Hola Minna. Ada yang bosen ketemu fic baru (lagi-lagi) saya? Semoga nggak ya.

.

DISCLAIMER : TITE KUBO

.

RATE : T

.

Warning : OOC (banget), AU, Gaje, Misstypo (Nongol mulu), Gak karuan, Mohon maaf kalau ada kesalahan dalam pengetikan nama karena dalam pengerjaannya saya memakai nama orang lain terlebih dahulu.

.

Attention : Fic ini hanyalah fiksi belaka. Apalagi terdapat kesamaan atau kemiripan situasi atau tokoh atau apapun itu dengan cerita lain dalam bentuk apapun itu, adalah tidak disengaja. Fic ini hanyalah inspirasi gak sengaja yang nongol setelah membaca artikel di internet. hehehe

.

.

.

Ya… suara itu begitu lembut mengalun. Suara itu begitu merdu hingga aku menolak untuk menghentikannya. Kalau bisa, aku ingin mendengarkannya setiap saat. Kalau bisa aku ingin mendengarkannya seumur hidupku. Dan kalau bisa… aku tidak ingin melepaskan suara itu. Aku ingin, hanya aku saja yang boleh mendengarkannya. Kalau boleh, aku ingin… hanya aku saja yang memiliki pemilik suara itu.

Aku ingin egois dan tak ingin melepaskannya apapun yang terjadi. Dan aku… tidak pernah ingin kehilangan suara itu meski hanya sedetik. Aku tak ingin suara itu menghilang dari pendengaranku apapun yang terjadi.

Karena aku… tanpa sadar sudah jatuh cinta pada suara itu.

Suaranya yang jernih, merdu, halus bak seorang malaikat yang menyanyikan lagu-lagu surgawi yang indah itu.

Dia seperti malaikat yang datang dari suatu surga. Dan aku mulai merasa…

Pertemuankupun… karena takdir dari surga. Takdir dari surga bahwa aku bisa bertemu dengan malaikat pemilik suara terindah yang pernah kudengar itu.

.

.

*KIN*

.

.

Kuchiki Rukia, adalah penyanyi berbakat yang memiliki kondisi langka. Dia bisa mengalunkan suara indah, seindah malaikat. Siapapun yang mendengarkan nyanyiannya, pasti akan ikut terhanyut. Dalam nada-nada tinggi yang bisa menyakitkan tenggorokanpun bisa dilaluinya dengan baik. Bahkan dia nyaris menjadi pemilik suara tertinggi kalau saja dia bisa mengimbanginya. Tapi sayang, Rukia sama sekali tidak menginginkan itu. Menyanyi memang bakat dan keahliannya. Tapi menjadi terkenal bukanlah keinginannya. Apalagi dengan kondisinya sekarang yang jelas-jelas tidak memungkinkannya melakukan itu.

Sejak divonis tak bisa bicara lagi, hidup Rukia rasanya menjadi begitu hancur dan hampa. Tak ada semangat lagi dalam hidupnya. Padahal… dia begitu pandai bernyanyi dengan merdu. Entah mengapa setiap kali akan mengatakan sesuatu pada saat bukan menyanyi, dia tidak mengeluarkan suara sama sekali. Dia bisa mengeluarkan suara indah dan merdu setiap kali menyanyikan sebuah lagu, tapi tidak bisa mengatakan satu patah katapun jika ingin bicara normal saja. Kondisi ini sungguh membuatnya mengalami trauma hebat.

Awal kejadian ini sebenarnya, ketika Rukia berusia 12 tahun. Ketika itu, Rukia mengalami demam tinggi. Dokter mengira hanya virus biasa saja. Karena itu, keluarga Rukia tak terlalu mengkhawatirkannya. Tapi sebulan setelah demam tinggi itu hilang, perlahan-lahan Rukia sama sekali tidak bisa bicara. Suaranya menjadi serak dan berat. Setiap waktu, bahkan setelah dua bulan berlalu, akhirnya Rukia sama sekali tidak bisa mengatakan apapun ketika bicara.

"Gangguan spasmodic dysphonia seringkali disebabkan oleh virus, namun bisa juga disebabkan oleh pita suara atau laring yang kejang ketika diperintahkan oleh otak untuk bicara. Kondisi ini jarang ditemui karena penderitanya hanya tidak dapat bicara atau hampir tidak bisa bicara walau sekeras apapun mereka berusaha. Di masa lalu penyebab ini akibat psikologi dan bukannya fisik. Saat ini, dipercaya bahwa penyebabnya adalah masalah dalam sistem otak dan syarat. Kejang otot menyebabkan pita suara terlalu dekat atau terlalu jauh pada orang dengan kondisi ini ketika berbicara." Jela dokter itu.

"La-lu… apakah kondisi ini bisa sembuh?"

"Kita belum tahu apakah penyakit ini bisa selamanya atau temporer saja. Bisa juga sembuh dengan obat-obatan dan terapi, tapi bisa juga tidak mungkin sembuh untuk selamanya. Asal berobat yang teratur mungkin bisa terjadi perubahan. Tapi tenang saja. Nona Rukia masih bisa bernyanyi dengan baik."

Meskipun itu adalah kata-kata penghibur, tapi bagi Rukia sendiri ini adalah mimpi terburuk dalam hidupnya. Dia senang memang masih bisa bernyanyi. Tapi mengingat dia sama sekali tidak bisa bicara, apa yang bisa dia lakukan?

Rukia bahkan butuh waktu hingga setahun untuk beradaptasi dengan dirinya yang baru ini. Ejekan bahkan hinaan diterimanya. Awalnya sulit sekali. Bahkan Rukia menolak untuk keluar dari kamarnya selama beberapa bulan karena ini. Tapi dukungan dari kakak perempuan satu-satunya, yah… keluarga satu-satunya ini, akhirnya bisa membuat Rukia mengerti.

Mungkin dia adalah satu-satunya orang yang teristimewa di dunia ini. Dia bisa menyanyi walau tidak bisa bicara. Dan Rukia sama sekali tidak kehilangan suaranya.

Dukungan dari keluarga satu-satunya memang akhirnya bisa membuatnya mengerti akan hal itu. Dan syukurlah… sejak hari itu, Rukia sudah bisa menerima hidupnya.

Apalagi setelah kakaknya menikah dengan seorang pria baik dan membawa Rukia keluar dari desanya ini.

Awalnya, Rukia dan kakaknya tinggal di Seireitei. Pulau Seireitei, yang sangat indah di Jepang. Tapi karena begitu banyaknya kenangan buruk di sana, Rukia memutuskan ikut kakaknya tinggal di Tokyo. Sebuah kota yang mungkin akan membawa kenangan baru baginya.

.

.

*KIN*

.

.

12 years later…

"Rukia! Kau mau kemana!" teriak Hisana. Kakak dari Rukia.

Tapi gadis berambut hitam pendek itu tetap tersenyum sambil berlari keluar dari rumah mereka. Rumah ini adalah rumah milik dari kakak ipar Rukia yang bekerja sebagai manager di sebuah perusahaan asing. Hidup mereka memang tidak sulit seperti dulu lagi. Tapi Rukia tak pernah menyusahkan kakak maupun kakak iparnya. Rukia biasa berkeliling Tokyo sendirian, dia cukup pandai membaca situasi. Biasanya Rukia selalu ada di sebuah gedung teater yang berada di tengah kota Tokyo. Gedung teater itu milik bibi tetangga rumahnya dulu yang ada di Seireitei dulu. Rukia kenal baik dengan bibi pemilik teater itu. Makanya Rukia juga sering mengisi lagu-lagu tema teater yang dibawakan oleh sekelompok orang itu. Karena tidak pernah bicara dan hanya bisa menyanyi dengan merdu, makanya bibi pemilik teater itu mengijinkan Rukia. Lagipula teaternya selalu ramai karena banyak penonton yang senang mendengar lagu tema yang dibawakan oleh Rukia.

Sedangkan Hisana kakak Rukia lebih banyak di rumah. Mengerjakan pekerjaan rumah dan menyambut kakak iparnya kalau pulang kerja. Sebenarnya Hisana sejak dulu bertubuh lemah dan tak pernah seenerjik Rukia. Hisana memang lemah, tapi dialah matahari untuk Rukia kala Rukia merasa depresi pada hidupnya karena kesulitannya ini. Memang diakui bahwa Hisana sangat berbakat membujuk orang. Dia baik dan cantik. Figure seorang wanita yang didambakan oleh banyak pria untuk dijadikan isteri terbaik di dunia. Usia Hisana memang terpaut enam tahun dari Rukia. Makanya Hisana terkesan dewasa. Tentu saja! Tapi Rukia mulai akan kesal karena Hisana sudah memarahinya karena pulang terlalu malam. Rukia tahu, bahayanya Tokyo ketika malam. Apalagi sudah banyak maniak dan penguntit. Tapi sejauh ini, Rukia belum menemukan yang semacam itu. Rukia memang tidak akan pernah kapok kalau belum ketemu batunya.

"Ehh, Rukia! Kau sudah datang? Cepat sekali?" seru bibi pemilik teater itu. Namanya Shihouin Yoruichi. Usianya sudah kepala empat dan belum menikah hingga kini. Dia memang cantik dan baik. Juga lembut. Hampir samalah dengan kakaknya. Rukia hanya tersenyum lebar dan menundukkan kepalanya dalam bermaksud memberikan salam. Yoruichi juga sudah tahu kondisi Rukia yang sebenarnya. Memang awalnya sulit, tapi Yoruichi sudah menganggap Rukia seperti anaknya sendiri.

"Aku tahu, nah masuklah ke dalam. Kau bisa siap-siap di sana nanti. Oh ya, lagu yang mau kau bawakan kau bisa tanyakan pada Hinamori ya…" jelas Yoruichi sambil menggiring Rukia menuju belakang teaternya. Dia sana sudah begitu banyak pemeran pertunjukan teater ini yang sedang serius mendalami naskah dan berlatih bernyanyi. Teater ini memang cukup terkenal, karena sering menyajikan pertunjukkan klasik. Biasanya roman dari Eropa dan dongeng-dongeng indah. Juga musikal drama yang biasa ditayangkan di TV lokal.

Hinamori Momo adalah temannya selama di teater ini. Rukia sudah ada di teater ini selama kurang lebih lima tahun. Dan Rukia sudah cukup kenal baik pada pemeran tetap di sini. Ditambah lagi semua orang mengerti kondisi Rukia. Dan hal itulah yang membuatnya disayangi oleh pemain teater di sini.

"Rukia! Astaga! Kalau kau mau datang aku bisa menjemputmu loh! Kenapa pergi sendirian. Kau selalu menganggap remeh Tokyo ya! Bagaimana kalau ada yang jahat padamu? Kaukan manis…" keluh Abarai Renji. Pria yang usianya sama dengan Rukia ini adalah pria yang lumayan tampan. Dia memiliki rambut merah menyala karena menyesuaikan karakternya di teater ini. Walau dia selalu memerankan peran jahat atau antagonis, tapi dia adalah pria baik yang sangat lucu. Dia juga selalu menjaga Rukia selama ini. Renji sudah enam tahun ada di teater ini. Makanya, Rukia lebih kenal dengan Renji dulu, baru kemudian Hinamori yang masuk empat tahun kemudian sebagai pengisi suara piano. Hinamori sendiri gadis cantik yang lebih muda dua tahun dari Rukia. Tapi Hinamori masih ikut kuliah di Tokyo. Memang kampus tempat Hinamori kuliah tak jauh dari sini. Bahkan karena ikut klub teater juga di kampusnya, Hinamori lebih banyak di sini dari di kampusnya.

Rukia hanya tersenyum manis pada Renji yang sebenarnya tampak khawatir pada Rukia tapi masih berwajah jenaka.

"Heh kepala nanas! Cepat urus dialogmu itu!" teriak seseorang yang mengalamatkannya pada Renji. Sebenarnya Renji biasa mengikat tinggi rambut merahnya itu hingga mendapat julukan kepala nanas. Rukia sering tertawa geli mendengar julukan itu.

"Heh! Kau sendiri sudah selesai belum makhluk luar angkasa!" balas Renji sengit. Tak suka kalau dirinya dipanggil dengan nama memalukan begitu di depan gadis secantik Rukia.

Yang dipanggil makhluk luar angkasa itu tak lain adalah Ayasegawa Yumichika. Hehe! Dia itu seorang pria yang berpenampilan nyentrik dengan wajah cantiknya. Apalagi bulu mata palsunya yang luar biasa itu. Kalau dia ikut kabuki, pasti semua orang akan menyangka dia wanita. Karena dia memang memiliki wajah yang cenderung mirip wanita daripada pria. Apalagi sifatnya yang suka marah-marah itu. Cerewet dan centil. Langsung tergoda pada pria tampan meski dia masih tertarik dengan wanita. Tapi sepertinya karena di teater ini, dia jadi sedikit berubah kepribadian. Yumichika selalu bertengkar dengan Renji. Tapi dia baik dengan Rukia.

"Apa maksudmu makhluk luar angkasa itu kepala nanas!" teriak Yumichika.

"Ya! Kau! Apalagi! Berani sekali kau memanggilku yang tampan ini kepala nanas!"

"Kau memang kepala nanas! Tidak usah sok narsis begitu tahu!"

"Apa kau bilang! Rukia sendiri bilang kalau aku tampan!"

"Kau kan memaksanya menganggukkan kepala supaya dia setuju bilang kau tampan! Pada kenyataan mana ada kau setampan itu!"

"Kau mau bilang Rukia bohong? Rukia itu tidak pernah bohong tahu!"

"Coba Tanya saja sekarang! Dia pasti menggeleng! Aku yakin 100 persen!"

"Baiklah! Jangan menyesal kalau dia menganggukkan kepalanya ya!"

"Baik! Kita lihat kepala nanas!"

Rukia mulai mundur perlahan mendengar pertengkaran dua orang itu. Apalagi Yumichika dan Renji sama sekali tidak menghentikan pertengkaran mereka. Dan malah bertambah panas. Apalagi sudah membawa-bawa nama Rukia.

"Sedang apa kau di sini? Kita harus latihan."

Rukia menoleh mendapati Hinamori yang sudah berdiri di sampingnya. Sambil menghela nafas lega, Rukia mengangguk semangat untuk mengikuti Hinamori ke atas panggung. Karena piano biasa di letakan di atas panggung agak belakang.

"Hei! Rukia tunggu dulu!" teriak Renji dan Yumichika berbarengan karena menyadari Rukia sudah dibawa oleh Hinamori.

.

.

*KIN*

.

.

"Kau terlambat. Hari ini aku harus pentas di teater Ibuku tahu!" rutuk gadis berambut merah itu. Rambut panjang merahnya yang dipotong ponytail itu sangat cocok dengan bentuk wajahnya yang imut dan cantik. Meski dia sudah berusia 24 tahun.

"Bukankah kau sudah tidak di sana lagi? Kaukan sekarang sudah jadi penyanyi terkenal? Dan kuharap setelah menikah nanti kau berhenti ya." Pinta si pria tampan yang berusia tiga tahun di atasnya itu.

Rambutnya yang berpotongan agak panjang untuk ukuran pria yang dipotong stylish, apalagi warnanya orange. Siapa saja yang melihat pria tampan ini pasti akan meleleh di tempat. Apalagi tubuhnya yang tinggi atletis, sungguh akan menahan nafas wanita mana saja yang melihatnya.

Pria tampan itu membuka kacamata hitamnya dan membukakan pintu penumpang di mobil sedan semi sport dengan dua pintu berwarna merah itu untuk kekasih berambut merahnya ini.

"Ichigo sayang… itu teater Ibuku. Dan aku harus sering mengunjunginya. Apalagi kemarin aku sibuk dengan rekaman albumku. Sudah kubilang aku tidak mau berhenti. Menyanyi itu sudah jadi hidupku sayang…"

Kurosaki Ichigo adalah GM di sebuah rumah sakit milik keluarganya di Tokyo ini. Ayahnya sendiri adalah kepala rumah sakitnya. Sebenarnya, Ichigo sendiri tidak pernah berminat jadi dokter. Makanya hanya mengambil bagian sebagai GM-nya saja. Meski pekerjaannya juga setumpuk langit.

"Riruka… sudah pernah kubilang… aku tidak ingin orang lain mendengar suaramu selain aku." Pinta pria itu setelah duduk mantap di kursi kemudi sambil memandangi wajah wanita yang sejak 10 tahun ini begitu dicintainya. Karena Ichigo pertama kali mencintai wanita ini karena pernah menolongnya sewaktu kecil. Ketika berusia sembilan tahun, kapal yang Ichigo tumpangi bersama seluruh keluarganya mendadak tenggelam. Semuanya memang selamat kecuali ibunya. Ichigo yang ingin menolong ibunya jatuh terdampar di sebuah pulau. Ibunya tak selamat. Ichigo jadi trauma bila melihat laut. Dan untungnya, Riruka saat itu menolongnya dari lautan dan Ichigo mendengar suara indah Riruka. Sejak saat itu, Ichigo sudah jatuh cinta padanya. Setelah pertolongan yang diberikan oleh Riruka yang merawat Ichigo hingga satu minggu lamanya, mereka jadi berteman baik. Hingga ayah Ichigo yang selamat berserta kedua adik kembarnya yang juga selamat saat itu sangat berterima kasih pada Riruka yang ternyata hanya hidup berdua dengan ibunya saat itu. Setelah beberapa tahun, tepatnya ketika usia Riruka 14 tahun, ibu Riruka pindah ke Tokyo dan membuka teater ini. Sejak itulah Ichigo dan Riruka bertemu kembali dan menjalin hubungan yang seperti ini.

Dan bulan depan, 10 hari setelah tahun baru nanti, mereka akan menjalin tali pertunangan dan tiga bulan berikutnya mereka akan menikah.

Ichigo tidak suka Riruka jadi penyanyi. Tapi gadis itu begitu keras kepala. Menurutnya jadi penyanyi adalah impian terbesarnya. Untuk saat seperti ini, Ichigo ingin sekali egois.

"Ichigo. Suaraku sudah didengar oleh jutaan orang, bagaimana mungkin kau bicara begitu. Sudahlah… jangan kekanakan. Selama kau punya aku, kau bisa mendengar suaraku setiap hari. Ok? Sekarang antarkan aku ke teater ibuku supaya tidak terlambat. Ok?"

Ichigo hanya menghela nafas mengalah lalu melajukan mobilnya. Dia memang tidak pernah menang dengan adu argumentasi dengan Riruka. Ya Shihouin Riruka.

.

.

*KIN*

.

.

"Kaa-chan…!" teriak Riruka begitu tiba di teater tersebut. Lalu berlari memeluk ibunya yang sedang melihat-lihat pemain yang sedang berlatih.

"Riruka? Ohh anakku. Kau sudah datang? Kaa-chan pikir kau sibuk…" ujar Shihouin Yoruichi.

"Mana mungkin aku sibuk untuk Kaa-chan. Aku pasti datang. Oh ya… aku bawa seseorang."

Riruka dengan riang menarik lengan Ichigo dan membawanya ke hadapan sang ibu. Ichigo menunduk hormat sembari mengucapkan salam. Yoruichi menyambut calon menantunya ini dengan semangat. Tentu saja. Calon suamimu tampan, kaya raya dan baik. Ibu mana yang tidak merestuinya?

Yoruichi sendiri sama sekali tidak menyangka bahwa anak kecil yang dia tolong beberapa belas tahun lalu adalah seorang anak pemilik rumah sakit yang kaya raya di Tokyo. Apalagi, pria ini sejak kecil memang menunjukkan ketertarikan dengan Riruka.

"Apa kabar Oba-san. Lama tidak bertemu." Sapa Ichigo.

"Harusnya Kaa-chan juga 'kan? Sebentar lagi kalian akan bertunangan. Kenapa masih dipanggil Oba-san?" ujar Yoruichi.

"Ehh? Oh… maafkan aku. Baiklah. Kaa-chan." Balas Ichigo cepat.

"Nah Ichigo. Kau tunggu di bangku depan saja ya. Aku akan bersiap-siap. Kaa-chan… apa aku bisa latihan menyanyi nanti? Dialogku ada yang bagian menyanyinya 'kan?" Tanya Riruka.

"Ehh? Bagian menyanyi? Kaa-chan pikir kau tidak datang, jadi sudah ada yang mengisi adegan menyanyi itu untukmu. Lagipula… lagunya cukup sulit. Kau tidak akan bisa langsung menyanyikannya. Tenang saja, penyanyi itu punya suara yang cukup mirip denganmu." Jelas Yoruichi.

"Kaa-chan ini bagaimana… aku kan penyanyi. Mana boleh seperti itu." Rengek Riruka.

"Sudahlah. Kau masih bisa berakting juga bagus." Sela Ichigo.

"Tapi aku ke sini karena aku mau menyanyi." Rengek Riruka lagi.

"Nanti Kaa-chan pertimbangkan. Sekarang kau berlatih dulu dengan beberapa orang di sana. Tapi… apa Ichigo baik-baik saja? Kami akan mulai sekitar tiga jam lagi."

"Tidak apa-apa. Aku sedang senggang. Aku juga mau melihat Riruka di atas teater."

"Pokoknya aku mau menyanyi Kaa-chan!" masih Riruka merengek.

Yoruichi menarik Riruka yang sedang merengek itu masuk ke belakang teater. Ichigo memang memutuskan untuk menunggu Riruka. Sejak mereka sama-sama sibuk, Ichigo dengan pekerjaannya, dan Riruka dengan pekerjaannya, mereka sama-sama sulit bertemu. Dan ini adalah kesempatan yang bagus.

Ichigo berjalan menuju panggung depan. Suasananya masih cukup gelap, tapi lampu panggungnya masih hidup. Ichigo samar-samar mendengar suara dentingan piano di arah panggung itu. Suaranya begitu lembut mengalun.

Ichigo memutuskan untuk duduk di bangku paling depan untuk mendengar suara dentingan piano itu. Rasanya menenangkan.

"Nah. Di bait ini, naikkan satu oktaf ya. Hanya satu. Jangan terlalu tinggi …" ujar seseorang. Suaranya cukup terdengar. Apa karena Ichigo duduk di depan makanya terdengar begitu. Lalu kemudian suara piano itu terdengar lagi.

Tak lama kemudian terdengar suara wanita yang mengalun indah.

Ichigo terperanjat mendengar suara itu. Samar-samar ingatan masa kecilnya teringat kembali.

Suaranya lembut bagaikan seorang malaikat. Memang agak sama dengan suara Riruka. Tapi suara ini lebih jernih dan lebih merdu. Bahkan terasa hingga ke hati.

Suara ini… mengingatkannya akan masa lalunya sewaktu kecil. Suara siapa… ini?

Setelah mendengar beberapa saat suara itu mengalun, Ichigo melompat ke atas panggung itu untuk melihat siapa yang menyanyi sedemikian bagus ini. Apakah… suara ini milik… Riruka-nya?

Namun yang dia lihat bukanlah Riruka.

.

.

*KIN*

.

.

TBC

.

.

Maaf malah menuhin fic baru... hohohoho.

Gereget mau publish. tapi saya mohon maaf banget. soalnya beberapa minggu ke depan nanti saya tidak akan meng-update fic-fic yang udah ada. karena naasnya, file yang sudah saya ketik ternyata HILANG karena VIRUS sialan!

hiks... sedih sekali... jadinya saya harus ulang semua kelanjutan fic-fic terlantar itu. makanya buat senpai-senpai yang tengah menunggu saya cuma bisa bilang... sabar... pasti saya update walau gak tahu kapan... heheheheh lagi nyari inspirasi baru dan mengingat-ingat file yang udah lenyap itu... T_T

Terus beberapa waktu ini saya banyak banget dapat masalah *curhat*.

mulai dari kampus, tugas, sampe... yang kemaren itu. hufft. cukup deh...

OK. abaikan yang diatas. cuma ngelempar unek-unek aja. hohohoh...

ide fic ini muncul setelah saya baca artikel ini... senpai bisa ikut baca kok...

http: .com/read/2012/02/02/182858/1832902/763/ wanita-ini-bisa-bernyanyi-tapi-sulit-bicara

tapi ilangin beberapa spasinya ya... hehehe jadi begitu akhirnya. memang sudah lama sih pengen bikin fic yang tokoh utamanya punya sedikit kekurangan gitu. tapi gak tahu mau bikin yang bagaimana. jadi... inilah bentuknya. mohon ditanggapi ya... hehhe

Mohon reviewnya... apakah cerita ini layak lanjut atau nggak. kalau mau dihapus, saya bakal segera hapus kok... hehhe

Jaa Nee!