Title : LOVE STORY (MEANIE)

Author : V.D_Cho

Cast : Wonwoo, Mingyu dan teman-teman ^^

Genre : Romance, Drama, Absurd

Type : GS

Rate : T+

Warning : It's a GS fanfict. As you see in other ff. DLDR. Don't be a plagiator, make your own story don't take my idea or any plot in this ff. This is all pure my own imagination. Please appreciate my hard work. Take with full credit. ^^

V.D Entertainment

.

.

Proudly Present

.

.

:::LOVE STORY (MEANIE) CHAPTER 1 OF 2:::

.

.

.

Awal mereka bertemu adalah karena dare, kalah taruhan dan ditambah sedikit permainan takdir?

.

Suatu hari, ada sebuah kejadian yang tidak bisa dilupakan oleh orang-orang yang berada di kafetaria saat itu. Saat dimana Jeon Wonwoo memasuki kafetaria sendirian dan kemudian Kim Mingyu menghampirinya.

Wonwoo itu hampir bisa disamakan dengan hantu saking jarangnya bersosialisasi, orang-orang sering kesulitan untuk menyadari keberadaannya. Mereka bahkan tidak yakin kalau seorang Kim Mingyu mengenal Jeon Wonwoo. Lantas, ada masalah apa sehingga Mingyu mencegat jalan Wonwoo seperti itu?

"Siapa namamu?" tanya Mingyu.

Benarkan… Mingyu tidak mengenal Wonwoo.

"Jeon Wonwoo imnida…"

"Jeon Wonwoo, saranghae."

Lebih dari setengah isi kafetaria terkejut dengan pengakuan yang dibuat Mingyu. Wonwoo? Jangankan kaget, mengedip saja tidak. Dia hanya mengangguk, lalu berujar, "Oh, gomawo."

Kemudian, saat akan melanjutkan perjalanannya menuju counter pemesanan sebelum antrian kian memanjang, Mingyu menarik tangannya.

"Aku Kim Mingyu."

"Lalu?"

"Mulai saat ini kau adalah pacarku."

Mingyu tidak memberikan pertanyaan padanya melainkan pernyataan, dan Wonwoo berkedip beberapa kali lalu membalasnya seolah tanpa beban, "Oke."

Setelahnya, Mingyu melepaskan Wonwoo dan kembali ketempat dimana teman-temannya menunggu sedangkan Wonwoo melangkahkan kakinya menuju counter pemesanan.

"Sudah? Begitu saja?" tanya Soonyoung yang tadi sempat dibuat speechless oleh Mingyu.

"Iya, begitu saja. Memangnya harus bagaimana lagi?"

"Kau itu pernah menyatakan perasaan pada perempuan atau tidak sebelumnya?" kali ini Seokmin yang bertanya karena gemas dengan pengakuan Mingyu tadi. Mingyu menjawabnya dengan menggedikkan bahunya lalu meminum cola nya dengan cuek.

Seisi kafetaria speechless. Sungguh kejadian yang tak terduga dari Mingyu dan Wonwoo dan juga sebuah peristiwa 'penembakan' yang sangat tidak romantis.

.

Terdapat perbedaan diantara keduanya…

.

Jeon Wonwoo bukannya tidak cantik. Dia sangat cantik malah. Dia bahkan berada diperingkat pertama dari tiga besar mahasiswi tercantik di kampusnya. Dia juga tergolong memiliki tinggi diatas rata-rata dengan tubuh proporsional. Penampilannya juga up-to-date, otaknya cemerlang, mahasiswi kesayangan para dosen killer. Hanya saja, dia tidak begitu suka bersosialisasi. Dia hanya berbicara seadanya, itupun kalau ada yang mengajakanya bicara.

Faktor terbesar yang membuat orang segan untuk mengajaknya bicara adakah karena ekspresinya yang cenderung datar, seolah tak menunjukkan ketertarikan sama sekali pada lawan bicaranya. Kesehariannya di kampus biasanya adalah bolak-balik keluar-masuk ruangan dosen, membaca buku atau mengerjakan tugas di perpustakaan –yang konon katanya berhantu, jadi jarang ada yang datang kesana– , atau tidur siang di ruang kesehatan. Kadang-kadang dia juga ke kafetaria untuk mencari milkshake strawberry dan beberapa coffee jelly kesukaannya.

Sedangkan Kim Mingyu termasuk dalam jajaran mahasiswa populer di kampus. Mingyu dan Wonwoo berbeda jurusan, namun sama-sama berada di jurusan Natural Science KAIST. Mingyu di Kimia sedangkan Wonwoo di Matematika. Perbedaan jurusan keduanya membuat mereka memiliki peluang bertemu yang sangat kecil.

Sebagai salah satu pangeran kampus, Mingyu tidak hanya tampan, dia sangat tinggi, seksi dengan tubuh yang proporsional, tergolong mahasiswa yang cerdas, atletis, serba bisa dan juga baik hati. Oh! Jangan lupakan penggemar yang jumlahnya tidak sedikit. Saat Mingyu menyatakan cinta pada Wonwoo, banyak penggemarnya yang bertanya-tanya kenapa dan bagaimana bisa Mingyu 'menembak' Wonwoo yang bahkan tidak dikenalnya. Ditambah lagi dengan perbedaan sifat keduanya dimana Wonwoo yang suka menyendiri sedangkan Mingyu lebih suka berorganisasi dan bersosialisasi dengan orang banyak, membuat semakin banyak orang yang penasaran dengan alasan Mingyu menjadikan Wonwoo sebagai kekasihnya.

.

Kalian pikir mereka hanya bercanda? Setelah tahu bagaimana kedekatan keduanya tidak mungkin kau menyebut mereka hanya berpacaran karena hukuman permainan semata.

.

Wonwoo benci di perhatikan. Tapi semenjak Mingyu menjadi pacarnya (terhitung sejak tiga jam 27 menit dan 48 detik yang lalu), kemanapun dia pergi, pasti ada saja orang yang memperhatikannya lalu bergosip sambil berbisik-bisik saat dia sudah melewati mereka. Wonwoo tidak nyaman dengan semua itu, seperti saat ini, dia yang sedang mengerjakan tugas di perpustakaan buru-buru merapikan peralatannya. Dia memutuskan untuk melanjutkan dirumah saja karena tidak tahan dengan tatapan pengunjung perpustakaan lain yang mengarah padanya.

Selesai dengan peralatan dan buku-bukunya, tangan Wonwoo terulur untuk mengelus rambut Mingyu yang sedang tidur disebelahnya dan Mingyu pun terbangun.

"Sudah siap?"

Wonwoo menggeleng.

"Lalu kenapa sudah beres-beres?"

Wonwoo menggeleng lagi. Mingyu mengedarkan padangan kesekeliling, orang-orang sibuk memperhatikan mereka bukannya memperhatikan buku pelajaran yang terbuka dihadapan mereka. "Pantas saja," gumam Mingyu pelan. Wonwoo pasti merasa tidak nyaman, pikirnya.

"Ya sudah, ayo pulang."

Mingyu mengambil alih ransel Wonwoo dan menggamit tangan gadis itu hingga tiba di tempat parkir.

"Sudah menyimpan nomor yang kuberikan tadi, 'kan? Nanti kirimkan alamat rumahmu. Mulai besok tidak usah bawa mobil. Aku akan menjemputmu," ujar Mingyu. Wonwoo mengangguk lalu menerima tas ranselnya kembali. Setelah mengucapkan terima kasih pada Mingyu, Wonwoo masuk ke mobilnya. Setelah Wonwoo pergi, barulah Mingyu berjalan menuju ke mobilnya sendiri.

.

Mingyu menepati janjinya untuk menjemput Wonwoo. Ibu Wonwoo yang sedang menikmati teh bersama temannya di taman depan rumah terlihat kaget saat mengetahui bahwa Mingyu datang untuk menjemput Wonwoo karena Wonwoo tidak pernah di jemput oleh teman prianya sebelumnya.

"Wonwoo masih di dalam, kau bisa masuk. Kamarnya di lantai dua, dari tangga kamar pertama sebelah kanan. Tapi, kalau boleh tahu, apa hubunganmu dengan putriku, Mingyu-ssi?"

Mingyu menunjukkan senyuman ramahnya, "Kekasih Wonwoo. Kami baru mulai pacaran kemarin. Apa nyonya keberatan?"

Senyuman muncul dari wajah ibu Wonwoo, "Tidak. Tentu saja tidak. Semoga kalian bertahan lama kalau perlu sampai ke jenjang yang lebih serius."

Setelah berbincang sebentar, Mingyu pamit untuk menjemput Wonwoo di kamarnya. Kebetulan jadwal mereka hari ini sama, hanya perlu menghadiri satu mata kuliah untuk jam satu siang nanti.

Sesampainya di depan pintu kamar yang dia tuju, Mingyu mengetuk pintunya beberapa kali sambil memanggil Wonwoo. Tapi Wonwoo sama sekali tidak menyahuti panggilannya. Mingyu akhirnya memutuskan untuk menunggu sebentar di depan kamar Wonwoo. Saat dia hendak bersandar pada pintu kamar, tiba-tiba saja pintunya terbuka. Mingyu sedikit mengintip ke dalam, tapi dia tidak melihat siapapun disana.

Tanpa pikir panjang, Mingyu memutuskan untuk membuka pintu kamar lebih lebar dan masuk ke dalam. Kamar Wonwoo luas dengan desain minimalis, rapi dan di dominasi oleh warna putih, biru muda dan abu-abu pucat. Ada beberapa buku dan sebuah laptop yang masih menyala diatas meja kerja Wonwoo. Diatas ranjangnya juga terdapat satu stel pakaian serta pakaian dalam yang sepertinya akan digunakan oleh Wonwoo ke kampus nanti. Mingyu menyeringai aneh saat melihat pakaian dalam berwarna hitam milik Wonwoo, entah apa yang dipikirkannya. Tapi seringaian tersebut hilang saat Wonwoo keluar dari dalam kamar mandinya. Wonwoo yang kaget dengan keberadaan Mingyu di kamarnya bergerak mundur selangkah.

"Kapan sampai? Ini masih jam sebelas siang," kata Wonwoo.

"Baru saja. Aku bertemu dengan ibumu di bawah tadi dan beliau menyuruhku untuk langsung ke kamarmu. Aku sedang ada urusan diluar tadi dan kebetulan tempat pertemuannya di dekat daerah rumahmu, jadi begitu pertemuannya selesai aku langsung kemari," Mingyu menjawab sambil menatap intens pada Wonwoo. Wonwoo yang merasa aneh dengan tatapan Mingyu pun menatap pada penampilannya sendiri dari atas sampai bawah.

Dia memang mengenakan bathrobe bukannya handuk karenanya dia tidak panik saat melihat Mingyu, tapi ternyata dia tidak mengenakannya dengan benar hingga bagian dada sedikit terlihat. Wonwoo berdecak lalu buru-buru membenarkan bathrobe nya. Berjalan kearah Mingyu dan menghadiahi pria itu sebuah cubitan dipinggang.

"Argh!" rintih Mingyu.

"Suka dengan apa yang kau lihat, hm?"

Mingyu mengangguk dengan polos dan Wonwoo semakin mengencangkan cubitannya. Mingyu kembali merintih dan berusaha untuk melepaskan tangan Wonwoo dari pinggangnya.

"Iya, sudah, maaf Wonwoo. Lepaskan, ini sakit…"

Wonwoo akhirnya melepaskan cubitannya dan menyabar pakaiannya yang berada diatas ranjang lalu kembali masuk ke kamar mandi.

"Apa ukurannya sudah benar? Kelihatannya cukup besar," ujar Mingyu dengan tujuan menggoda Wonwoo yang sedang berada di kamar mandi. Tak lama, Wonwoo keluar dengan pakaian lengkapnya. Dengan kesal dia menatap Mingyu yang duduk di atas ranjangnya sambil memasukkan keperluannya ke dalam tas.

"Dadaku memang cukup besar," Wonwoo berujar dengan santainya.

"Yah, kelihatan, sih…" timpal Mingyu tak kalah santai.

Wonwoo selesai dengan persiapannya dan menatap jam dindingnya. Masih jam sebelas lewat 20 menit. Masih banyak waktu sebelum kelas dimulai.

"Mau minum apa? Akan ku bawakan cemilan juga. Jam satu masih lama," tawar Wonwoo.

"Apa saja, terserahmu. Setelah ini aku ingin membicarakan sesuatu denganmu."

.

Wonwoo kembali tak lama kemudian dengan sebuah nampan berisikan dua gelas jus strawberry dan sepiring buah-buahan sebagai cemilannya. Diletakkannya nampan tersebut diatas ranjang dan dia pun ikut duduk disana bersama Mingyu.

"Jadi, mau bicara apa?"

"Aku akan mengatakan hal ini agar kau tidak salah paham ataupun sakit hati padaku. Sebenarnya, aku menjadikanmu sebagai pacarku karena aku kalah taruhan dan yang kalah harus menjadikan perempuan pertama yang masuk ke kafetaria saat itu sebagai pacarnya," jelas Mingyu dengan segenap keberaniannya.

Dia bahkan siap jika Wonwoo menamparnya. Siapa yang tidak kesal jika dijadikan pacar atas dasar permainan. Tapi Wonwoo tidak melakukan apapun padanya. Wonwoo malah sibuk mengunyah apel sambil mengangguk-angguk.

"Kau… tidak marah?"

Wonwoo menatapnya, "Sebenarnya, Mingyu, aku juga bersedia jadi pacarmu karena dare."

"Ha?"

"Dare ku adalah menjadikan salah satu pengunjung kafetaria sebagai pacarku. Dan kebetulan kau memintaku untuk jadi pacarmu." Kemudian Wonwoo meralat perkataannya, "Salah. Kau tidak memintaku tapi langsung meng-klaim bahwa aku pacarmu."

Mingyu ingin tertawa sekarang. Apa ini? Kenapa lucu sekali.

"Hahahaha…" dan Mingyu benar-benar tertawa setelahnya. Wonwoo tidak memberikan banyak tanggapan. Dia tahu kenapa Mingyu tertawa. Ini memang lucu. Mereka berdua bertemu dan berpacaran karena permainan. Mingyu yang kalah taruhan dan Wonwoo yang terkena dare.

"Jadi, apa ada batasan waktu dari hukumanmu itu?"

Mingyu menggeleng, "Tidak ada. Bahkan jika sedetik setelah menerimaku kau memutuskanku pun itu masih dianggap sah, yang penting kau pernah menjadi pacarku walau sedetik."

Mingyu membuka mulutnya dan meminta agar Wonwoo menyuapinya strawberry dan Wonwoo melakukannya.

"Bagaimana denganmu?" tanya Mingyu balik.

"Sama saja denganmu."

"Lalu, kau ingin melanjutkannya atau kita berhenti disini?"

"Bagaimana denganmu? Lanjut atau berhenti?"

"Baiklah. Tidak akan ada akhirnya kalau begini terus. Bagaimana kalau kita mengucapkannya bersamaan dalam hitungan ketiga?"

"Oke."

"Satu… dua… tiga!"

"Lanjut," ucap keduanya bersamaan.

Mingyu tersenyum dan Wonwoo membalasnya dengan senyuman juga. Mingyu melihat kearah jam tangannya.

"Waktu masih lama. Ayo saling bertukar cerita. Akan aneh jika kita berpacaran tapi tidak tahu apapun satu sama lain."

"Baiklah. Kau duluan."

Dan merekapun menghabiskan waktu dengan saling bertukar informasi satu sama lain lalu dengan terburu-buru berangkat kekampus karena saking asiknya bercerita, mereka sampai tidak sadar jika jam sudah menunjukkan pukul 12 lewat 30 menit.

.

Kelas berakhir tepat pada pukul empat sore. Wonwoo sedang membereskan bukunya saat mendengar Mingyu memanggil namanya. Wonwoo menoleh dan lantas tersenyum saat melihat Mingyu yang melambaikan tangan padanya dari ambang pintu kelas. Beberapa mahasiswa yang masih berada di kelas terlihat berbisik-bisik dan Wonwoo yakin mereka sedang membicarakan dirinya dan Mingyu.

Wonwoo bergegas mengampiri Mingyu yang sudah menunggunya. Tanpa di duga, Mingyu mencium Wonwoo di bibir, sedikit melumatnya dan bahkan menggigit bibir bawah Wonwoo saat akan melepaskannya lalu tersenyum. Wonwoo kaget dan meninju bahu Mingyu pelan.

"Apa-apaan… banyak yang melihat!"

Mingyu menggedikkan bahunya tak peduli, "Biar saja. Memang kenapa? Kau, 'kan milikku."

"Sejak kapan aku jadi milikmu, tuan?" sinis Wonwoo.

"Sejak kemarin. Mau langsung pulang atau kita kencan dulu?"

Wonwoo tanpa ragu memeluk lengan Mingyu, "Kencan boleh juga."

"Oke. Let's go!"

.

Tapi, seperti di drama, ada saja yang tidak suka dengan kebersamaan Mingyu dan Wonwoo. Terutama para penggemar Mingyu dan penggemar Wonwoo…

.

Mingyu yang sedang men-dribble bola basket di tangannya terpaksa berhenti saat melihat Wonwoo memasuki lapangan basket indoor tempatnya bermain dengan pakaian basah. Tidak perlu bertanya, Mingyu tahu apa yang menjadi penyebab baju Wonwoo basah. Keterlaluan, pikir Mingyu. Mereka bahkan baru saja mulai berpacaran seminggu tapi teror yang di terima Wonwoo sudah sampai seperti ini. Ditambah lagi Wonwoo selalu menolak untuk mengatakan siapa pelakunya. Mingyu tentu saja tahu itu ulah penggemarnya (yang Mingyu sangsikan datang ke kampus bukan untuk belajar tetapi hanya untuk mengintilinya kemana-mana), tapi penggemarnya 'kan banyak, bukan satu dua orang.

"Siap –"

"Sshh~" Wonwoo menggunakan jari telunjuknya yang panjang untuk membungkam bibir Mingyu.

"Biar aku yang mengurusnya. Aku baik-baik saja," sambung Wonwoo.

"Tapi ini sudah keterlaluan Wonwoo. Beritahu aku dan aku akan menghentikannya untukmu."

"Dan membuatku semakin di teror oleh para penggemarmu itu? Tidak terima kasih, Sayang. Tapi kau bisa membantuku dengan meminjamkan bajumu. Aku tahu kau bawa baju ganti. Aku ada kelas dalam 20 menit dan aku tidak yakin bajuku bisa kering dalam waktu itu."

Mingyu sebenarnya ingin bertanya lagi, tapi dia memutuskan untuk mengangguk dan membawa Wonwoo ke ruang ganti sebelum gadisnya itu sakit karena mengenakan baju yang basah.

Mingyu mengunci pintu ruang ganti dari dalam saat selesai memastikan bahwa tidak ada siapa-siapa disana. Dia tidak mau ada orang yang tiba-tiba masuk saat Wonwoo sedang berganti pakaian. Wonwoo menerima kaus lengan panjang berwarna putih dari Mingyu dan langsung mengganti pakaian di depan Mingyu tanpa mempedulikan keberadaan Mingyu.

"Bra-mu…"

"Tidak basah, Mingyu. Bajuku cukup tebal," sahut Wonwoo sebelum Mingyu bahkan menyelesaikan kalimatnya. Selesai berganti pakaian, Wonwoo melihat kearah Mingyu yang memasang wajah kecewanya dan terkekeh pelan. Dia menghampiri Mingyu dan membisikkan sesuatu yang seketika membuat wajah kecewa Mingyu digantikan dengan wajah bahagianya. Setelahnya, entah apa yang mereka berdua lakukan, tapi mereka baru keluar dari ruang ganti setelah hampir sepuluh menit berada disana.

.

Teror sebenarnya bukan hanya di terima oleh Wonwoo, tapi juga Mingyu. Jangan remehkan Wonwoo yang meskipun jarang terlihat, justru sikapnya yang misterius itu telah menarik banyak orang untuk menjadi pecintanya. Jadi, saat tahu bahwa Wonwoo berpacaran dengan Mingyu, beberapa oknum berulang kali mencoba untuk menjauhkan Mingyu dari Wonwoo dengan berbagai macam cara. Salah satunya adalah dengan mengirimi e-mail pada Wonwoo yang berisikan foto dimana di dalam foto tersebut Mingyu terlihat masuk ke sebuah kelab malam bersama seorang perempuan dan diikuti dengan foto dimana mereka masuk ke sebuah hotel bersama.

Mingyu yang penasaran dengan apa yang dilihat oleh Wonwoo pun mengintip layar laptop Wonwoo. Aplikasi photoshop tengah terbuka dan Mingyu membulatkan matanya kaget saat melihat foto yang juga sedang Wonwoo lihat. Wonwoo menoleh pada Mingyu.

"Mau menjelaskan sesuatu?" tanyanya. Mingyu menatap Wonwoo tepat di kedua maniknya, "Itu bukan aku," kata Mingyu mengonfirmasi keaslian foto itu dan Wonwoo mengangguk.

"Memang bukan," celetuknya.

"Walaupun foto ini terlihat asli, tapi ini memang bukan dirimu. Seseorang mengeditnya. Pixelnya berbeda antara bagian leher dan wajahmu. Tapi harus aku akui kalau ini benar-benar rapi," jelas Wonwoo.

Mingyu tersenyum dan menarik kursi Wonwoo agar Wonwoo berada dalam jarak yang dekat dengannya. Tidak peduli jika mereka sedang berada di perpustakaan, Mingyu menangkup kedua pipi Wonwoo dan mencium Wonwoo.

"Aku senang memilikimu yang jago dalam hal fotografi."

"Aku juga senang karena jago dalam hal itu."

Lalu keduanya tertawa pelan karena tidak mau mengganggu pengunjung perpustakaan yang lain.

.

Dua bulan berpacaran, sudah menjadi kebiasaan Mingyu untuk mengantar jemput Wonwoo baik itu ke kampus ataupun ke tempat-tempat lainnya baik jika mereka sedang memiliki jadwal kuliah yang sama maupun tidak. Keduanya saling hafal jadwal kuliah satu sama lain dan Wonwoo juga bahkan tahu jadwal Mingyu menghadiri rapat dengan klien perusahaan milik ayah Mingyu (walaupun Mingyu kuliah di jurusan Kimia bukannya Bisnis, ayahnya tetap mempercayakan beberapa kliennya pada Mingyu.). Mingyu sendiri juga hafal dengan jam bangun Wonwoo setiap harinya. Dan hari ini adalah hari sabtu dimana tidak ada jadwal perkuliahan dan juga urusan kantor yang perlu Mingyu tangani.

Biasanya, jika hari libur maka Wonwoo akan bangun diatas jam sembilan pagi. Tapi Mingyu sudah tiba di depan pintu rumah Wonwoo jam setengah delapan pagi. Dia menekan bel dan seorang pekerja di rumah Wonwoo mempersilahkannya untuk masuk. di ruang keluarga, dia bertemu dengan ayah dan ibu Wonwoo. Mingyu menyempatkan diri untuk berbincang sebentar dengan keduanya sebelum pamit untuk membangunkan Wonwoo.

Pintu kamar Wonwoo tidak pernah dikunci. Mingyu tahu hal itu sejak pertama kali dia mengunjungi rumah Wonwoo, jadi dia tidak mengetuk pintu sama sekali dan langsung masuk. Di dalam kamar, Mingyu menemukan Wonwoo yang menenggelamkan dirinya ke balik selimut putih bergambarkan bunga lavender dan tersenyum. Tanpa permisi, dia naik ke atas ranjang Wonwoo dan menyelinap masuk kebalik selimut lalu memeluk Wonwoo.

Wonwoo yang tahu ada seseorang yang memeluknya hanya menggumam tak jelas, tapi tidak sampai terbangun. Tapi saat tangan Mingyu mulai bergerak kemana-mana, Wonwoo mau tak mau terbangun dan menegurnya.

"Mingyu… Aku masih mengantuk…"

"Apa yang kau lakukan semalam, hm? Menonton film horror lagi?" tanya Mingyu masih dengan tangan yang usil bergerak kesana kemari. Bahkan sampai menyelinap ke balik kaus yang Wonwoo kenakan.

Wonwoo yang posisinya membelakangi Mingyu kini membalik sambil berusaha menarik keluar satu tangan Mingyu yang kini berada di dadanya.

"Lepaskan Mingyu. Aku mau tidur. Ini masih pagi, janji kita 'kan jam sepuluh…" rengek Wonwoo.

"Ya tidur saja. Aku akan bermain dengannya kalau kau tidak mau bermain denganku."

Ngomong-ngomong, 'nya' yang dimaksud oleh Mingyu adalah dada Wonwoo.

"Mana bisa aku tidur kalau tanganmu itu tidak bisa diam," sungut Wonwoo masih sambil berusaha melepaskan tangan Mingyu.

"Tapi aku suka bermain dengannya. Tidur sajalah. Aku tidak akan melakukan hal yang lain…"

Wonwoo menatap Mingyu dengan ekspresi iritasi lalu mendengus kesal dan kembali membelakangi Mingyu, "Terserah! Lakukan saja sesukamu. Jangan bangunkan aku sebelum jam sembilan!"

"Oke!" jawab Mingyu bahagia.

.

Setengah tahun mereka berpacaran, masih ada saja yang berusaha untuk memisahkan Wonwoo dan Mingyu. Kadang-kadang keduanya kesal juga, mereka mencoba mengabaikan orang-orang yang menentang hubungan mereka tapi tetap saja tidak bisa menghentikan mereka dengan segala usaha mereka untuk membuat Mingyu dan Wonwoo putus.

Seperti saat ini, seperti biasa, Wonwoo akan mengerjakan tugasnya diperpustakaan. Tapi kali ini dia hanya sendirian karena Mingyu mengatakan bahwa dia sedang ada keperluan di luar tapi Mingyu berjanji akan menjemput Wonwoo begitu Wonwoo selesai dengan pekerjaannya. Saat sedang mengetikkan tugasnya di halaman Word, sebuah notifikasi masuk ke ponselnya. Ada sebuah pesan dari nomor tak di kenal. Wonwoo yang penasaran pun membuka pesan tersebut dan sesaat setelahnya, dia langsung menjatuhkan kepalanya, menyembunyikan wajahnya diantara kedua tangannya yang terlipat diatas meja dengan bahu yang bergetar lalu sesaat kemudian dia buru-buru menghapus air matanya dan membereskan peralatannya lalu keluar dari perpustakaan.

Tak jauh darinya, ada beberapa orang yang memperhatikan tingkah Wonwoo dan orang-orang tersebut menyeringai senang.

"Apa Wonwoo menangis?"

"Sepertinya begitu…"

"Sebentar lagi mereka pasti akan putus dan kesempatanku untuk mendekati Mingyu semakin besar."

"Lalu aku akan menjadikan Wonwoo milikku."

"Ya, ya, ya. Sekarang cepat kerjakan tugasnya. Kita lihat saja bagaimana sikap keduanya besok."

Tanpa mereka sadari bahwa sebenarnya Wonwoo tidaklah menangis melainkan tertawa, tapi berhubung dia sedang berada di perpustakaan dia tidak bisa tertawa dengan kencang, tapi tetap saja air matanya mengalir. Karena tidak puas hanya tertawa pelan begitu, Wonwoo memutuskan untuk keluar dari perpustakaan, setelahnya barulah Wonwoo tertawa dengan kencang.

"Bodoh! Bodoh sekali… Hahahaha~" gumam Wonwoo sambil tertawa.

Pesan yang tadi diterimanya berisikan sebuah potret Mingyu yang sedang merangkul dan tertawa bersama seorang perempuan. Dan bodohnya adalah sepertinya si pengirim pesan tidak mengathui apa-apa tentang hubungan Mingyu dan si perempuan yang bersamanya. Perempuan yang sedang bersama Mingyu di foto itu tidak lain dan tidak bukan adalah ipar Wonwoo.

Perempuan itu bernama Minghao dan dia adalah istri dari kakak sepupu Wonwoo, Wen Junhui. Junhui dan Minghao bertemu dengan Wonwoo dan Mingyu secara tak sengaja di sebuah pusat perbelanjaan dan tanpa di duga ternyata Mingyu dan Minghao adalah sahabat dekat sejak smp. Makanya Wonwoo tidak lagi kaget melihat kedekatan keduanya ditambah lagi sekarang Minghao sedang hamil muda anak pertamanya dengan Junhui. Maka dari itu Wonwoo tertawa setelah melihat isi pesan tersebut.

Wonwoo mengambil ponsel dari saku celananya dan menghubungi Mingyu.

"Sudah selesai, Sayang?" tanya Mingyu di seberang line.

"Sudah. Kau sedang dimana?"

"Di kafe biasa. Menemani Minghao sambil menunggu Junhui hyung menjemputnya. Ah! Junhui hyung sudah sampai. Kalau begitu aku akan berangkat menjemputmu sekarang, Sayang."

"Oke. Hati-hati di jalan. Aku menunggumu di taman dekat perpustakaan."

"Siap, nyonya! Saranghae…"

"Nado saranghae Kim Mingyu."

See, Mingyu bahkan tidak berbohong padanya dan mengatakan jika dia sedang bersama Minghao saat ini. Jadi sepertinya tidak ada yang akan putus hubungan seperti prediksi beberapa orang tadi. Jika kau saling percaya, maka yakinlah, hubunganmu akan bisa bertahan walau diterpa badai sekuat apapun.

.

To Be Continue…

Author's Note:

Holaaa~ Grey bawa ff Meanie.

Cuma Twoshoot ringan aja tentang Meanie. Chapter keduanya juga udah ready buat di update. Mungkin tiga hari lagi?

Ini hasil keisengan Grey aja. Mian kalau feel nya kurang. Grey Cuma ngetik apa yang Grey bayangin dan apa yang Grey ingin ketik dan jadilah ff gaje ini.

Sekian aja. See ya at another ff ^^