing juga ahli dalam berbagai bidang. Pemiliknya, maksudku, Ketuanya, Makarov Dreeyar adalah orang tua terkuat dan termesum dalam guildnya. Setelah 7 tahun menghilang yang menyebabkan guild dilanda krisis, Makarov membuat semacam bisnis dunia malam.
Jika kalian pikir bisnis tersebut untuk menunjang perekonomian guild yang krisis, kalian salah besar. Itu semua hanyalah sebuah kedok. Berbisnis, selain mendapatkan uang, Makarov juga mendapatkan fanservice tersendiri yaitu melihat secara gratis wanita-wanita penari telanjang.
Awalnya rencana ini ditentang oleh semua anggota guild, terutama para wanita. Namun dengan kepandaiannya berbicara, Makarov berhasil meyakinkan hati lugu para peri guild. Mirajane yang pernah menjadi model majalah dewasa mengajukan diri menjadi penari. Kemudian karena tidak mau kalah, Erza juga mengajukan diri. Begitu pula Cana.
Makarov tersenyum lebar ketika bisnisnya berjalan dengan sangat sempurna. Para penyihir dari berbagai penjuru berkunjung ke Fairy Tail's Night Club untuk bersenang-senang. Selain untuk melihat penari telanjang, mereka juga di manjakan dengan permainan billyard, permainan kartu dan berjudi, minuman beralkohol, bar, musik, menari, dan sejenisnya. Di akhir acara, diadakan pelelangan tidur dengan penari favorit. Dimana yang berani membayar paling mahal adalah pemenangnya.
Dan di sinilah Lucy, menari dengan sangat eksotis. Panggung yang di tempati Lucy berbentuk lingkaran dengan garis tengah 2 meter. Selain Lucy, terdapat empat penari lain di panggung kecil yang di tempatkan pada lokasi yang berbeda-beda. Lucy mengenali diantaranya adalah Erza dan Cana. Wow, bahkan pakaian yang mereka gunakan sangat menantang. Tadinya Lucy di beritahu bahwa Erza memang mengikuti pekerjaan ini, tetapi melihatnya secara langsung adalah keterkejutan sendiri baginya.
Lucy tidak pernah mengetahui tentang Fairy Tail's Night Club. Maksudnya, ia tahu, hanya saja ia tidak mengetahui seberapa dalam klub ini beroperasi. Iris caramel Lucy sekilas menangkap wajah teman-teman guildnya. Rupanya banyak juga yang bekerja malam hari, tidak terkecuali Natsu dan Gray. Banyak dari mereka yang ternyata sudah kembali dari misi.
Tiba-tiba Lucy mendengar suara riuh penonton dari area panggung seberang kanannya. Saat Lucy mencari tahu, iris caramelnya terbuka lebar. Gila! Erza mulai membuka penutup dadanya! Erza, dengan wajah merah menggoda, melempar bra ke arah penonton. Kakek Makarov menangkapnya dengan wajah mesum, kemudian memakainya di sekeliling kepalanya. Suara riuh penonton semakin terdengar ketika Erza menari dengan eksotis. Dadanya yang besar memantul ke sana-kemari. Puting merah mudanya yang mencuat menambah kesan eksotis padanya. Erza is really damn hot! Tidak heran para lelaki mesum yang melihatnya kini tersiksa menahan ereksi.
Lucy membeku. Erza memang totalitas dalam setiap pekerjaannya. Tidak heran dia di juluki Titania—sang penyihir hebat Fairy Tail. Kobaran api semangat membuncah dalam diri Lucy.
'Aku tidak ingin kalah!,' ungkapnya dalam hati.
Menghentak-hentakkan kakinya, Lucy mencoba menarik perhatian, dan berhasil. Sebagian penonton Erza berpaling padanya. Lucy mulai beraksi. Dada besarnya ia busungkan ke depan, belahan pantatnya yang berisi berada di antara tiang, kemudian lengannya memegang erat tiang di belakangnya. Riuh penonton terdengar di hadapannya. Sepertinya Lucy berhasil. Gadis pirang tersebut mulai berani menari seeksotis Erza.
Semakin lama, banyak yang memperhatikan Lucy. Benak Lucy sedikit berimajinasi ketika putingnya semakin mengeras. Di tatap begitu banyak orang memang mengerikan. Apalagi ketika kau secara terang-terangan adalah penggodanya. "Hmm-ahh" desah Lucy. Sial, sepertinya ia mulai terangsang. Namun ternyata penonton semakin menyukainya. Lucy tidak bisa melewatkan kesempatan itu.
.
.
Tanpa Lucy ketahui, seseorang menatapnya dengan benci. Jemari tangannya terkepal di sisi tubuh dan rahangnya yang mengeras.
~Lucy POV
Uhh. Aku lelah. Setelah 2 jam menari solo dengan tiang, musik akhirnya berhenti. 2 jam! Aku tidak tahu ternyata menarinya selama itu. Tapi bayarannya setimpal. Nanti aku akan mengambilnya di tempat kakek Makarov mesum itu.
Mataku sangat berat, sekarang pukul 2 pagi. Aku menatap bayanganku pada cermin. Riasanku sedikit pudar namun raut lelah jelas tergambar pada wajahku. Aku sedikit berkeringat, rambutku juga sedikit basah karena keringat. Penutup dada dan celana thong masih terpasang pada tubuhku.
Ternyata aku masih belum memiliki nyali seperti Erza, dengusku dalam hati.
Tadinya aku di tawari mengikuti pelelangan di akhir acara dengan iming-iming bayarannya bisa mencapai lima kali lipat dari menari. Tapi aku menolaknya. Free sex tidak ada dalam kamusku meskipun mereka menggunakan kondom. Oh tentu saja, aku tidak siap salah satu orang-orang mesum dan aneh itu menembus vaginaku. Tidak akan.
Aku bergegas memakai jubah yukata biru dan mengikatnya. Aku akan menuju kantor kakek mesum sekarang, jadi pakaianku harus tertutup. Aku melirik kunci roh bintang milikku dan mengaitkannya pada tali pinggang. Aku harus segera pulang dan tidur.
"Ahhhn.. Aaahh.."
Deg
Tubuhku refleks berhenti. Telingaku mendengar suara yang tidak biasa pada salah satu ruangan di dalam guild. Desahan erotis gadis. Ya, suara yang tidak asing tersebut, aku yakin itu suara Mirajane. Uhh.. jangan bilang dia sedang bercinta dengan seseorang. Tapi dengan siapa? Laxus?
"Ngahhhh.. Ahhhh.. Kau yang terbaik. Aahh kau juga.."
Aku menelan ludah susah payah. Aku penasaran! Ukhh! Seingatku pintu ini tidak bisa di kunci, dan apabila aku mengintip akan sangat mudah melakukannya. Ehem, aku hanya salah ruangan, tidak mengintip kok. Ketika aku membuka pintu dengan sangat perlahan dan menjulurkan kepalaku kedalam, aku ingin segera memukul kepalaku dengan tongkat kayu agar tiba-tiba hilang ingatan.
Hanya ada satu kata. Mengerikan. Aku terkadang takut dengan kemampuan hipotesisku.
Itu benar Mirajane. Benar pula dia sedang bercinta. Ya dia bercinta. Eh, bukan bercinta. Dalam penilaianku, itu murni sex.
Yang terdapat di depanku adalah Mirajane yang mendesah hebat diantara ke dua pria yang menghimpitnya. Wakaba adalah pria yang berbaring terlentang, lalu terdapat Mirajane di atasnya, dan seorang pria lagi yang berada di belakang Mirajane yaitu Macao. Posisi mereka seperti sandwich style, dimana penis dua pria tadi mengisi lubang vagina dan anal milik Mirajane. Penis besar keduanya bergerak liar, membuat Mirajane benar-benar mabuk kepayang. Wakaba juga memainkan dada besar Mira, sedangkan Macao memainkan klitorisnya.
Aku yakin mereka akan segera klimaks, karena ketiganya benar-benar sudah meracau. Gila! Sebelum ketahuan, aku menutup pintu dengan hati-hati dan melesat pergi.
Sial, sungguh sial. Mirajane yang baik hati memiliki sisi yang sangat liar. Dan apa tadi? Dua pria sekaligus! Bahkan mereka adalah Wakaba dan Macao. Demi Mavis, aku tidak menyangka. Memang benar penis kedua orang tua itu terbilang besar, mungkin karena itulah Mirajane sangat terpuaskan.. Mengingat desahan Mirajane tadi membuat vaginaku bedenyut-denyut dan celanaku ternyata lembab. Ah, tidak! Tidak! Aku harus menemukan tongkat kayu, agar dapat memukul kepalaku sekarang.
Sret!
Aku sangat terkejut ketika seseorang tiba-tiba menutup wajahku dan menyeretku mengikutinya. Mulutku dibekap sehingga tidak dapat mengeluarkan suara apapun. Ketika aku akan meraih kunci roh bintangku, ternyata kantung koleksi kunciku hilang. Aku panik. Teman-teman roh bintangku! Saat memberontak, kedua tanganku di ikat dengan semacam tali.
"Hmmmpp!"
Aku sangat takut!
Seseorang ini terus menyeretku. Entah aku di bawa kemana. Aku takut. Aku tidak ingin di culik penguntit ataupun maniak gila. Penyihir maupun manusia biasa. Yang pasti sosok ini telah menghilangkan teman-teman roh bintangku. Aku sedikit terisak. Kami-sama. . . teman-teman. . . Natsu. .
Saat aku membuka mata, ternyata aku berada di kamar apartemenku. Eh? Apa? Apa aku bermimpi?
Penutup wajahku telah di hilangkan. Tapi ada ikatan pada kaki dan tanganku. Aku menghela napas frustasi. Bukan mimpi.
Saat aku mendengar ada yang masuk ke dalam kamar, aku berpura-pura tertidur kembali. Aku akan mencoba mencari celah untuk melarikan diri.
Aku merasakan pandangan menusuk dari sosok ini. Semoga saja ia tidak mengetahui bahwa aku pura-pura tertidur. Tiba-tiba langkah kakinya terdengar, ia bergerak, ada suara gemersik, lalu yang ku rasakan adalah tubuhku di selimuti. Ah, ya.. aku masih memakai yukata. Orang ini.. siapa?
Dia membelai kepalaku dengan sangat lembut. Kemudian beralih pada pipiku. Aku merasakan kehangatan yang sangat familiar. Nyaman. Dan tidak adanya tanda-tanda bahaya dalam tindakannya. Setiap sentuhannya menyalurkan kasih sayang.
"Seharusnya kau tidak perlu bekerja seperti ini, Luce" ucapnya serak.
DEG!
Suara ini. . . aku sangat mengenalnya. Tentu saja terasa familiar. Kasih sayangnya. Kehangatannya. Kelembutan sentuhannya. Rasa nyaman ini. . .
.
.
. . . Natsu
Natsu Dragneel.
Aku sangat yakin itu suaranya. Aku belum boleh mengintip sekarang. Aku hanya ingin tahu mengapa pria ini mengikaku.
"Luce . . . Aku merindukanmu," bisiknya lembut. Bibirnya menyapu dahiku.
Pipiku menghangat. Ya ampun, aku belum pernah mendapati Natsu Dragneel bersikap sangat lembut terhadap orang lain. Terutama wanita. Apakah aku salah? Ja-Jangan-jangan ini bukan Natsu?
Aku membuka kelopak mataku perlahan-lahan. Berpura-pura seperti orang yang baru saja bangun tidur. Mataku sedikit membulat. Pria ini Natsu.
Iris caramelku menangkap wajah tegas Natsu Dragneel. Pria dengan surai unik merah muda yang berantakan. Bertelanjang dada. Dan duduk menjulang di hadapanku dengan penampilannya yang liar.
Meskipun sudah sering melihatnya berpenampilan seperti ini, wajahku tetap menghangat. Entah sejak kapan aku menganggap Natsu Dragneel, pria di hadapanku ini, sangat menawan. Ada yang berbeda. Ada sesuatu yang berbeda di wajah Natsu. Aku tidak yakin itu apa, tapi, tatapan itu. . .
"Kau sudah bangun, Luce?"
Eh-ah, "Y-ya!," oh, aku gugup!
"Maaf mengikatmu," ujar Natsu pendek. Iris gelapnya menatap pengikat tali pada tangan dan kakiku.
"Umm. . Bisa kau jelaskan, mengapa kau melakukan ini?" tanyaku melemparkan tatapan bertanya padanya. Tetapi Natsu membuang muka. "Tidur dengan tangan dan kaki terikat membuat badanku sakit," rengekku.
Natsu menatapku dengan menyesal. Ia terdiam beberapa saat sebelum menyingkap selimut dan membuka simpul pengikatku.
". . ."
"Bisa kau jelaskan?" tuntutku. "Aku tidak akan marah selama jawabanmu masuk akal."
". . ."
"Dimana Happy? Apa ini lelucon bagi kalian? Lebih dari empat hari kalian menghilang, dan ini hadiah kepulangan kalian?" aku terus mengomel. Tentu saja aku tidak terima, kejahilan mereka kali ini sudah benar-benar keterlaluan.
"Natsu, kau mau bicara atau ti—"
"Aku tidak rela!" potong Natsu dengan nada tinggi.
"Ap-apa?"
"Aku tidak menyukainya Luce! Aku sungguh tidak menyukai kau bekerja sebagai penari telanjang!"
Mulutku terbuka. Kelopak netraku melebar. A-apa katanya?
"Aku sangat tidak menyukai ketika para hidung belang itu menatapmu dengan lapar. Aku benci ketika mereka memikirkan hal tidak senonoh tentangmu! Bahkan meskipun itu adalah Gray!"
Kepalan tangan Natsu mengetat. Rahangnya mengeras dan tatapannya menusuk tajam. Deru napasnya terasa berat, seakan ada beban besar di atas dadanya.
Amarah Natsu tergambar jelas pada wajahnya yang sedikit memerah. Ia berantakan. Liar. Sexy. Menggoda. Seharusnya aku takut. Tetapi sebaliknya, jantungku berpacu semakin cepat.
Oh Kami-sama. . .
Akp harus mengucapkan sesuatu. "A-aku juga tidak ingin melakukannya. Hanya saja... pembayaran apartemenku hampir jatuh tempo. Aku harus bekerja dan mendapatkan uang. Kau pergi selama beberapa hari, kalian semua... aku tidak tahu harus mengambil misi apa!" rengekku pada akhir kalimat.
Natsu hanya terdiam. Aku malu. Yeah, aku sedang membela diri sekarang.
"Ja-jangan mendekat, bodoh!" teriakku saat tiba-tiba Natsu mendesak ke arahku.
"Aku. Sangat. Marah," Natsu menghimpitku pada dinding di belakangku. Dadaku seperti akan meledak. Sial.
"Hen-hentikan."
"Tidak. Kau yang harus hentikan. Semua orang di guild tahu perasaanku padamu, tapi hanya kau yang tidak tahu. Apa aku kurang memberikan tanda padamu, Luce?" tuntut Natsu.
"A-aku. Aku tidak ingin berprasangka buruk pada teman-temanku," meskipun aku sebenarnya sadar aku juga memiliki perasaan istimewa padamu. Ugh.. Natsu mendesakkan kakinya diantara kakiku.
"Biar ku katakan dengan jelas. Lucy, aku Natsu Dragneel Salamander, menyukaimu.." bisik Natsu di dekat telingaku. "Maka dari itu, aku sangat tidak menyukai kau menjual tubuhmu hanya untuk uang!" Natsu meremas pergelangan tanganku. Ia meraih daguku dan memaksaku menatapnya, "kalau kau segitu inginnya uang, bahkan dengan cara sekotor itu.. mengapa kau tidak tidur denganku? Aku akan membayarmu," sorot iris manik gelapnya menatapku sangat tajam.
"Sudah ku bi—" bibir Natsu membungkamku. Ia menciumku dengan kasar, sekasar ucapannya tadi. Seharusnya aku bahagia karena seseorang yang aku suka ternyata juga menyukaiku dan ia juga menciumku, tapi aku tidak merasa senang dengan ini. Dengan ciumannya.
Ciumannya terasa sangat pahit. Ciuman mendominasi yang sangat berbeda dari ciuman manis yang kuimpikan. Tidak ada perasaan hangat dalam setiap kecupannya karena ciuman ini merendahkanku.
Tangan kanan Natsu mencengkram dadaku, sedangkan tangan kirinya meraih pinggangku. Sebelah kakinya yang berada diantara kakiku terus mendesak hingga pangkal pahaku. Ciumannya telah berpindah menyusuri leher dan bahuku. Yukata yang kukenakan semakin tersingkap dan berantakan.
Natsu menggesekkan bukti gairahnya padaku. Ia menuntun tanganku untuk menyentuhnya disana. Bibirnya masih berada pada leherku dan sedikit menggigitnya. Mungkin akan ada tanda kepemilikan disana. Aku ditandai oleh seseorang yang aku sukai. Bukankah seharusnya aku bahagia?
Aku hanya terdiam. Tidak membalas atau menolak perlakuan Natsu. Tubuh dan jiwaku mati rasa. Sekalipun Natsu berusaha merangsang tubuhku, aku sama sekali tidak merespon. Bukankah aku dulu sempat memimpikan melakukan hal-hal seperti ini dengan Natsu?
Menyedihkan.
Tanpa aku sadari butiran air mataku menganak sungai. Dan setelahnya, semua perlakuan Natsu padaku terhenti seketika. Aku tidak menatapnya. Tapi aku merasakan tatapannya padaku. Dan aku tertunduk memeluk lututku, menangis dalam diam. Menyedihkan.
"Lucy..." bisik Natsu pelan, tapi aku mengabaikannya.
"Luce?"
". . ."
"Luce?"
". . ."
"Luce, aku minta maaf. Aku minta maaf karena bersikap brengsek," Natsu terduduk di depanku. Ia bersujud dengan kepalanya menyentuh ranjang.
". . ."
"Luce aku mohon maafkan aku. Bicaralah," bisiknya dengan suara tercekat, "atau kau ingin memukulku? Menamparku? Lakukanlah..tapi jangan mengabaikanku, Luce," pintanya.
". . ."
"Lucy..." kali ini ia menyentuhku. Menarikku dalam pelukan hangatnya. Ia membelai kepalaku dengan lembut dan sarat akan perasaan menyesal.
"Luce, maafkan aku dan kebodohanku. Aku sangat egois. Aku sangat cemburu. Tapi jauh di dalam hatiku aku marah pada diriku sendiri, Luce. Kau berusaha sendiri selama ini, itu mengingatkan betapa menyedihkannya aku. Maka dari itu aku diam-diam melaksanakan misi yang terbilang berat untuk mencari hadiah besar. Untuk dapat membantumu. Tapi kau sampai melakukan pekerjaan seperti Erza. Pekerjaan yang aku benci di guild ini. Ini membuatku seperti sampah, karena aku belum dapat membantumu dalam hal apapun." Pelukan Natsu semakin erat seiring penyesalannya.
Meskipun Natsu memang sangat bodoh. Dia kasar. Pembuat onar. Tidak sabaran. Pemarah. Dan hal-hal jelek lainnya. Tapi semua itu memang... Natsu yang aku sukai.
"Luce?" ucap Natsu ketika aku menyentuh wajahnya. Aku hanya tersenyum tipis.
"Aku memaafkanmu. Tapi aku mohon, jangan mengulangi lagi semua kejadian hari ini," pintaku.
Natsu mengangguk dengan cepat. "Aku berjanji seumur hidupku!" sumpahnya. Iris gelapnya berkilat bahagia. Dan aku menyukai raut wajahnya yang seperti itu. Ah.. aku memang bodoh. Tidak bisa berlama-lama marah kepadanya.
"Um.. Natsu?"
"Ya?"
"Bisa lepaskan sebentar? Ada sesuatu yang sangat keras mendesakku di bawah sana.." ucapanku terputus ketika menyadari sesuatu yang mendesakku. Benda itu.
Natsu tertawa dan melepaskan pelukannya."Maaf, Luce," ujarnya kikuk. "Kau sangat menggoda. Aku sampai terbakar gairah. Pertunjukanmu membuat kami para lelaki tersiksa. Yah, kurasa aku harus mandi dengan air dingin. Air yang sangat dingin."
Wajahku terasa panas mendengar pernyataan vulgarnya. Aku yakin wajahku memerah hingga ke telinga. Tapi aku sudah bertekad. Aku sudah meyakinkan diri untuk melakukan ini. "Natsu.."
Natsu terhenti dan menoleh menunggu melanjutkan ucapanku.
"A-aku akan membantumu."
Ia tampak tidak mengerti dengan kalimat ambiguku. Aku menarik napas dalam-dalam. Kau pasti bisa Lucy! yakinku dalam hati. "Aku akan bertanggung jawab atas kekacauan yang telah aku perbuat!" jelasku.
Natsu memiringkan kepalanya tidak paham. Ugh.. dia memang idiot!
"Mou! Anggap saja ini hadiah!" teriakku.
Dengan segera aku menarik lengan Natsu dan mendorongnya duduk diatas ranjang.
"Lu-Lucy?!" ujar Natsu panik saat aku duduk diatas pangkuannya. "Apa yang kau lakukan? Aku sedang dalam keadaan tidak baik untuk kau goda," suara Natsu terdengar berat. Aku hanya tersenyum dan menggesekkan pantatku diatas benda miliknya.
"L-Lucy... Kau b-bilang jangan melakukan ini lagi... tapi sekarang kau sendiri yang menggodaku! Nghh.. hentikan!" tangan besar Natsu mencengkram bongkahan pantatku. Ia berusaha menghentikan gerakanku diatasnya.
Aku menangkup wajah merah Natsu dan tersenyum. "Aku memang tidak menyukai tuduhanmu. Tapi aku akan bertanggung jawab karena telah membangunkanmu. Kau tidak bisa menolaknya." Bisikku tepat di telinga kanannya. Bertepatan dengan itu, aku mendorong pinggulku ke arah Natsu dan kami berdua menyulut api bersama.
.
o0o
.
Normal POV
"Nghh.."
Lidah manis Natsu menyeruak ke dalam mulut Lucy dan mengecap indra perasa gadis blondie itu. Ciuman pancingan Lucy dibalas dengan ciuman menuntut dari Natsu. Salahkan gadis pirang yang telah menggodanya itu. Natsu tidak akan peduli seandaikan Lucy akan menghajarnya setelah ini. Well, si Heartfilia muda itu telah membangkitkan sisi liarnya!
Natsu tidak paham dengan perubahan mood Lucy. Tadinya Natsu sudah khawatir telah berbuat hal yang di benci gadis itu karena Lucy sampai menangis. Tapi ternyata kemudian ia sendiri yang kemudian di goda habis-habisan.
Dibawah sana pinggul Lucy terus-menerus menggesekkan kemaluan keduanya. Meskipun masih di balut oleh pakaian, namun sensasi panas yang di hasilkan benar-benar membuat kepala Natsu terbakar gairah. Kedua tangan mungil Lucy berirama membelai sepanjang dada dan punggung Natsu. Menggoda setiap jengkal kulitnya dengan usapan lembut telapak tangan hangatnya. Dada besar milik Lucy sesekali bertemu dan mendesak dada bidangnya. Dan sekali lagi. Mereka masih memakai pakaian, tetapi Natsu sudah hampir klimaks.
Tidak boleh. Akan sangat memalukan jika aku keluar sekarang, tekad Natsu.
Ciuman keduanya terlepas. Natsu menghisap saliva yang mengalir di sudut bibir Lucy. Bibir tegasnya mengecup sepanjang leher dan tulang selangka Lucy. Desahan Lucy lolos ketika Natsu menyingkap bagian atas yukatanya dan mengecup sepanjang kulitnya. Sesekali bibir pria itu menghisap dan menggigit, menandai area jajahannya, sepertinya beberapa hari ke depan Lucy tidak bisa memakai pakaian terbuka favoritnya.
Kedua tangan Natsu merambat dan membelai punggung Lucy yang terbuka. Ia menarik gadis itu kearahnya. Menyatukan dada keduanya dan membuat gerakan pinggul Lucy terhenti. Natsu mengecup kuat belahan dada Lucy dan memberinya tanda kepemilikan disana. Lucy melengkungkan punggungnya ke arah Natsu, lengannya mendekap dan mendorong kepala merah muda Natsu ke arahnya.
Natsu mendongak menatap iris karamel Lucy. Iris gelap miliknya berkabut oleh gairah dan Lucy menyadari itu. Lucy mengangguk, ia juga menginginkan pria ini.
Pakaian dalam Lucy adalah setelan hitam yang ia gunakan ketika menari diatas panggung. Iris gelap Natsu berkilat ketika menatap dada Lucy yang menantang di hadapannya. Pria itu menggigit bagian tengah tali tipis penghubung cup bra Lucy, dan menariknya keatas. Dada Lucy memantul ketika bebas dari penyangganya. Putingnya yang berwarna merah muda tampak mencuat dan menggoda.
"Kau indah Luce," ujar Natsu memandangnya takjub. Gadis di hadapannya hanya tersipu malu.
Tanpa banyak kata, Natsu mengecup dada Lucy dengan bersemangat. Kedua tangannya menangkup dada besar itu dan memijatnya telaten. Wajah Natsu berdiam diri diperpotongan leher Lucy, kelopak matanya terpejam dan bibirnya mengecupi leher Lucy.
"Hnm...Ahh~ mmm.."
Lucy refleks melengkungkan tubuhnya. Desahan terus-menerus lolos meskipun bibirnya ia gigit rapat-rapat. Sensasi panas telapak tangan Natsu, gerakan tangannya yang menggoda dan terampil, serta dadanya yeng memang sensitif, semua itu membuat Lucy hampir gila. Ia menyadari pusat tubuhnya bereaksi dan semakin lembab.
Tanpa gadis itu sadari, pinggulnya bergerak secara naluri di atas kejantanan Natsu, yang kemudian di balas dengan cengkraman kuat pria itu terhadap buah dadanya. Lucy memekik. Tapi tidak dapat gadis itu pungkiri bahwa ia menyukai perlakuan Natsu. Pijatan dan remasan Natsu berirama, pria itu memutar dada di genggamannya dengan perlahan dan lambat, kemudian tiba-tiba memutarnya dengan arah yang berlawanan dengan cepat. Gerakan yang bermacam-macam irama itu tidak dapat Lucy tebak. Natsu memanjakannya.
"AH! Ahnmmm~..,"
Natsu melahap pusat dada Lucy. Puting dadanya yang sejak tadi menantang Natsu mendapat perhatian dari bibir pria itu. Lidahnya membelai dan menggoda pucuk merah muda dada Lucy disertai hisapan kuat. Sebelah dadanya terus diremas dan dipijat satu tangan besarnya, sementara tangan lainnya merambat menyusuri sisi tubuh Lucy hingga pinggangnya. Natsu menarik tali yukata Lucy hingga terlepas dan menjatuhkannya di lantai. Ia menyusuri kulit putih dan mulus yang tampak di balik yukata tipis tersebut. Semua itu ia lakukan dengan tangan.
Natsu mengangkat wajahnya. Di tatapnya Lucy yang memejamkan erat matanya dengan wajahnya yang memerah. Senyuman tipis Natsu terukir, pandangannya lalu teralih pada keadaan gadis itu diatas pangkuannya. Lucy tampak sangat menggoda. Yukata miliknya telah terbuka seluruhnya pada bagian depan, dada telanjangnya terekspos, dan tanda kepemilikan tersebar pada kulit Lucy.
Lucy membuka matanya. Dilihatnya Natsu yang sedang meneliti tubuhnya yang terbuka. Wajahnya semakin merona. Penyihir bintang roh tersebut mati-matian menahan malu. Walaupun Natsu memang sering melihatnya dalam keadaan memalukan, tapi tetap saja Lucy tidak terbiasa. Gadis itu sedikit tersentak ketika Natsu menariknya hingga jatuh terlentang di atas ranjangnya. Gerakan pria itu luwes ketika menindihnya. Lucy di hadapkan pada cengiran lebar Natsu.
"Apa kau siap, Luce?" Natsu bertanya di sertai tatapan mendalamnya. Wajahnya tanpa keraguan. Meminta restunya.
Sekelebat keraguan sempat melintas dalam kepala Lucy. Jika setuju, apakah mendiang ayah dan ibunya akan mengutuknya dari alam sana? Jika tidak, apakah Lucy rela menyudahi kegiatan ini? Lucy sudah terlanjur terbakar gairah. Lihat saja celananya yang basah itu!
Natsu masih menunggu, tidak. Ia akan terus menunggu. Apapun jawaban gadisnya, ia akan menghormatinya. Tunggu dulu, gadisnya?
Lucy galau. Ia tidak tahu harus bagaimana. Raut wajah Natsu di depannya membuatnya ingin melakukannya, tapi satu sisi jiwanya sebagai gadis baik-baik menentang. Bagaimanapun, ia dan Natsu belum memiliki ikatan jauh selain persahabatan. Meskipun Natsu bilang ia menyukai Lucy, tapi sahabat 'kan memang saling menyukai. Dahi Lucy berkerut. Ia memejamkan mata. Raut gelisah tampak pada paras cantiknya.
Natsu menghela nafas halus, ia tersenyum. Ia tahu apa yang di pikirkan gadis itu. Wajah Natsu mendekat ke arah Lucy, dan bibirnya mengecup dahi gadis itu dengan sangat lembut. Kelopak mata Lucy terbuka dan menampilkan wajah bingung ketika Natsu merapatkan yukata Lucy sebelum beranjak dari atas tubuhnya. Pria itu juga membentangkan selimut untuk menutupi tubuh Lucy lalu menuju kamar mandi. Sikap Natsu meninggalkan tanda tanya besar dalam benak gadis itu.
.
.
.
TBC
Yuhuu~
Saya hadir membawa Fic coretmecumcoret.. Niatnya Mau buat One Shot. Tapi karena kepanjangan saya pangkas sampai di sini dulu~ #plak
Saya tunggu respon teman-teman sekalian yaa, maaf kalau banyak typo belum sempat ngecek ulang. Thankyuu :))) RnR, please?
-Aquaflew
